"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

1/6/14

Wisata Ke Pulau Pari

Beberapa bulan aja ga nginjek pasir pantai rasanya kaya berabad-abad yaks? aahahakk.. *lebay*
Bersama Ika, one of my buddy, rencana mantai pun disusun. Aku yang sudah lama mengincar Pulau Pari, langsung menghubungi beberapa operator wisata, yang aku cari via internet, yang membuka trip ke pulau tersebut.

FYI: Saat ini marak sekali operator-operator wisata yang membuka rute wisata ke beberapa pulau di kepulauan seribu. Selain biayanya relatif murah (kalo perginya rame-rame-red), dengan jasa operator wisata ini semua kebutuhan kita selama berwisata disediakan dan dijamin oleh pihak operator. So, all we do just having fun.. :) Hanya saja, yang perlu kamu perhatikan adalah operator tersebut bukan operator bodong/abal-abal. So, baiknya tanya-tanya temen yang udah pernah kesana deh biar aman.. ;)

Walopun begitu.. kalo kamu mau bekpekeran ke P. Pari juga bisa. Hanya saja, agak sulit mencari penginapan saat weekend. Karena menurut guide yang aku temui di P. Pari, saat weekend tiba, P. Pari dipenuhi oleh ribuan wisatawan yang mayoritas berasal dari Jakarta.

"Bisa sampai 4.000 orang pengunjung Mbak. Kalo pengunjung sudah overload seperti itu, kami terpaksa harus menolak orang yang ingin berlibur di sini. Udah kepenuhan Mbak," tuturnya.
Jadi, kalo mo bekpekeran ke pulau ini, kenapa ga coba bawa tenda or sleeping bag?.. tidurnya di pantai ;)

Angke - P. Pari

Sekitar pkl. 06.30 pagi (15/06/13), aku dan beberapa peserta trip tiba di pelabuhan lama Muara Angke. Sambil menunggu peserta lain, yang mayoritas tidak aku kenal (belum pernah bertemu sebelumnya), kami duduk-duduk di bangku penjaja makanan dan minuman ringan di pinggir pelabuhan. Hari itu, ada 16 orang (14 dewasa + 2 anak-anak) yang berhasil aku dan Ika kumpulkan dalam waktu seminggu! untuk ikut trip ke P. Pari

Satu persatu peserta trip bermunculan, hingga tersisa satu orang lagi yang harus kami tunggu. Pihak operator wisata bolak balik menanyakan satu orang teman yang belum juga datang, sampai akhirnya ia mengeluarkan ultimatum, jika jam 8 tepat belum datang juga, terpaksa ditinggal!

So, kalo janjian tuh jangan ngaret ya... karena kalo kamu telat, bukan cuma kita yang nungguin kamu tapi orang satu kapal! ga enak kan kalo disumpahin orang satu kapal? zzz.. (-_-*)

Alhamdulillah... tepat pkl. 08 pagi, teman yang kami tunggu datang juga. Kami pun bersiap-siap naik ke dalam kapal. Eeh.. Ndelalah.. dua orang temanku yang lain ternyata pamit ke toilet (-_-*)
Alhasil, kami kembali tertahan di pinggir dermaga dan harus menunggu.. *sigh*

Dermaga Muara Angke

Sekitar pkl. 08.15 sauh pun diangkat, kapal berlayar menjauhi dermaga Muara Angke. Setelah kurang lebih 30 menit berlayar, kapal mulai memasuki perairan kepulauan seribu. Dari atas kapal, aku dapat melihat jelas Pulau Onrust dengan benteng-benteng kunonya, terlihat indah diterpa sinar mentari. Tiba-tiba jlebbb... mesin kapal mati! :p

Terdengar suara berdebug di atap kapal dan byurr.. seorang ABK terjun ke dalam keruhnya air laut.
Selang beberapa detik, gelembung-gelembung udara menyembul ke permukaan pertanda masih adanya tanda-tanda kehidupan dari sang ABK. Dengan mata memerah terkena garam air laut, sang ABK tadi muncul ke permukaan dan langsung berteriak keras minta parang.

Aku yang duduk persis di dekat jendela bisa melihat dengan jelas bahwa si ABK itu menyelam dan memeriksa baling-baling kapal tanpa menggunakan alat pengaman apapun! tidak juga google (kacamata renang-red).

Tergesa-gesa seorang temannya langsung masuk ke dalam kabin nakhoda, mengambil parang dan menyerahkannya pada ABK tersebut. Dengan tampang kesal, karena menunggu terlalu lama, sang ABK tadi menerima parang tersebut dan kembali menyelam setelah satu tarikan nafas panjang.

Tak lama, satu persatu sampah plastik beraneka warna dan bentuk yang tidak beraturan, bermunculan ke permukaan laut diikuti warna air laut yang pekat kehitaman. Kapal pun melaju kembali.

Sekitar pkl. 10 pagi, kami tiba di dermaga P. Pari. Cuaca pagi itu sangat cerah. Matahari bersinar terik dan dermaga P. Pari penuh dengan wisatawan, sangat ramai. Beberapa gerombolan pedagang yang berjualan di pinggir dermaga langsung laris manis diserbu pengunjung. "Alhamdulillah hujannya berhenti neng. Dari jam 8 tadi hujan deres banget. Tadi bapak sempet khawatir takut ga ada tamu yang datang ke sini," kata penjual panganan otak-otak.

What? jadi tadi hujan toh? cos selama berada di laut kami tidak terkena guyuran hujan sama sekali. Alhamdulillah banget kalo begini mah.. ^_^ *eh iya, otak-otaknya enak broh.. :D

Kemudian, kami pun digiring ke penginapan yang jaraknya hanya 100 m dari dermaga.. yeayy.. ^_^

Penginapan dan sepeda kami selama di P. Pari. Bersih, 5 kamar tidur, satu ruang tamu, 2 kamar mandi, dan ber-AC.

Oya, selain penginapan, kami juga mendapatkan gratis makan siang, makan malam, BBQ, sarapan, air mineral, dan sepeda untuk keliling pulau. Tanpa babibu lagi, usai meletakkan barang bawaan di dalam kamar, sepeda-sepeda cantik yang nangkring di halaman langsung kami comot dan genjot, gowes mangg.. ;)) (No. hp Penginapan Sintia: 0858-90570204/0815-13097360).

Paving block yang tersusun rapih di atas jalan dan gang sempit P. Pari ditambah rimbunnya pepohonan di pinggir jalan, membuat berkeliling perkampungan P. Pari dengan sepeda begitu menyenangkan.

Sepanjang jalan dapat kulihat dengan jelas bahwa pengelolaan wisata di P. Pari sangat baik sekali. Wisatawan terlihat hilir mudik dengan pelampung/alat snorkeling atau bersepeda dengan riangnya. Rumah-rumah penduduk yang disulap menjadi homestay, jelas sekali terlihat geliat wisata di pulau ini.

Bersepeda di P. Pari

beli jambu pinggir jalan. harganya sekilonya 5rb. manisss bangettt.. ^_^

Pantai LIPI

Setelah 15 menit menggoes, kami tiba di Pantai LIPI. Kok namanya mirip salah satu lembaga pemerintah? yeupp.. P. Pari memang menjadi basis penelitian hayati yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Rimbunnya pepohonan yang memayungi sekitar lokasi Pantai LIPI

Usai memarkir sepeda, kami bergegas menuju pantai, dan... untuk beberapa saat aku terdiam. Di hadapanku terbentang pantai LIPI yang sangat kotor, penuh sampah... :'( Beragam sampah plastik dan kayu berserakan di sepanjang pinggir pantai, bercampur dengan pasir dan kerikil. Pilu ngeliatnya.. hicks! :'(

Tak banyak yang bisa kami lakukan di tempat ini kecuali foto narsis, teteup ya... ;)

sampah plastik di sepanjang pantai LIPI

Pantai LIPI
     

gaya andalan ;))

foto keluarga doeloe di Pantai LIPI ^_^

Aku cerita sedikit tentang P. Pari yah.. P. Pari memiliki luas sekitar 94,57 hektar dan termasuk Pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (Pemkab Kep. Seribu). Dulu, pulau ini merupakan pulau pengungsian bagi pelarian warga sekitar yang menolak dijadikan pekerja paksa oleh Belanda.

Snorkeling Time

Setelah foto-foto di Pantai LIPI, kami kembali ke penginapan untuk makan siang. After that? it's snorkeling time!.. ^_^
Lokasi snorkeling pertama yang kami tuju adalah Bintang Rama. Bintang Rama merupakan spot snorkeling yang masih berada di perairan P. Pari.

kapal yang mengakut kami untuk snorkeling.

spot snorkeling Bintang Rama.

Macem2 gaya uw-nya

foto keluarga di air hihi.. ;))

ini gaya gue.. ;))

Sekitar 30 menit kami snorkeling di Bintang Rama. Setelah itu naik ke kapal dan melanjutkan perjalanan ke P. Tikus. Hanya saja sebagian dari kami enggan turun ke P. Tikus karena memang tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan di pulau tersebut selain foto-foto tentunya, teteup yah.. otak gue ga jauh-jauh dari foto mikirnya hihi.. ;))

Pulau Tikus.

di atas kapal menuju spot APL

Akhirnya, kapal pun berbelok dan kami menuju spot snorkeling berikutnya, APL. Konon katanya, dulu APL tersebut merupakan lokasi tenggelamnya kapal ... (duh lupa nama kapalnya apa :p). Dari P. Tikus jaraknya nggak jauh kok, hanya 15 menit.

Begitu tubuhku terbenam asinnya air laut di spot APL, hamparan house reef terbentang di depan mata. Keadaan terumbu karang di tempat ini sama dengan yang di Bintang Rama, cukup bagus (untuk ukuran P. Seribu lho yah..). Berbagai ikan groupies juga bisa dijumpai di tempat ini such as sersan mayor fish, ikan-ikan karang, bintang laut, dan sebagainya.

Hanya saja, di antara karang-karang hidupnya terselip sampah-sampah plastik yang menjuntai lembut seirama dera arus laut *sigh* :'(

happy snorkeling.. ^_^

happy happy happy... ^_^

Usai snorkeling kami kembali ke penginapan seiring dengan memudarnya sinar matahari. Malam pun menjelang. Aku, Ika, Fitri, Andrew, dan guide bergerak meninggalkan penginapan dengan sepeda. Bermodalkan sinar lampu dari rumah-rumah penduduk, kami menembus kegelapan malam. Selang 15 menit kemudian, kami tiba di Pantai Pasir Perawan.

BBQ di Virgin Beach

Pantai Pasir Perawan atau Virgin Beach merupakan salah satu pantai yang terkenal di P. Pari. Malam itu nggak banyak yang bisa kami lihat di kawasan pantai, gelap cuyy... :p

Sang guide mengajak kami ke sebuah warung makan yang banyak berjejer di pinggir pantai. Suara orang-orang yang sedang bercakap-cakap maupun bernyanyi terdengar riuh rendah. Ditambah lagi suara menggelegar dari petasan dan kembang api yang dinyalakan beberapa orang membuat suasana pantai jadi meriahh.. ^_^

Di sebuah bangku panjang kami duduk dan menunggu santapan bbq tiba. Yeupp.. malam itu jadwal kami menyantap bbq. Sayang, temen-temen yang lain ga mo ikut karena kecapean setelah snorkeling seharian tadi.

pose dulu di depan logo pantai pasir perawan

ikan bakar dan cumi bakar segini banyak ga bisa kami habiskan! kenyang banget bro...

Baru saja ikan bakar tersedia di meja tibat-tiba hujan deras mengguyur pantai. Beberapa orang terlihat berlarian menyelamatkan diri dari terpaan hujan, sebagian lagi malah tertawa-tawa senang bisa mandi hujan. Kami pun asyik ngobrol ngalor ngidul sambil menikmati lagu yang didendangkan pengunjung lain di warung sebelah.

Jam sudah menunjukkan pkl. 11 malam saat kami memutuskan untuk kembali ke penginapan. Diiringi rintik-rintik hujan, kami menggoes sepeda menembus gelapnya malam. Tapi kali ini goesnya pelan-pelan aja, kekenyangan bro hihi.. ;))

Keliling Pulau Pari

Pkl. 05.30 pagi alarm hp berbunyi kencang. Aku tersentak bangun. Di luar, gerimis masih membasahi bumi. "Yah.. Gagal liat sunrise deh," batinku dalam hati. Usai gerimis, berbondong-bondong kami keluar dari penginapan dan kembali menggoes sepeda. Udara segar langsung menyapa saat kami berada di jalan berpasir P. Pari.

di sekitar penginapan

Tujuan pertama kami adalah Bukit Matahari. Eh.. jangan ketipu sama namanya yah.. Bukit Matahari itu bukan beneran bukit, melainkan hanyalah sebuah tempat di tepi pantai yang oke banget buat ngeliat matahari terbit, nah!

Di sepanjang jalan menuju Bukit Matahari, pohon-pohon pinus yang berderet rapih di sisi jalan sungguh jadi pemandangan yang menyegarkan mata. Belum lagi barisan pohon cemara yang sangat rimbun menambah koleksi indahnya perjalanan menuju Bukit Matahari.

sepedaan ke bukit matahari

di antara rimbunnya cemara ^_^

narsis di bukit matahari with my bike ^_^

di Bukit Matahari banyak sampah, dimana-mana sampah.. :O

gegayaan doeloe.. ^_^

Setelah puas berpose di Bukit Matahari, kami kembali menggoes sepeda menuju Pantai Kresek. Pantai Kresek bukan berati pantai plastik kresek yah.. Katanya sih Kresek itu artinya pohon beringin. Dan memang bener aja sih. Di pinggir Pantai Kresek tumbuh subur pohon-pohon beringin dengan daunnya yang lebat.

Pantai Kresek ini lebih bersih daripada Pantai LIPI (tapi tetep banyak sampah), pun pantainya nggak panjang alias pendek. Di depan pantai Kresek ada beberapa gubuk yang bisa dipakai duduk-duduk. Berhubung hari masih pagi, tak banyak orang yang ada di pantai saat itu. So... foto-foto aja kali ya ;)

Pantai Kresek

Dari Pantai Kresek kami bergerak kembali menuju penginapan. Isi perut dulu ya gan, dari tadi kan belom sarapan :D
Di penginapan, nasi goreng, telur, dan teh manis telah menunggu untuk disantap. Kelar sarapan, hanya aku, Fitri, Ika, Andrew, dan Mona, yang menjelajah kembali P. Pari dengan sepeda. Yang lain? teparr... ;))

di depan logo Pulau Pari

Pantai Pasir Perawan kembali jadi pilihan untuk ditelusuri. Walaupun tadi malam udah ke sana, blom afdol rasanya kalo blom liat keadaan Pantai Pasir Perawan yang sesungguhnya saat matahari bersinar.

barisan sepeda dan gerbang masuk Pantai Pasir Perawan

Barisan sepeda berderet rapih saat kami memasuki Pantai Pasir Perawan. Seorang bapak-bapak bertanya padaku nama contact person/pengelola wisata selama kami berada di P. Pari. Setelah orang itu mencatat, kami bergerak masuk ke dalam tanpa perlu membayar tiket masuk. (FYI: paket wisata yang kami bayar sudah termasuk tiket masuk ke pantai ini).

Pantai Pasir Perawan adalah satu-satunya pantai di P. Pari yang menarik retribusi berupa karcis masuk (sebesar Rp. 3.500/orang) pada pengunjungnya. Kondisi Pantai Pasir Perawan sangat bersih. Tidak ada penumpukan sampah, mungkin karena adanya pungutan (berupa tiket masuk-red) makanya kebersihan pantai ini dijaga dengan baik.

Ingatanku pun melayang pada pantai-pantai lain (Pantai Kresek, Pantai LIPI, dan Bukit Matahari) yang tidak dipungut retribusi, sampah berserakan dimana-mana. Hanya Pantai Pasir Perawan yang dirawat hingga kinclong..

Pantai Pasir Perawan

Masalah sampah memang sudah jadi masalah umum di pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Ada yang mengatakan bahwa sumber sampah-sampah tersebut adalah Jakarta (terbawa hanyut oleh arus laut), ada pula yang berasal dari pengunjung/wisatawan, dan masyarakat pulau itu sendiri.

Well.. daripada berpolemik tentang sampah, yuks kita mulai dari diri kita sendiri..
- Biasakan diri kita untuk membuang sampah pada tempatnya.
- Bawa plastik tempat kantong sampah, jadi sampahnya kita bawa pulang lagi. Jangan dibuang di Kepulauan Seribu. Kok gitu? Karena di Kep. Seribu tidak ada TPS (Tempat Pembuangan Sampah, seperti Bantar Gebang-Bekasi). Pulau Pari itu kecil, sempit lagi.. kasian kan pulaunya kalo banyak sampah.. :)

Olrite.. balik lagi ke Pantai Pasir Perawan. Konon, nama pantai ini tidak lepas dari sebuah cerita yang beredar di masyarakat P. Pari.
Dahulu kala, ada seorang gadis yang jatuh cinta kepada nelayan di Pulau Pari. Keduanya pun menjalani kisah cinta. Suatu hari sang nelayan pergi melaut, dengan berat hati si gadis merelakan sang pujaan hatinya pergi. Waktu pun berlalu, nelayan pujaan hati tak pernah kembali. Tapi sang gadis tetap setia menunggu kekasihnya di pantai hingga ajal menjemput. Warga setempat pun menamakan pantai tersebut dengan sebutan Pantai Pasir Perawan.

berbagai kegiatan bisa dilakukan di Pantai Pasir Perawan, diantaranya berkeliling hutan bakau sambil naik sampan, main bola voly, tarik tambang, menanam mangrove, berenang, bermain pasir, dsb.

gaya gue di pantai pasir perawan ;))

Setelah puas bermain-main dan berfoto ria di Virgin Beach, kami kembali ke penginapan untuk bersiap-siap pulang. Waktu sudah menunjukkan pkl. 11 siang. So long P. Pari... hope we meet again ^__^



Salam,

Ifa Abdoel


7 comments:

  1. salam kenal, mau tanya tour nya pake siapa en Cp nya donk mba? rencananya mau kesana bulan may.

    vira
    http://viraanggraeni.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. Wah asik tuh, napa penginapannya apa ya?

    ReplyDelete
  3. Cantik ya padahal tapi sayang banget sampahnya ;(
    Padahal ke sana tuh bayar (walaupun termasuk murah) seharusnya eo juga bantu lestarikan alamnya yah..
    Kalo mau ke Jogja pake rental mobil jogja semberani

    ReplyDelete
  4. wah mantep tuh wisatanya, saya punya ide jika di pulau seperti itu disiapkan fasilitas wahana permainan air lainnya, seluncuran waterboom yang langsung menuju pantai bukan kolam buatan, dan kami siap membantu mewujudkan konsepnya. untuk konsultasi dan liat konsepnya kunjungi web kami

    ReplyDelete