Cerita sebelumnya... Diving Di P. Biawak
Seperti kemarin, acara angkut
mengangkut alat2 SCUBA pun kami lakukan pagi ini. Cuaca pagi ini tampak kurang bersahabat. Gulungan ombak terlihat
lebih tinggi. Bagaikan kawanan Bison, gulungan ombak berlomba-lomba menanduk tiang-tiang dermaga dengan keras. Angin yang
menerpa terasa menampar lebih kuat, mengacak-acak rambut dan pikiranku.
Yesss... I am worry about the weather... (-_-*)
Terpikir olehku bagaimana
perasaan teman-temanku yang akan melakukan dive discovery? Akankah mereka
merasa save dengan kondisi cuaca yang seperti ini? Tapi begitu melihat Eko yang
langsung nyemplung and doing snorkeling, perasaan khawatirku sedikit sirna. “Mereka
berani...” batinku lega.
“Fa... jam tangan lo anti air ya?”
tiba-tiba Mr. ItemSekali bertanya padaku.
“Iya, kenapa emangnya?”
“Gue pinjem dong... Buat ngitung
waktu, biar gampang,” katanya.
Hah??... Mr. ItemSekali sebagai
dive guide kami, tidak dibekali jam tangan yang bisa dipakai untuk menghitung
waktu penyelaman?? Ya ampun... (-_-!) Dengan wajah diliputi keheranan, kuberikan jam
tanganku untuk dipinjam.
2nd Dive
Persiapan penyelaman pun dimulai.
Yang pertama turun adalah Rene dan Mr. Sotoy. Disusul dengan aku dan Mr. ItemSekali.
Kali ini arah penyelamannya ke sebelah
kiri (kemarin di sebelah kanan-red). Elisabeth menolak untuk diving bersamaku
hari itu. Ia merasa tidak nyaman dengan keadaan laut yang memang terlihat bergejolak... :O
Saat turun, aku
Oya, beberapa kali aku juga harus
merasakan hentakan arus yang kuat mendorong tubuhku. Aku limbung... naik turun... berusaha
mengatur bouyancy... dan gagal... (X_X)
Tarikan arus benar-benar telah
memperdayaku. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba sapuan arus yang kuat
mengangkat tubuhku dari dasar laut. Aku floating... (-_-*)
Berusaha keras aku mencapai
posisi Mr. ItemSekali yang tidak jauh dari hadapanku. Saat berhasil kuraih bahunya dan berpegangan padanya, ternyata arus juga menghantam Mr. ItemSekali.
Kami berdua pun floating ke atas tanpa bisa dicegah... Cepat sekali... (-_-!)
Saat kuberi kode turun pada Mr.
ItemSekali, ia malah menarik tanganku dan menuntunku ke atas. Dalam hati aku
berteriak, “Aku masih mau nyelemmm...” hicks! (-_-*)
Begitu sampai di permukaan, aku
langsung memberondong Mr. ItemSekali dengan pertanyaan.
“Kok tadi lo floating juga mas?
Kenapa? Tadi kan gue pegangan sama lo supaya gue nggak floating ke atas,” tanyaku.
“Nggak tau kenapa,” katanya sambil
nyengir sante... jiaaaa.. (X_X)
Teman-teman yang lainpun
terheran-heran dan bertanya padaku apa yang terjadi? Kenapa aku naik cepat
sekali? “Aku floating...” cuma itu jawaban yang bisa kuberikan... :p
Log Book 2 (dermaga P. Biawak
sisi sebalah kiri):
time in: 09.40 AM | time out:
09.55 AM
dive time: 15’
air in: 150 bar | air out: 100
bar
visibility: 3 m | depth: 20 m
Before & after diving.. ^_0 (photo. by Radith) |
Diving & snorkeling part. 1.. (photo by. me, Elisabeth & Radith). |
Kelar diving, aku melanjutkan kegiatan dengan snorkeling di sekitar dermaga. Dan ternyata, pemandangan bawah laut dermaga P. Biawak keren banget kalo dilihat dari atas... ^_^ Kebun karang yang menghuni dasar lautnya gede-gede bangetttt... Belum lagi kawanan ikan-ikan yang bergerombol, dengan warna-warninya yang genit, membentuk house reef yang mempesona... ^_^
Jika kamu ingin bekpekeran ke Pulau Biawak, bisa membeli buku Journey To Amazing Sites , Pengarang: Ifa Abdoel, Penerbit: Elex Media Komputindo - Gramedia group. Dalam buku tersebut terurai lengkap panduan tips backpacking ke P. Biawak, sarana akomodasi, dan transportasi. Tak hanya itu, buku tersebut juga memuat perjalanan wisata ke tempat-tempat eksotik lainnya di Indonesia ala bekpeker.
Bawah laut P. Biawak. (photo by. Rene) |
Tabungnya Mana??
Kembali ke diving... Hal yang sama seperti kemarin
kembali terulang. Teman-temanku yang hendak melakukan dive discovery harus menelan pil pahit lagi, memakai tabung sisa! (-_-*)
“Gue malah nggak turun sama
sekali fa, gue ga kebagian tabung!” tutur Eko kesal, hadeehhh... (-_-*)
“Padahal gue pengen nyelem supaya punya
dokumentasi foto. Masa jauh-jauh kesini gue ga ada dokumentasi foto bawah air?”
tambah Eko lagi.
Padahal, sebelumnya Eko memang telah
memesan pada Mr. Sotoy agar pada kegiatan diving pagi itu, ia diijinkan untuk
meminjam kamera underwater milik Mr. Sotoy. Ia ingin memiliki dokumentasi foto
bawah air (sebagai bukti/kenang-kenangan). Tapi ternyata, kamera underwater
tersebut kembali dibawa oleh Mr. Sotoy yang saat itu sedang diving bersama Rene.
“Rene kan udah bawa kamera
underwater sendiri, ngapain juga sih si Mr. Sotoy bawa kamera juga? Mubazir kan
dua-duanya bawa kamera? Sementara kita nggak ada dokumentasi sama sekali,”
timpal Glend kesal.
Sama seperti Eko, Glend juga
tidak melakukan diving saat itu.
“Gue juga nggak kebagian tabung!” rutuk Glend.
Radith dan Budi pun pada saat itu tidak turun. Entah apa penyebabnya, apakah tabung yang juga tidak kebagian? Atau memang tidak siap dengan kondisi laut yang bergelombang tinggi...
Sementara Hilwa, saat itu turun
dengan tabung yang masih utuh. Namun, karena visibility sangat keruh ia pun
tidak lama berada di dalam air. Sayang Hilwa tidak ingat berapa lama ia berada
di dalam air.
Selanjutnya Phutut yang
menjelajah bawah air. Aku tidak tahu persis berapa lama dan siapa buddy yang
menemani Phutut.
Usai diving, aku sempat
bercakap-cakap dengan dive guide kami, Mr. ItemSekali. Iseng aku bertanya
lisence dive yang ia miliki.
“License gue advance open water, A2,” katanya kalem... glekkk... (-_-*)
“License gue advance open water, A2,” katanya kalem... glekkk... (-_-*)
Aku sempat terkejut dengan jawabannya. Karena seingatku, dive guide yang membawa peserta untuk melakukan dive discovery harusnya bersertifikat minimal Dive Master (DM), baca: Dive Discovery & Pengenalan Olahraga Diving
Tapi lagi-lagi... aku mengabaikan
kenyataan aneh itu. Masih aja positif thinking... padahal udah diboongin
berkali-kali, hicks! (-_-*)
“Katakan Cinta”
Kelar diving, kami kembali ke
darat untuk makan siang. Kali ini kami memilih makan di bawah pohon cery yang rindang. Persis di depanku Mr. ItemSekali sedang mengisi tabung
dengan kompresor. Rene terlihat menghampiri kompresor dan memeriksanya. Setelah itu Rene duduk tak jauh dari hadapanku. Sesi curhatpun
dimulai.
Rene mengeluh tentang Mr. Sotoy.
Ia merasa tidak nyaman ber-buddy dengan Mr. Sotoy. Katanya, Mr. Sotoy tidak
mengerti dengan tanda-tanda/kode bawah air yang ia utarakan saat diving tadi
pagi dan kemarin.
“Underwater code is universal.
Every diver in this world, knows it. Everywhere, it’s the same codes. But he
doesn’t understand,” keluh Rene.
Rene pun meminta padaku agar
mau menjadi buddy-nya. Ia tidak ingin ber-buddy lagi dengan Mr. Sotoy. Hah?... Aku langsung sumringah saat Rene minta aku jadi buddy-nya.
Secara, dia kan jago diving, aman deh gue hihihihi... (/^o^)/
Tak hanya itu, Rene juga berbisik
padaku, ia tahu misteri tabung yang tidak bisa terisi penuh itu. Katanya, pada
saat pengisian, angka pada kompresor tidak dimulai dari angka nol, melainkan dimulai pada angka
20. Rene pun kembali
meyakinkanku bahwa tidak ada misteri di P. Biawak... (-_-*)
Setelah makan siang, rencananya
Mr. Sotoy akan mengajak kami diving di sisi sebelah barat P. Biawak. Namun,
karena ombak di laut begitu tinggi, kapal tidak bisa
merapat. Jadi, perjalanan ke sisi sebelah barat P. Biawak pun ditunda. Kami harus
menunggu sampai kondisi laut lebih tenang.
Sambil menunggu kondusifnya kondisi laut, kami membantu Phutut yang saat itu hendak melakukan misi penyelaman “Katakan
Cinta”... hihihi... ;))
Yuppp... dalam rangka ‘menembak’
pujaan hatinya, Phutut niat banget bikin foto underwater sambil nyelem dan
memegang kertas karton tulisan ‘I Love U’. Kontan saja niatnya tersebut
mendapat applous heboh dari kami... Good jobbb Phututtt... \(^o^)/
“Tapi tulisan I Love U-nya
jangan di karton dong... kalo kena aer kan kartonnya bisa ancur...” teriak kami
ke Phutut.
Phutut pun setuju untuk mengganti
material dari karton ke spons. Adalah Mrs. Sotoy yang mengukir kata-kata ‘I
Love U’ di atas spons berwarna pink.
Phutut & 'Katakan Cinta'.. (^_^) - photo by. Radith. |
Setelah semuanya siap, bersama Mr.
Sotoy, Phutut kembali menyelam di dermaga untuk sesi pemotretan... Good luck
Phutut.. (^_^).
Kami yang melihat karton
bertuliskan ‘I Love U’ jadi mupeng... ;)) kami pun bergantian narsis dengan karton tersebut... hihihihi... ga mo kalah sama Phutut... (^_^)
Mangrove
Setelah sesi pemotretan, kami
tidak tahu mau melakukan kegiatan apa lagi. Kondisi laut tak kunjung tenang.
Mrs. Sotoy pun tak bisa memberi solusi. Akhirnya kami memutuskan untuk
berkeliling pulau. Kata Pak Manto, untuk mengelilingi P. Biawak hanya butuh
waktu 4 jam! Widiihh... beneran apa boongan tuh Pak? :p
Perjalanan kami mulai dari
sisi kiri pulau, lewat jalur pantai... Seperti yang kukatakan sebelumnya, P.
Biawak tidak memiliki pantai yang landai. Pantai hanya terdapat di dermaga dan
sisi sebelah barat pulau (itupun pantainya kecil). Selebihnya, P. Biawak
ditutupi oleh pohon magrove yang sangat rapat... keren deh mangrove-nya... (^_^)
Mangrove yang tumbuh subur di P. Biawak |
Menurut Pak Manto, dulu pohon Mangrove yang tumbuh di P. Biawak tidak serimbun saat ini. Para nelayan sering kedapatan menebang Mangrove untuk dijadikan kayu bakar. Melihat hal tersebut, Pak Manto amat gusar. Ia pun menjaga ketat P. Biawak dari serangan para nelayan dan menindak tegas mereka-mereka yang melakukan penebangan Mangrove ataupun memburu/membunuh satwa Biawak.
Narsis diantara rimbunnya Mangrove.. ^.^ |
Susur pantai... ^.^ |
Tak hanya itu, Pak Manto juga aktif menanami pesisir P. Biawak dengan Mangrove. Hasilnya... Mangrove dan Biawak tumbuh berdampingan di tempat ini, begitu hijau dan indahhh... (^_^)
Baru saja kami menyusuri jalur pantai sejauh 100m, kami memutuskan untuk kembali. Rasanya tidak yakin kami dapat mengelilingi P. Biawak dalam waktu 4 jam :p
Akhirnya, kami menghabiskan waktu
di dekat dermaga sambil narsis... #Nggak berani masuk ke hutan... serem cuyy...
pohonnya rapet banget...:p#
Di deket dermaga.. |
Gbr. atas: Ubur-ubur di pinggir pantai.. ^.^
Gbr. bawah: Bangunan yang dulunya dipergunakan sebagai tempat
penangkaran Biawak, tapi kini sudah tidak terurus/rusak.. :O
Di P. Biawak banyakkkkk sekali sampahhh... :O |
Sekitar pkl. 14 aku melihat Mr.
Sotoy berjalan ke arah kami sendirian. Rupanya ia sudah selesai mengawal Phutut
membuat foto ‘Katakan Cinta’. Tapi Phutut-nya mana? Kok dia cuma sendirian? Belakangan
aku tahu dari Eko bahwa Phutut mengalami masalah pada kakinya usai menyelam
bersama Mr. Sotoy.
Ternyata, posisi Mr. Sotoy dan
Phutut saat naik ke permukaan, jauuhhh sekali dari dermaga.
(Hal ini pula yang dikeluhkan Rene. Menurut Rene, Mr. Sotoy tidak bisa memperkirakan jarak yang ditempuh saat melakukan penyelaman dengan sisa udara pada tabung. Alhasil, saat udara pada tabung habis, jarak mereka dengan dermaga jauuuhhh sekali... :O).
Dengan demikian, keduanya harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mencapai dermaga. Saat itulah Phutut mengalami kram pada kakinya. Ia berteriak minta tolong pada Mr. Sotoy tapi tidak terdengar... atau pura-pura tidak mendengar? :p
(Hal ini pula yang dikeluhkan Rene. Menurut Rene, Mr. Sotoy tidak bisa memperkirakan jarak yang ditempuh saat melakukan penyelaman dengan sisa udara pada tabung. Alhasil, saat udara pada tabung habis, jarak mereka dengan dermaga jauuuhhh sekali... :O).
Dengan demikian, keduanya harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mencapai dermaga. Saat itulah Phutut mengalami kram pada kakinya. Ia berteriak minta tolong pada Mr. Sotoy tapi tidak terdengar... atau pura-pura tidak mendengar? :p
Eko dan teman-teman yang memperhatikan mereka dari dermaga merasa
heran. Kenapa Phutut tidak kunjung sampai ke tepi dermaga? Mereka hanya melihat
Mr. Sotoy tiba duluan di dermaga, meninggalkan Phutut yang ternyata sedang berjuang
keras mengatasi rasa sakit pada kakinya.
Begitu agak mendekati dermaga, Phutut
kembali berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan. Pada saat itulah Eko
mendengar teriakannya. Ia pun segera menolong Phutut yang sudah kepayahan. Setelah proses evakuasi selesai, Phutut mengeluhkan divingnya saat itu. Ia kecewa dengan ucapan Mr. Sotoy kepada dirinya.
“Kalau mau celaka jangan deket-deket gue dong,” begitu kata Mr. Sotoy pada Phutut. Hastagaahhh... (-_-*)
“Kalau mau celaka jangan deket-deket gue dong,” begitu kata Mr. Sotoy pada Phutut. Hastagaahhh... (-_-*)
Entah bermaksud serius atau
bercanda... Sungguh ucapan tersebut tidak pantas diutarakan oleh seorang dive
guide yang memang tugasnya membantu para peserta diving... (X_X)
Pantes aja setelah melakukan penyelaman tersebut, Phutut menyendiri di dermaga. Ia tidak bergabung dengan kami yang bergerombol di pantai. Aku
sempat merasa bingung, tapi kini aku mengerti... :O
Sekitar pkl 15.30 laut mulai
terlihat tenang. Mr. Sotoy pun memberi aba-aba agar kami bersiap-siap untuk berangkat menuju sisi barat P. Biawak.
bersambung... Between Diving & Freakness
Salam
Ifa Abdoel
Ngikutin cerita di p.biawak ini dan merasa gregetan bgt dgn si Mr.Sotoy!!! Grrrrrr...
ReplyDeletemakasih simpatinya... :)
Delete