Cerita sebelumnya ... Dari Diving Ke Katakan Cinta
Sekitar pkl. 15 sore, kapal yang kami tumpangi bergerak
meninggalkan dermaga P. Biawak. Perjalanan menuju sisi barat P. Biawak memang
harus melewati jalur laut. Keadaan laut di sore itu masih bergelombang. Tapi
begitu kapal mendekati dive site (sisi barat P. Biawak), kondisi laut berubah
tenang... mungkin karena jalur sebelah barat ini bukan termasuk dalam jalur
perairan lepas kali ya, makanya relatif lebih tenang... hanya riak-riak
kecil yang mendampingi kami sore itu... (^_^)
And.. yang ditunggu-tunggu pun tiba... It’s diving timeee...
(^_^)
Kami segera mempersiapkan diri. Aku buddy-an sama Rene,
Elisabeth buddy-an sama Mr. ItemSekali, kami ber-4 turun duluan.
Sesaat sebelum Mr. ItemSekali membenamkan diri ke dalam air,
Mr. Sotoy berteriak mengingatkan Mr. ItemSekali, “Eh, tabungnya jangan diabisin ya?”
Heh???... @_@
Sebelum turun, Rene membantuku mengecek semua perlengkapan
diving sampai ke pemberat yang aku pakai. Kebetulan sore itu aku hanya memakai
pemberat 4 kg. Karena, kalo pake 5 kg terlalu berat tapi ternyata...
pake 4 kg malah sulit tenggelemnya hihihi... ;)) Jadilah si Rene harus menarik aku supaya bisa tenggelem... (^_^)
Pengarungan bawah lautpun dimulai. Kami menjelajah sisi sebelah
kanan dive site. Tapi ternyata... di tempat itu tidak satupun pemandangan indah
yang kami jumpai... nothing!..
Hanya ada
hamparan clay, stone, dan karang mati yang tinggal di dasar laut. Oya, kontur
dive site di sini sama dengan dermaga, berbentuk wall...
Rene pun memberi kode agar kami balik arah. Benar saja,
setelah beberapa saat berbalik arah, menjelajah sisi sebelah kiri dive site, kami menemukan
hamparan house reef yang bagusss banget... (^_^) Berbagai bentuk hard coral
maupun soft coral bertebaran dihadapan kami... cantikkk... (^o^) Keindahan
tersebut diperparah dengan hadirnya berbagai macam ikan dengan berbagai bentuk
dan warna yang ngejreng... \(^_^)/
soft coral, fish, & me... (photos by. Rene) |
Setelah kurang lebih setengah jam menjelajah, Elisabeth dan
Mr. ItemSekali harus naik ke permukaan. Di sini aneh deh... sisa tabungnya
Elisabeth lebih banyak dari Mr. ItemSekali. Elisabeth sisa 80 bar, Mr.
ItemSekali sisa 50 bar... :p
“Pas kita udah naek ke atas kapal, Mr. ItemSekali langsung ganti baju,” tutur Elisabeth. “Trus gue liat Mr. Sotoy teriak manggil Mr.ItemSekali, wooii... tabungnya masih ada sisa ga?”
“Pas kita udah naek ke atas kapal, Mr. ItemSekali langsung ganti baju,” tutur Elisabeth. “Trus gue liat Mr. Sotoy teriak manggil Mr.ItemSekali, wooii... tabungnya masih ada sisa ga?”
“Nggak ada, abis...” jawab Mr. ItemSekali dengan nada kesal.
“Mr. Sotoy keliatan kesel juga tuh pas si Mr. ItemSekali
bilang tabungnya abis,” terang Elisabeth... hadeeehhh... @_@
Sementara itu, aku dan Rene kembali melanjutkan mengarungi
underwater P. Biawak karena udara ditabung kami masih banyak. Semakin jauh kami menjelajah, semakin cantik pemandangan
bawah laut yang kami temui. Nudibranch, colourful soft coral, dan binatang laut
lainnya beredar di hadapanku. Ditambah lagi gerombolan groupies fish sibuk
mondar-mandir mejeng di depanku *kaya pengen di colek aje tuh ikan...
gemesss... :p*
Soft coral, fish, & me... (Photos by. Rene) |
Me & Gorgonian Fan.. (photos by. Rene) |
Sebenarnya di sini aku beberapa kali gagal mengatur bouyancy, tapi kembali Rene dengan sigap membantuku hehehe... thx Rene... ^_^ Kurang lebih hampir 1 jam kami melakukan penyelaman di sisi barat P. Biawak. Saat sisa udara di tabungku tinggal 30 bar, aku sudah berada di permukaan tak jauh dari kapal, well done... (^_^)
Log book 3 (sisi barat P. Biawak – sebelah kanan):
time in: 16.17 PM | time out: 17.14 PM
dive time: 56’
air in: 200 bar | air out: 30 bar
visibility: 5 m | depth: 19,8 m
Jika kamu ingin bekpekeran ke Pulau Biawak, bisa membeli buku Journey To Amazing Sites , Pengarang: Ifa Abdoel, Penerbit: Elex Media Komputindo - Gramedia group. Dalam buku tersebut terurai lengkap panduan tips backpacking ke P. Biawak, sarana akomodasi, dan transportasi. Tak hanya itu, buku tersebut juga memuat perjalanan wisata ke tempat-tempat eksotik lainnya di Indonesia ala bekpeker.
After diving... (photos by. Budi) |
Setelah berada di atas kapal, aku dan Rene berdiskusi
sejenak tentang diving-ku tadi. Kemudian, kapal
langsung angkat jangkar dan meninggalkan dive site. Rupanya teman-teman
menunggu aku dan Rene yang memang saat itu lumayan lama diving-nya.. (^_o)
My Friends’s Dive Discovery
Lagi-lagi teman-temanku mendapat masalah saat melakukan dive discovery di sisi barat P. Biawak ini. Saat melakukan dive discovery, Hilwa, Glend, dan Radith turun berbarengan didampingi oleh Mr. Sotoy sebagai dive guide.
Tapi apa yang terjadi? Mr. Sotoy turun dengan sempurna bersama Glend sampai mencapai dasar laut. Sementara Radith dan Hilwa ditinggal sendiri. Bagi Radith (yang baru pertama kali itu mencoba dive discovery) ditinggal turun sendiri adalah suatu hal yang menyeramkan!
“Kuping gue sakit banget fa pas turun. Gue nggak tau itu dikedalaman berapa. Pokoknya gue stress banget deh ditinggal sendiri pas turun,” tutur Radith.
(Kalo menurutku sih mereka turun sampai kedalaman anatara
15-20 m, karena pada saat itu aku juga turun di tempat yang sama-red). Radith berusaha keras untuk mengatasi rasa takutnya. Ia
turun pelan-pelan tanpa pendamping! Alhamdulillah Radith berhasil menyentuh
dasar laut dengan selamat.
“Waktu gue sampe dasar laut, gue diem aja, duduk di pasir. Mr. Sotoy langsung motoin gue. Tapi ga gue gubris karena saat itu gue masih stress...” jelas Radith lagi.
Mr. Sotoy tidak sadar bahwa saat itu Radith sedang stress berat. Ia sibuk potret sana sini. Sementara Hilwa, yang saat itu sedang flu, juga turun pelan-pelan sendirian.
“Dari awal kita sama sekali nggak diberitahu siapa buddy kita,
turun ya turun aja... nggak ada briefing sama sekali!” jelas Hilwa.
Hilwa sempat mencapai dasar laut. Saat mencapai dasar, Mr. Sotoy juga mendekati Hilwa dan langsung jepret sana sini tanpa menyadari bahwa Hilwa sedang kesal padanya karena ditinggal sendirian. Yang lebih parahnya lagi, Mr. Sotoy malah minta difotoin!... ckckck... :O
Hilwa sempat mencapai dasar laut. Saat mencapai dasar, Mr. Sotoy juga mendekati Hilwa dan langsung jepret sana sini tanpa menyadari bahwa Hilwa sedang kesal padanya karena ditinggal sendirian. Yang lebih parahnya lagi, Mr. Sotoy malah minta difotoin!... ckckck... :O
Ketika berada di dasar laut, mereka ber-4 tidak melakukan jelajah. Hanya berdiam diri di dasar, sementara Mr. Sotoy sibuk membuat dokumentasi foto. Berhubung hanya kebagian tabung sisa, Hilwa memberi kode pada Radith untuk naik.
“Untung aja ada Hilwa yang bantuin gue naik, soalnya waktu itu rasanya gue udah melayang aja fa... stress banget,” tukas Radith sambil tersenyum kecut.
Saat mo naik ke permukaan, Glend yang saat itu berdampingan dengan Mr. Sotoy, melakukan kesalahan yang cukup fatal. Ia langsung menggembungkan BCD-nya saat masih berada di dasar laut. Akibatnya, Glend langsung melambung, naik ke atas dengan cepat. Begitu sampai di permukaan, Glend teparrr... (x_x)
“Kepala gue rasanya terbelah... gue langsung diem, ga bisa bergerak... pasrah,” kata Glend mengenang kejadian itu... (x_x)
Lain lagi halnya dengan Eko. “Parah banget deh... masa gue ga kebagian tabung lagi?” ujar Eko.
“Jadi dari kemaren lo cuma kebagian diving satu kali doang?”
tanyaku.
“Iya... itupun ga sampe lima menit diving-nya. Yang bikin
kesel lagi, foto underwater gue malah nggak ada sama sekali!” timpal Eko.
“Padahal gue udah mesen sama Mr. Sotoy kalo sore ini gue mo minjem kamera
supaya gue punya foto underwater. Eh, batre kameranya malah abis.” (x_x)
Untuk menutupi kekesalannya, Eko memilih untuk snorkeling dan berusaha untuk bersabar menghadapi manajemen Mr. Sotoy yang sangattt burukkk... @_@
Wasting time with snorkeling.. (photos by. Budi) |
Tak hanya Eko, Budi dan Phutut pun tidak diving sore itu, entah karena tidak kebagian tabung juga atau ada hal lain?
Dari kejadian-kejadian di atas, kesimpulan yang bisa aku tarik adalah Mr. Sotoy sama sekali tidak membut penghitungan diving. Ada yang cuma kebagian 1x diving, ada yg 4x diving, ada yang cuma 2x diving... dst. Ia juga tidak bisa memperkirakan waktu yang dihabiskan untuk tiap-tiap dive discovery yang dilakukan peserta. Intinya, ia tidak mampu memanajemen kegiatan dengan baik... :p
Bbq
Saat perjalan kembali ke dermaga P. Biawak, kembali kami dihadang oleh tingginya ombak plus angin yang kencang. Aku menggigil kedinginan... @_@ Sampai di dermaga, kami langsung terbirit-birit menuju sumur untuk membersihkan badan. Waktu sudah menunjukkan pkl. 18 sore.
Baru aja aku selesai membersihkan rambut tiba-tiba Rene datang menghampiri dan mengajak aku untuk diving lagi malam ini... beuhhh... @_@ #nawarinnya dari tadi kek, ini gue udah keburu bersih-bersih... :p#
Tapi, berhubung ingin menuntaskan rasa penasaran (karena kemarin malam aku tidak jadi diving gara-gara ditakut-takutin jurig sama si Mr. Sotoy) maka tawaran Rene langsung aku
Usai membersihkan badan, kami makan malam di pinggir pantai lagi... \(^_^)/ Menu malam ini adalah ikan kerapu goreng (hasil mancing para ABK tadi sore), dan ikan tongkol goreng (pemberian Pak Manto). Hadehhh... rasa ikan kerapu gorengnya enakkk bangettt... ga bau amis lagi, apalagi pas dicocol pake saus kecap campur cabe, lekerrr... \(^_^)/
“Di sini lautnya masih bagus ya Pak, nggak ada bulu babinya,”
tukas Elisabeth.
“Wah... kamu jangan ngomong begitu. Kalo kamu ngomong begitu
malah keluar nanti bulu babinya,” jawab Pak Manto.
“Kok begitu, maksudnya gimana pak?” tanyaku.
“Kalo kalian bilang disini nggak ada bulu babi, nanti kalo
kalian nyelem lagi, pasti bulu babinya bakal keluar banyak. Jadi, kalo di sini
tuh harus dijaga omongannya. Jangan sekali-kali bilang nggak ada ini... atau
nggak ada itu, karena yang terjadi bakal kebalikannya. Coba aja dibuktiin,
bapak mah nggak boong,” jelas Pak Manto.
Kami terdiam. Berhubung hanya aku dan Rene yang akan nyelem malam itu. Maka aku pun berhasrat ingin membuktikan kebenaran ucapan Pak Manto. Jika yang ia katakan benar, maka malam itu aku akan menemui banyak bulu babi di bawah laut dermaga P. Biawak.
Night Dive
Sekitar pkl. 21.30 malam, aku dan Rene bersiap-siap melakukan night dive di dermaga P. Biawak. Sebenarnya Hilwa ingin ikut serta melakukan night dive bersama kami, tapi karena Mr. ItemSekali tidak bisa mendampingi Hilwa as her buddy (dengan alasan: lagi nggak enak badan :p), maka Hilwa tidak bisa ikut diving dengan kami. Rene tidak mau mengambil resiko karena ia tidak tahu sampai batas mana kemampuan diving Hilwa.
Sekitar pkl. 21.30 aku dan Rene melangkah meniti dermaga dengan cahaya dari senter. Suasana di dermaga begitu gelap. Tapi walaupun gelap, taburan ribuan bintang di langit membuat suasana sekitar terlihat menakjubkan... ^_^
Deburan ombak tampak bergulung-gulung tinggi memecah kesunyian malam, berebut kecemasan dengan ketiadaan cahaya. Sejenak aku terpaku memandang laut hitam yang terbentang luas dihadapanku. Cahaya senter yang terbatas hanya mampu menerangi sejengkal laut hitam yang tampak sedang marah itu. Rupanya, dari tadi siang keadaan laut tidak berubah, malah semakin ganas... (x_x)
Angin bertiup kencang berebut menyibak rambutku. Buih-buih lautan silih berganti menerjang tepi dermaga, meloncat-loncat tinggi ke arahku. Sebagian langsung menimpa tubuhku, sebagian lagi terjatuh menubruk beton dermaga. Dalam hati aku berkata, “Masha Alloh lautnya serem amat yak?”
Bergidik bulu kuduku membayangkan yang tidak-tidak. Tapi segera aku tepis pikiran buruk itu. Kukuatkan hati sambil terus berdoa, “I am sure I’ll be fine, we’ll be fine...” --> thinking positive, that’s what I do.
Setelah mempersiapkan peralatan, aku menuruni dermaga. Gulungan ombak yang deras langsung mendorong tubuhku dengan kuat. Aku berpegangan pada tepi dermaga untuk menjaga keseimbangan agar tidak terpental. Dengan cepat Rene membantuku memasang BCD, kemudian ia memintaku menunggunya di tengah laut (soalnya dia belom memasang fin dikakinya). “I’ll cath up,” katanya.
Yaelahhh... Rene ada2 aje deh ahh... masa’ gue disuruh nunggu di tengah laut? mana gelap, ombaknya gede2 banget lagi... (-_-*)
Tapi aku menuruti kata2nya, hanya saja tidak sampai ke tengah laut, cuma berjarak sekitar 5-10 m dari dia... :p Setelah itu, kami berdua bersama-sama bergerak ke tengah. Tak sekalipun aku berniat melepaskan pegangan dari Rene... serem cuy, ombaknya Masha Alloh... :O
Setelah agak jauh ke tengah, kami pun turun. Sapuan arus
yaealahhh... di dalem aer mana ada yang bisa ngomong sih fa... hihihi...
lebay.com (^_^)
oke oke... yang bener tuh terasa tenang... gelap...
misterius... dan menakjubkan... (^_^)
Aseli...! suasana malam hari di bawah laut dermaga P. Biawak terasa berbeda dengan siang. Rasanya aku seperti sedang berada di dimensi lain, di tempat para creature-creature aneh yang belum pernah kutemui... hahaha... lebay lagi.com :p
Dan satu hal yang mengejutkanku adalah... hewan laut yang pertama kali kulihat saat mencapai dasar laut adalah bulu babi sodara sodaraaa... ;)) Ternyata apa yang diucapkan Pak Manto itu benar! Bulu babinya pada keluar semua... banyakkk... item-item lagi... hihihi ;))
Selanjutnya, kami melayang menembus kegelapan laut. Cahaya dari lampu senter Rene menyapu hamparan house reef yang sedang tertidur. Ikan-ikan groupies yang tadi pagi genit wara-wiri dihadapanku bersembunyi di balik bongkah hard coral yang ukurannya segede-gede gajah...
Perlahan kami menyusuri coral demi coral, mengamati dari dekat para makhluk malam. Di sebuah coral berbentuk bunga Rene berhenti. Ia menunjuk pada coral tersebut. Awalnya aku tidak memahami apa yang ia maksud. Kupikir ia ingin menunjukkan padaku bahwa itu ada coral yang bagus...
Mungkin karena melihat reaksiku yang biasa-biasa aja, dia menarikku mendekati coral tersebut. Jari-jarinya menunjuk pada makhluk-makhluk mini yang sedang bertengger di atas coral... mini shrimp!
Omg... ada beberapa mini shrimp dengan warna merah, putih
bercampur transparant, lagi ngetem di atas coral itu..hihihi... ;)) kecilll
sekali bentuknya... mungkin hanya sebesar kuaci yang harganya seribuan hahaha...
(^_^)
Mini Shrimp.. (photos by. Rene) |
Para mini shrimp itu terlihat mengangkat-angkat sungut dan kakinya ke arah kami. Mungkin mereka kesel kali ya kami liatin, jadinya mereka misuh-misuh sambil nunjuk-nunjuk, hahaha... (^_^) ngayal.com
Tak hanya shrimp, beberapa soft coral yang bentuknya small dengan warna biru cerah, terlihat jelas saat malam hari. Ubur-ubur dengan warna tentakelnya yang putih transparan juga terlihat menari-nari indah layaknya penari dangdut kawakan... (^_^) Seekor ikan buntal berukuran jumbo tampak mendelikkan matanya saat cahaya senter menerangi badannya yang bulet... (^_^)
Ikan buntal, nudibranch, fish dan hole... (photos by. Rene) |
Tapi yang paling menyenangkan saat itu adalah saat kami melihat seekor Lionfish yang sedang merapat di sebuah coral. Garis-garis di tubuhnya berwarna merah, pink, dan putih... cantik dehhh... (^_^) Helai-helai siripnya yang beracun menjuntai lembut mengikuti irama air. Ia terlihat anggun sekaligus jaim. Ia tetap diam tak bergerak saat kami berada di dekatnya. Beberapa tembakan blits dari kamera Rene pun tidak membuatnya bergeming. Owww... bener2 kelas elit deh nih ikan hihihi...;))
Lionfish... (photo by. Rene) |
Kurang lebih setengah jam kami berada di dalam air. Saat tabungku menunjukkan angka 30 bar, kami langsung menuju safety stop. Setelah itu naik ke permukaan. Usai sudah night dive-ku hari itu. Rasanya senenggg... banget... (^_^)
Log book 4 (night dive - dermaga P. Biawak):
time in: 21.42 PM | time out: 22.20 PM
dive time: 38’
air in: 200 bar | air out: 30 bar
visibility: 5 m | depth: 20,4 m
Sekembalinya kami ke atas dermaga. Mr. Sotoy tidak ada di tempat. Di situ cuma ada Mrs. Sotoy. Siapa yang bakal ngangkat tabung nih? Nggak mungkin kalo aku yang harus mengangkat tabung sampe ke pantai... jaraknya jauh cuyyy... berat lagi! (-_-*).
Untungnya disitu masih ada beberapa orang teman-temanku yang lagi nongkrong. Mrs. Sotoy pun meminta bantuan pada mereka untuk mengangkat tabung berikut BCD yang basah itu... ckckck... pelayanannya Mr. Sotoy bener2 burukkk... @_@
Kembali teman-temanku harus bergotong royong mengangkut tabung diiringi dengan goyangan pinggul si Mrs. Sotoy... :p Setibanya di mess, aku langsung menuju sumur dan membersihkan diri. Setelah itu ngobrol ngalor ngidul bareng Pak Manto dan Rene. Sekitar pkl 12 malam, aku pamit tidur. Rasanya ngantuk banget malam itu... good nite... zzzz...
Fourth Day (19 May 2012) – Go Home
Pagi itu hujan deras mengguyur P. Biawak... alhasil, aku memilih untuk kembali meringkuk di atas kasur daripada berjalan-jalan di luar. Sekitar pkl. 07 pagi, hujan mulai reda. Aku segera bangkit dan sarapan. Setelah itu manjat Menara Suar yang ada di depan mess... ^_^
Di pintu masuk Mercusuar.. |
Mercusuar di P. biawak. |
Bersama Hilwa, Glend, dan Rene, kami menapaki sekitar 240 anak tangga untuk menuju puncak Mercusuar.
Naik-naik ke puncak Mercusuar.. ^_^ |
Awalnya hanya aku dan Hilwa saja yang naik ke atas, kemudian disusul Glend dan Rene. Beberapa kali kami harus berhenti untuk mengatur nafas saat menaiki tangga Mercusuar, capeee... hos hos hos... (-_-*)
Tapi begitu sampai atas, rasa lelah tersebut terbayar dengan pemandangan indah yang kami temui. Hamparan pohon-pohon hijau telihat rapat menutupi dataran P. Biawak. Ijooo... dimana-mana ijooo... keren dehhh... (^_^)
Jika kamu ingin bekpekeran ke Pulau Biawak, bisa membeli buku Journey To Amazing Sites , Pengarang: Ifa Abdoel, Penerbit: Elex Media Komputindo - Gramedia group. Dalam buku tersebut terurai lengkap panduan tips backpacking ke P. Biawak, sarana akomodasi, dan transportasi. Tak hanya itu, buku tersebut juga memuat perjalanan wisata ke tempat-tempat eksotik lainnya di Indonesia ala bekpeker.
Di atas Mercusuar... ^.^ |
Hutan di P. Biawak lebat bangettt... ^.^ |
Dermaga P. Biawak dilihat dari atas & burung-burung yang menghuni hutan di P. Biawak. |
Bergegas aku menuju pantai untuk melihat langsung. Benar saja, dari bibir pantai aku dapat melihat jelas gulungan ombak yang begitu tinggi. Rasanya memang tidak mungkin bagi kami untuk melakukan diving (apalagi dive discovery?)... (-_-*)
Akhirnya, kami pasrah... menunggu hingga keadaan laut menjadi tenang. Tak ada yang bisa kami lakukan di pulau selain duduk-duduk di pantai, mengamati biawak, ngobrol ngalor ngidul sambil cekakakan... (^_^)
A whole team... ^.^ |
With buddy... ^.^ |
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pkl. 12 siang, keadaan laut tidak berubah! Kecemasan pun melanda kami. Bagaimana cara kami pulang? Mr. Sotoy mengatakan bahwa kemungkinan terburuknya adalah kami harus bermalam lagi di P. Biawak. Buatku tidak masalah jika harus bermalam lagi di P. Biawak, tapi sebagian temanku menolak untuk bermalam lagi dengan alasan budget yang sudah menipis dan harus bekerja esok pagi. Akhirnya, kami memutuskan untuk tetap pulang hari itu juga.
Sekitar pkl. 15 sore, para ABK memberi kode bahwa kapal sudah
bisa merapat ke dermaga. Tapi kami harus bergerak cepat saat naik ke atas kapal
lantaran kapal terlihat oleng diterjang gelombang tinggi. Bismillah... semoga kami selamat sampai pelabuhan Karangsong...
Baru saja beberapa saat kapal beranjak dari dermaga. Perutku sudah merasa mualll... ombak yang begitu tinggi ditambah angin kencang yang berhembus telah berhasil mengocok perutku hingga eneggg... Bukan hanya aku saja yang mabuk laut, kami semua terkena mabuk laut (minum antimo nggak mempan :p). Semakin jauh kapal meninggalkan P. Biawak, semakin tinggi ombak yang menerjang kapal kami.
Aku memilih untuk memejamkan mata, sambil meringkuk menahan angin dan dingin yang luar biasa... (-_-*) Cipratan air laut berkali-kali masuk ke dalam kapal, menimpa tubuh kami yang bergelimpangan di dek... Setiap aku membuka mata, yang kulihat adalah pemandangan yang mengerikan! Ombak yang menggulung lebih tinggi dari kapal kayu kami... (x_x)
Rasanya kalo tu ombak mau nyaplok kami gampanggg banget... (x_x) serem banget deh cuyyy... @_@
Sempet2nya ngambil foto Sunset di tengah laut... :p |
Selama 5 jam kami harus menghadapi ganasnya ombak di laut. Saat kapal mulai memasuki pelabuhan di Indramayu, berulang kali aku mengucap syukur... alhamdulillah... (^_^)
Pkl. 20 malam, kami mendarat. Tapi apa yang terjadi, mobil travel yang seharusnya sudah stand by di dermaga, ternyata tidak ada... @_@ Yang aku tahu, Mr. Sotoy pergi naik motor meninggalkan kami tanpa pemberitahuan, entah kemana. Aku langsung berasumsi bahwa Mr. Sotoy sedang memanggil mobil travel tersebut. Satu jam kemudian, Mr. Sotoy kembali tanpa hasil!
Ia berkata pada kami bahwa mobil yang harusnya menjemput kami ternyata dibawa ke Bandung dan baru akan tiba pkl. 03 pagi nanti! Masha Alloh... kontan saja penjelasan Mr. Sotoy membuat amarah kami semakin memuncak! Siyalan bener nih orang... kami ditelantarin di dermaga dalam keadaan lelah, stress, plus kelaperan.
Kami pun memberi waktu pada Mr. Sotoy agar sesegera mungkin menyediakan mobil untuk kami. You know apa jawabnya? “Kalau mau ada nih Mbak, travel tapi harganya 1,5 juta.”
Hastagahhh... bener2 keterlaluan nih orang... (-_-!) Sontak saja sikap Mr. Sotoy tidak bisa kami
terima. Singkat cerita, kami memaksa Mr. Sotoy agar tetap menyediakan mobil
sesegera mungkin. Kami tidak mau menunggu sampai jam 03 pagi dan tidak mau mengeluarkan uang lagi untuk mobil!
Sambil menunggu mobil datang kami pergi mencari makan malam. Waktu sudah menunjukkan hampir pkl. 22 malam. Sekembalinya kami dari makan malam, mobil masih belum ada. Kami pun menunggu di pinggir jalan, hadeeehhh... @_@
Aku terkejut saat Glend membangunkanku... *gue ketiduran di pinggir jalan cuy (-_-*) Saat kulirik jam, waktu sudah menunjukkan pkl. 01.30 pagi! Tak jauh dari hadapanku berdiri sebuah mobil... Grand Max! Hastagaaaa... itu kan mobil yang sama yang membawa kami ke Indramayu beberapa hari lalu... (-_-*) berarti Mr. Sotoy dari tadi menunggu di tempat travel hingga mobil tersebut datang dari Bandung! (-_-*)
Beberapa orang temanku tampak semakin emosi saat mendapati
mobil tersebut. Untungnya, mereka masih bisa menahan diri untuk bersabar... (^_^)
Tanpa panjang lebar lagi, kami langsung memasukkan barang-barang ke dalam mobil
dan cabut dari situ.
Walau di jalan mobil yang kami tumpangi sempat ditilang polisi dan hampir ditabrak bus malem (-_-!), kami tiba selamat di Jakarta sekitar pkl. 05 pagi... alhamdulillah.. Welcome home Ifa... ^_^
"Dalam bisnis manapun, pada dasarnya pelanggan dan
karyawan hanya akan melihat bagaimana mereka terlayani dan terbahagiakan. Ketika kita bisa membuat diri sendiri, karyawan, dan pelanggan berbahagia, maka kesuksesan akan datang dengan sendirinya." (Tony Hseih)
Salam,
Ifa Abdoel
wah pengalaman seru... kalo mau dive di bali kontak" ya
ReplyDeletemakasih bli made... ^_^
ReplyDeletekontaknya kmn ya?... hehehe
hahaha, sepertinya saya tahu siapa si 'mr sotoy' . tahun lalu saya diving di biawak juga sama dia. dan emang ga bener deh manajemennya ini orang.
ReplyDeletehehe,
salam
hehehe... senasib dong mas sama saya :p
ReplyDeletemudah2n next-nya ga ada yg ketipu lg sama mr sotoy n d genk... aminnn
great story, now i really wanna go there.
ReplyDeleteand oh its amazing how you guys didnt burst the angers up in front of him during his 'misbehaves' :D
i will definitely kill him if i were you guys haha.
cheerio,
hehehe... just becareful if u wanna go there. I hope u dont meet or even using this person to accompany during ur trip.. :p
ReplyDeletewow, sis itu parah banget manajemennya. dan gak bertanggung jawab. sampai-sampai ada yang shoot up (itu yang shoot up masih idup gak?) NGERI BANGETTTT!!! Dia gak mimisan? gak kejang-kejang? beneran shoot up dari dasar (20 m) HORORRRRR......
ReplyDeleteKlo gw ikut diving udah gua tonjokin tu si sotoy dan si item, gak responsible bangett, itu nyawa anak orangggggg.....
makasih ya simpatinya.. thx God it was all over :)
Deletekalau dari cerita di atas, kalian beruntung semua bisa pulang ke rumah tanpa kurang apapun dan tanpa ada yang perlu mampir ke Rumah Sakit... Tindakan dive operatornya bahaya banget.
ReplyDeleteAlhamdulillah masih dilindungi Tuhan :)
Deletewow saya baca ceritanya dari awal sampe akhir ngga bisa berhenti seru banget (dan serem juga hiii). Saya juga ada rencana mau ke pulau biawak ini tapi kayanya mau snorklingan aja deh (maklum, baru coba 1x discovery dive).
ReplyDeleteKalo ada waktu mampir-mampir blog saya ya http://sthaap.blogspot.com/
sip.. thx ya udah baca cerita saya.. ^_^
Delete