Sebelumnya sorry banget kalo postingan trip yang ini kelamaan hehehe..
Abisnya banyak banget kejadian tak terduga yang cukup membuat otak aku spinning sepulang dari trip kali ini.. mulai dari diboongin sama pihak dive operator, kegiatan diving yang acak kadul (malah cenderung ‘horor’..( -_-*), hingga manajemen acara yang berantakan.. :p
Lho, kok malah curcol fa..? hihihi.. ^_^
Begini lho.. berhubung mayoritas kegiatanku di P. Biawak adalah diving, maka untuk trip kali ini aku menggunakan jasa sebuah dive operator, sebut saja namanya dive operator ‘Bodong’ dengan sang owner yang bernama sebut saja ‘Mr. Sotoy’.
Aku mengenal Mr. Sotoy dari rekomendasi seorang teman. Mr. Sotoy menawarkan paket diving ke P. Biawak dengan harga yang sangattt murahhh. Hanya perlu mengeluarkan uang sejumlah Rp. 750rb - Rp 1 juta untuk 5 kali diving! (2x di P. Biawak, 1x di P. Gosong, 1x di P. Cendekia, dan 1x night dive di P. Biawak). Biaya tersebut sudah mencakup makan, minum, penginapan, sewa perahu, scuba gear lengkap (untuk dua orang 1 scuba gear). Sangat menggiurkan bukan???
Beberapa orang teman diver (yang tidak ikut-red) sampai tidak percaya dengan info yang aku tawarkan. Mereka menaruh curiga, tapi aku bersikukuh bahwa trip ini aman dan pasti menyenangkan. Tetapi ternyata.. kejadian demi kejadian yang teman-temanku alami saat diving, sangat 'horor'.. :'(
Cerita lengkapnya baca aja terus yahh...
Walaupun begitu, Kejadian horor tersebut tidak membuat kami kapok. Bagi kami, Indonesia merupakan surga bawah air... (/^_^)/.. We want to go dive again.. more and more.. \(^_^)/
tapi kali ini dengan lebih berhati-hati lagi dalam memilih dive operator dan tidak mudah tergiur dengan harga murah!.. #kalo yang ini keknya efek keseringan jadi bekpeker deh, hihihi.. ;))
Olrite... dari pada curcol melulu, mendingan langsung aja kali yah aku cerita soal pengalamanku nge-trip ke Pulau Biawak, sebuah pulau kecil yang terletak di kabupaten Indramayu, Jawa-Barat. Please... enjoy... ^_^
Alkisah..
Di sebuah negara yang bernama Indonesia, berkumpullah 7 orang bekpeker. Ketujuh orang itu adalah aku, Elisabeth, Glend, Hilwa, Eko, Radith, dan Budi. Kami berencana pergi ke Pulau Biawak untuk melakukan kegiatan diving (penyelaman).
Di dorong rasa penasaran dan harga murah yang ditawarkan, kami ingin membuktikan apakah benar kondisi bawah laut P. Biawak secantik yang ada di foto?
Menurut Om Wiki, P. Biawak berada di wilayah Kepulauan Biawak. Ada dua pulau lain yang masuk dalam Kepulauan Biawak ini, yakni P. Gosong dan P. Cendekian. Kepulauan ini disebut Kepulauan Biawak karena banyak sekali satwa biawak (yang dalam bahasa latinnya disebut Veranus salvator), hidup di sini.
First Day (16 May 2012) Jakarta – Karangsong
Malam itu, kami ber-7 sudah stand by di depan ManggaDua Square, menunggu mobil travel yang akan membawa kami ke Indramayu. Penggunaan jasa travel ini atas rekomendasi dari Mr. Sotoy. Untuk menggunakan jasa travel ini masing-masing dari kami harus mengeluarkan kocek sebesar Rp 200rebu *beuh..* untuk perjalanan PP Jakarta – Indramayu – Jakarta.
Malam itu bulan bersinar terang. Dari kejauhan tampak dua orang manusia datang mendekat. Mereka adalah sepasang suami istri. Sang suami tampak terseok-seok membawa suitcase mewah berwarna hitam. Sementara sang istri berusaha berjalan anggun di sebelahnya dengan jeans dan jaket merah yang melekat di tubuhnya.
Dari gayanya, keliatan sekali bahwa keduanya bukanlah bekpeker. Keduanya pun memperkenalkan diri.. eh, ralat.. hanya sang wanita saja yang memperkenalkan diri. Sang pria hanya berdiri tegak mendongak tak bergerak, beuhh.. (-_-!)
Tak berapa lama, sebuah mobil Grand Max berhenti di hadapan kami. Grand Max itulah tunggangan yang akan membawa kami ke Indramayu. Kekisruhan pun langsung terjadi. Sang suami terlihat kesal melihat mobil tersebut. Ia tidak rela jika harus berdesak-desakan di mobil yang kapasitas maksimumnya hanya mampu mengangkut 8 orang itu (berikut tas gembolan).
Alhasil, sang suami yang bergaya bak pendekar wiro sableng ini langsung mengambil hp dan menelepon Mr. Sotoy. Ia marah besar...
“Anda jangan membohongi saya ya? Anda bilang dari sini hanya mengangkut 7 orang, tapi kenapa bisa sampai 9 orang? Nggak muat-lah,” tutur pria tersebut dengan nada tinggi.
(FYI: Glend dan Hilwa memutuskan untuk ikut misi penyelaman ini menjelang hari H, itulah sebabnya mengapa jumlah peserta bertambah).
Kami ber-7 hanya saling pandang melihat reaksi keras dari sang suami. Entah apa jawaban dari Mr. Sotoy, yang pasti sepasang suami istri itu akhirnya mundur dari misi ini.
Mobil pun segera dipacu, berlari cepat menembus kegelapan malam. Ngerii.. itu yang aku rasakan saat sang supir memacu mobil dengan gaya seenak udel. Dalam keadaan ngantuk sang supir berusaha menerobos mobil-mobil lain yang merapat di jalan tol cikampek..
#sepertinya malam itu kami diselamatkan oleh kondisi jalan tol yang super macet. Nggak kebayang kalo jalan tol-nya nggak macet.. ihhhh.. amit amitttttttt.. *ketok meja* (-_-!)
Second Day (17 May 2012) P. Biawak
Sekitar pkl. 02 pagi, mobil berhenti tepat di sebuah rumah di daerah Karawang. Rumah tersebut milik Mr. Sotoy. Di situ kami bertemu dengan dua orang bekpeker lainnya, seorang pria asal Solo bernama Phutut, dan seorang pria bule asal Jerman bernama Rene. Selidik punya selidik, ternyata pria bule ini tak lain adalah kerabat dari pasangan suami istri yang tadi mengundurkan diri.
Setelah beristirahat sejenak dan mempersiapkan perbekalan untuk ke P. Biawak, kami kembali bergerak menuju pelabuhan. Sekitar pkl. 05 pagi kami tiba di pelabuhan.
Angin laut yang membawa embun bertiup kencang. Aku yang tidak membawa jaket sontak kedinginan. Hanya berlapis selendang pasminah aku berlindung dari terpaan angin... (-_-!)
Kapal ini mengeruk dasar laut, agar tidak terjadi pendangkalan di pelabuhan. |
Waktu bergerak cepat.. pkl. 06.. 07.. 08.. kami masih bergelimpangan di pelabuhan. Rasa kesal mulai merayap di hatiku. Sudah 4 jam menunggu tapi kami belum berangkat juga!
“Kita nunggu apa lagi sih?” tanyaku pada Mrs. Sotoy. Mrs. Sotoy adalah istri dari Mr. Sotoy.
“Maap mbak, mobil yang mengangkut suami saya terhalang truk tronton yang terbalik. Jadi, kena macet parah,” tuturnya.
Menunggu.. dari gelap terbitlah terang.. :p |
Tak berapa lama dari kejauhan aku melihat sebuah mobil datang menghampiri dan berhenti tepat di depan kami. Dari dalam mobil, turun Mr. Sotoy, Rene, Phutut, dan kru lainnya.
Tanpa membuang waktu lagi, para kru langsung memasukkan seluruh peralatan dan perbekalan ke dalam kapal kapal kayu berukuran small. Kami pun bergegas naik ke atas kapal dan pelayaran ke Pulau Biawak pun dimulai...
Meninggalkan pelabuhan Karangsong. |
Mengapung di atas laut selama 4 jam bukanlah hal yang menyenangkan. Apalagi perairan menuju P. Biawak termasuk dalam wilayah laut lepas. Karena posisi pulau letaknya 40 mil (lebih dari 12 mil-red) dari pelabuhan Karangsong, maka ombak yang menerjang kapal kami lebih besar dari biasanya.
Muallll.. eneggg.. itu yang aku rasakan pada satu jam pertama. Tapi setelah aku meminum antimo, alhamdulillah rasa mual itu hilang.. berganti dengan kantuk.. :p Jadi, perjalanan menuju P. Biawak kuhabiskan dengan tidur... zzzzzzz
Saat kapal bersandar di dermaga P. Biawak aku baru terbangun..:D *lelap banget deh tidur gue hihihi.. ;))* *sorry ya dit.. lo pasti keki banget ya ngeliat gue bisa tidur lelap sementara lo mabok laut.. hihihi.. salam ikan.... ^_^*
Seperti biasa.. hobi narsis kami pun langsung disalurkan saat kaki-kaki kami menapak dermaga.. ^_^
Tiba di dermaga P. Biawak.. |
Narsis doeloe.. ^.^ |
Di ujung dermaga P. Biawak |
Selamat datang di P. Biawak.. ^_^ |
Setelah semua barang diturunkan, bergegas kami menuju penginapan. Eitss.. jangan ngebayangin penginapan mewah ya... Penginapan kami berupa rumah dinas milik Departemen Perhubungan yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan.. :O
Ada 6 kopel (5 rumah dinas + 1 kamar mesin merangkap gudang) yang berdiri di pulau ini. Di beberapa bagian aku melihat atap bangunan yang sudah lapuk, tembok-tembok yang terkelupas yang menjadi rumah bagi para rayap dan semut-semut terbang yang kalo malem leluasa mengigit kulitku.. *sigh*. Ditambah lagi kondisi kamar mandi yang kumuh dan hanya satu-satunya!.. beuhh.. (-_-*)
Sayang banget deh... sama sekali nggak ada perawatan terhadap aset negara.. (-_-!)
Rumah dinas Dep. Perhubungan di P. Biawak. |
Tapi kerennya, di depan rumah dinas bertengger sebuah menara mercusuar yang dibangun pada jaman penjajahan Belanda.. (/^_^)/
Mercusuar yang dibangun pada saat Raja Z.M. Willem III berkuasa. |
Menurut Pak B. Sumanto T.L., seorang navigator/penjaga menara suar yang kami temui di sana, mercusuar tersebut tingginya mencapai 65m dan dibangun pada tahun 1872. Hebatnya, kerangka besi yang menopang mercusuar tersebut masih ASLI! Tidak pernah mengalami pemugaran sama sekali dari dulu hingga sekarang.. awwww... coolll... ^_^
Mercusuar di P. Biawak... coolll.. ^_^ |
Sumber tenaga surya untuk menyalakan mercusuar. |
Tak hanya itu, untuk menyalakan lampu mercusuar tersebut, digunakan tenaga surya (matahari)... wwaaaaa... kerennnn... ^_^
Namun demikian, untuk menyalakan listrik (untuk keperluan rumah, seperti lampu, dll), Pak Manto menggunakan diesel.
Setelah meletakkan barang-barang di dalam kamar, kami makan siang di dekat dermaga sambil memandang laut dengan langitnya yang biru... Semilir angin laut yang bertiup turut menemani kami yang makan sambil teteup cekakakan.. ^_^
Saat sedang asyik-asyiknya makan, kami dikejutkan dengan biawak yang datang tiba-tiba.. Sepertinya mereka mengendus bau makanan sehingga keluar dari sarangnya. Tapi don't worry... kata Pak Manto sebagian dari mereka sudah akrab dengan manusia kok... (jiiiaaa... padahal gue juga jiper kalo dideketin Biawak... :p )
Jika kamu ingin bekpekeran ke Pulau Biawak, bisa membeli buku Journey To Amazing Sites , Pengarang: Ifa Abdoel, Penerbit: Elex Media Komputindo - Gramedia group. Dalam buku tersebut terurai lengkap panduan tips backpacking ke P. Biawak, sarana akomodasi, dan transportasi. Tak hanya itu, buku tersebut juga memuat perjalanan wisata ke tempat-tempat eksotik lainnya di Indonesia ala bekpeker.
Saat ini, kurang lebih ada 100 ekor biawak yang menghuni P. Biawak. Jumlah tersebut terbilang bagus, pasalnya dulu biawak-biawak tersebut diburu oleh penduduk untuk diambil daging dan kulitnya. Tetapi sekarang, mereka sudah menyadari bahwa kelangsungan hidup satwa ini harus dijaga. Oya, sekali bertelur, biawak bisa menghasilkan 10 butir telur lho..
Makan siang di pinggir pantai, ditemenin Biawak.. ^_^ |
Pemulung di P. Biawak. |
Sehabis makan, kami berziarah ke makam Syeh Syarif Khasan. Menurut Pak Manto, Syeh Syarif Khasan adalah seorang ulama islam yang terkenal yang dimakamkan di P. Biawak.
Misteri Pulau Biawak
Untuk menuju makam, kami harus melewati jalan setapak yang tersusun dari batu dan semen. Hanya butuh waktu 10 menit untuk mencapai posisi makam. Oya, saat menuju makam, kami menjumpai beberapa rumah panggung berbentuk resort. Rumahnya bagus-bagus lho... tapi sayang kondisinya terbengkalai.. -_-* Rumah-rumah tersebut letaknya berdampingan dengan hutan dan tertutup rimbunnya pohon-pohon yang tumbuh subur di pulau ini.
Jalan setapak menuju makam dan resort.. |
Makam Syeh Syarif Khasan. |
Setelah kami konfirmasikan pada Pak Wanto, resort tersebut memang dulunya dibuat guna kepentingan pariwisata di P. Biawak. Hanya saja, dalam perkembangannya tidak ada wisatawan yang ingin menginap di resort tersebut. Kebanyakan dari mereka memilih untuk menginap di rumah dinas.
Pak Wanto hanya mengangkat bahu saat kami tanya mengapa wisatawan tidak mau menginap di resort tersebut? Hmm.. setelah kami berbincang-bincang lebih jauh dengan Pak Wanto, sepertinya kami tahu deh, alasan orang lebih memilih tinggal di rumah dinas. Itu semua karena P. Biawak itu terkenal angker!.. hiiiiiiii.. -_-* (serem kaleee.. kalo harus nginep di pinggir hutan, mana biawaknya masih berkeliaran bebas lagi..:p)
Resort yang terbengkalai. |
Masih menurut cerita Pak Wanto, penduduk asli Indramayu sendiri jarang yang berkunjung ke P. Biawak. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung berasal dari luar Indramayu.
"Penduduk di sini mengenal pulau ini sebagai tempat pemujaan," tutur Pak Manto... hah? (-_-!)
"Masyarakat Indramayu taunya pulau ini banyak dihuni oleh dedemit," tambah Pak Manto lagi... glekkk... (-_-!)
Banyak orang yang datang ke pulau ini untuk bertapa atau meminta wangsit dari makam-makam yang ada di pulau ini (termasuk makam Syeh Syarif Khasan.. :p).
“Tapi sekarang udah nggak serem lagi kok,” katanya sambil nyengir... hadeeehhh... (-_-*)
(FYI: di pulau ini ada beberapa makam, tapi hanya makam Syeh Syarif Khasan saja yang kami sambangi).
Salah satu bukti adanya misteri di tempat ini adalah sebuah sumur air tawar yang airnya berwarna merah muda. Kata Pak Wanto, air sumur tersebut sebelumnya berwarna jernih lho.. Ceritanya dulu begini...
Alkisah.. ada seorang petapa yang melaksanakan ritual tapa selama 21 hari di makam Pangeran Jaka Biawak/Jaka Lelana. Petapa tersebut tidak berhasil mendapatkan wangsit sesuai keinginannya.
Sumur yang airnya berwarna merah muda.
Titik-titik hitam yang ada di tembok sumur merupakan jejak kaki biawak.
Namun demikian, walaupun airnya berwarna merah muda, sumur tersebut merupakan tempat minum bagi para biawak lho.. Pantes aja aku melihat banyak bekas jejak-jejak kaki biawak yang menempel di dinding sumur yang tidak dalam itu. Di sini aku juga baru tahu kalo ternyata biawak itu bisa manjat... :p
Ekspresi kami saat di dekat biawak.. ^_^ |
Tak hanya itu, Pak Wanto juga mewanti-wanti kami agar selalu menjaga omongan, terutama soal ‘nyamuk’. Yupp... makhluk yang termasuk dalam golongan vampir tersebut, merupakan penghuni tetap P. Biawak.. *udeh tau kale faaa... (-_-!)*
"Jangan sekali-sekali kalian mengatakan banyak nyamuk di sini,” tutur Pak Wanto.
“Kenapa memangnya?” tanya kami heran.
“Karena kalau kalian bilang di sini banyak nyamuk, maka nyamuk-nyamuk tersebut akan selalu mengikuti kemanapun kalian pergi. Entah itu kalian ke pantai, ke dalam rumah, bahkan ke kamar mandi, kalian tidak bisa lepas dari para nyamuk yang akan terus mengigiti kulit kalian,” jelas Pak Wanto...
Aku cuma bisa melongo... :O
(So, kalo kamu ke P. Biawak trus digigit nyamuk, jangan komplen yaks.. diem aja. Mendingan menggerutunya dalam hati, like I did.. :p)
Begitu pula kalau kami bertemu dengan kepiting. Pak Wanto mengingatkan pada kami agar jangan mengganggu binatang pencapit tersebut. “Kalau diganggu, dia akan membalas,” tukasnya. Hmm.. kalo yang ini kayanya bukan mitos deh pak.. (-_-*)
Bersambung.. Diving Di P. Biawak
Salam
Ifa abdoel
nice post,,,
ReplyDeletethx.. ^__^
ReplyDeletehehheheh,.. seru juga pengalamannya,..
ReplyDeleteoya klo mau ksini lagi sama para PA yg resmi aja,.
di Indramayu banyak ko para PA yg resmi
hehehe...thx 4 reading :D
ReplyDeleteyup... lain kali memang hrs lbh hati2 milih EO/dive operator. cek n ricek dulu kali yaaa... ;)
kayanya saya tahu nih EO nya...sabar ya mba, harus lebih selektif lg kalo bisa ga usah pake "inisial" masalahnya udah banyak wisatawan yg ngerasa apa yg mba rasain.. :)
ReplyDeleteooo... emg byk yg ketipu jg kaya sy ya??? (-_-*)
ReplyDeleteyg sy tau EO ini msh mnjalankan bisnis trip ke p.biawak dgn harga yg lbh mahal..
mdh2n aja ga ada yg ketipu lg yaa.. aminnn...
emg EO km wkt ke p.biawak siapa namanya? *jd penasaran*
oiya, mgk klo ada pembaca lain yg mo tau siapa nama EO nya bs menanyakan pd sy vie box email disebelah...
thx 4 all ur attention friends... ^_^
mba ifaaaaa...
ReplyDeleteblh minta nmrnya pak manto ga??
makasih bnyk :)
Minta no pa manto jg dunk ka dan tolong Ï‘È‹ share EO diatas sapa tau saya kecele jg, kalo ga info ke saya ke 085773007999. Thanks
ReplyDeleteBoleh minta nomer Mbak Ifa? Mau tanya2 soal pulau biawak nih mbak?
ReplyDeleteAmel
amelia.seftiarini@gmail.com
Lain kali mending cari yg resmi mba..kan ada tuh email buat paket ke P.biawak..w aje habis dr sono aman2 aje..tapi yaa agak mahal juga sih..jadi klo mau kesono, kita bawa bekal sendiri dari daratan...klo ngga kita bawa kompor sendiri.. oyaa disana dilarang bikin api unggun loh..
ReplyDeleteSalam dari anak indramayu
sipp... :)
DeleteTeh kalo traveling sndrian ke pulau biawak aman ga?
ReplyDelete