"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

3/14/12

Ngabuburit di Ho Chi Minh City

Cerita sebelumnya, The Beauty of Phnom Penh

Sebelum sampai di hostel, supir tuk-tuk memarkirkan kendaraannya sejenak di pom bensin. Aku turun dari tuk-tuk dan menghampiri warung kecil di depan pom bensin. Aku ingin membeli air mineral... aus banget cuyyy... *kipas-kipas*
"Execuse me... I want to buy mineral water please."
Ibu-ibu penjaga warung tidak menjawab, malahan kaburrrr...

Aku? bingung... *sigh*  cuma bisa berdiri mematung di depan warung, sampai seorang bapak-bapak menghampiriku dan tersenyum. Rupanya dia juga pemilik warung ini. Kukatakan padanya bahwa aku ingin membeli air mineral (dalam bahasa inggris). Alhamdulillah... bapak-bapak ini mengerti bahasa inggris dan memberiku air mineral yang kumaksud. Harga untuk sebotol air mineral hanya 1000 riel saja... (kalo di hostel harganya US$ 1.. :p)

"What is your nationality?" tanya bapak-bapak penjaga warung.
"Indonesia," sahutku cerah.
"Ooo... Malingsia..."
"No... INDONESIA!" jawabku tegas.
Aku (dalam hati) "Siyaaallll....!!! dikira orang malingsia lagi -_-", huh!).

"Ooo.. Indonesia," katanya dengan dahi berkerut.
 "I thought you are Cambodian," katanya lagi. "Your face look like us," lanjutnya. (orang #5 yang menggap aku Cambodian).
"Yaa... many people think I am Cambodian," sahutku berusaha tersenyum.
Kemudian kami berbasa-basi sebentar, ia menanyakan tujuanku mengunjungi negaranya, dsb..dsb..


Setelah itu aku cap cus ke hostel dan beristirahat sebentar, pray dan check out. Ada kejadian yang membuatku sedikit panik saat check out... :p
Ketika aku hendak meninggalkan kamar, tanpa sengaja aku mematahkan kunci kontak listrik. Jadi, sebagian kunci (yang terbuat dari plastik berbentuk pipih-red) tertinggal di dalam stop kontak listrik. Lemessss deh rasanya... (-_-*)

Begitu aku tiba di depan resepsionis. Kulaporkan pada petugas resepsionis bahwa aku mematahkan kunci kontak listrik hotel, *sambil siap-siap bayar ganti rugi*...
Alhamdulillah.. ternyata mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut.. (^_^)

Usai check out, aku membeli tiket bus tujuan Ho Chi Minh City, Viet Nam seharga US$ 10.
Setelah itu mengirim email ke hostel tempat aku akan menginap di Viet Nam. Kemudian menunggu bus di ruang tunggu. Setengah jam berlalu... bus tak kunjung tiba. Petugas resepsionis menghampiriku dan mengatakan bahwa sebentar lagi datang seseorang yang akan membawaku ke stasiun bus. Benar saja, tak sampai 10 menit, seorang pria datang dan mengatakan bahwa ia akan mengantarku ke stasiun bus..

Bingung... Aku bertanya pada resepsionis apa yang sedang terjadi? karena menurut tiket bus yang aku beli, bus yang akan membawaku ke Viet Nam adalah bus dari Sinh Tourist dan di hostel inilah tempat aku menunggu bus tersebut. Petugas resepsionis mengatakan bahwa bus yang aku tunggu berada di tempat lain, dan pria tadi yang akan membawaku ke sana.

Yasutralah.. aku pasrah.. menurut saja saat disuruh naik ke atas motor. Kami pun melaju di atas jalan berdebu kota Phom Penh. Tak sampai 10 menit aku tiba di sebuah pul bus Capitol Tour. Pria yang membawaku tadi langsung masuk ke dalam dan kembali lagi sambil menyerahkan tiket bus Capitol Tour padaku...
"This is your ticket, you can go to Saigon by this bus," katanya.
Aku melongo...

"Ok, you can enter the bus now. See you again, bye..." lanjutnya lagi.
Aku masih melongo.. Tapi sejurus kemudian aku segera tersadar bahwa perjalananku kembali ke Viet Nam kali ini menggunakan bus Capitol Tour.
"Hmm... mungkin hari ini Sinh Tourist tidak mendapatkan penumpang yang hendak ke Viet Nam, jadi aku ditransfer ke bus lain," batinku menebak-nebak... -_-" (kalo begini mah sama aje ma di Indonesia... :p)

Capitol Tour bus.

Aku pun melangkah masuk ke dalam bus. Di sebelahku duduk seorang ibu muda. Sebelum bus berjalan, petugas bus mendata seluruh penumpang...
"Klppnakeroa...pioaknhasagjgaggjsgu," kata petugas (berdiri di depanku).
Aku (diam).
"Ljopahhieahua... lojioarhauggah," lanjut petugas.
Aku (masih diam).
"Orahfahauyua... oruaihdjadhgag," katanya lagi.
"English please?" jawabku bingung.. -_-"

Petugas itu kaget. Ia pun meminta maaf dan bertanya padaku dalam bahasa inggris berapa nomer bangku yang aku duduki.. ^_^ (orang #6 yang mengira aku Cambodian.. :D)

Setelah kursi-kursi di dalam bus penuh, bus melaju meninggalkan kota Phnom Penh. Sebagai perbandingan, naik Capitol Tours bus ternyata lebih nyaman daripada Sinh Tourist bus. Bus-nya lebih bagus, kursinya lebih nyaman, dan ada toilet di dalamnya.. :)

Pemandangan yang kulalui untuk menuju Ho Chi Minh City sama seperti keberangkatanku beberapa waktu lalu. Saat akan menyebrang pelabuhan Neak Loeung Ferry, aku menemukan pemandangan ini:

Pencurian bensin/minyak tanah?.. disaksikan oleh oknum petugas.. :O

Pelabuhan Neak Loeung Ferry.

Sinar mentari mulai redup saat aku tiba di perbatasan Bevet, Kamboja - Viet Nam. Setelah melalui imigrasi Kamboja, dengan berjalan kaki aku memasuki perbatasan Moc Bai, Viet Nam - Kamboja.

Saat di imigrasi Kamboja, backpack yang aku gendong tidak melalui x-ray, tapi saat melalui imigrasi Viet Nam, ransel dan segala jenis tas lainnya harus melalui mesin x-ray.. hmmm..

Bevet (Perbatasan Kamboja-Viet Nam).

Moc Bai (Perbatasan Viet Nam-Kamboja).

Setelah urusan imigrasi selesai, bus kembali menggelinding memasuki negara Viet Nam. Di sinilah perasaanku mulai khawatir, akan turun dimanakah aku nanti? -_-"
Pasalnya, kali ini aku tidak menggunakan bus Sinh Tourist. Kalo aku menggunakan bus Sinh Tourist, sudah pasti aku akan turun di De Tham Street (kantor Sinh Tourist) yang berdekatan dengan hostel tempat aku menginap. Tapi dengan Capitol Tour bus??...dimana turunnyahhhh??? -_-"

Alhasil sepanjang jalan yang aku lakukan hanyalah berdoa.. berdoa.. dan berdoa.. everything will be olrite fa.. T_T
Sekitar pkl. 20 malam, bus yang aku tumpangi tiba di kota Ho Chi Minh City. Mataku mengawasi jalan-jalan yang aku lewati.. taman.. perkantoran.. toko-toko.. Pham Ngu Lao Street.. bus berbelok.. De Tham Street.. bus berhenti..
Hah? bus berhenti di De Tham Street?.. (/^_^)/

Dua orang bapak-bapak bule yang duduk di belakangku langsung bangkit dari kursinya. Aku mengikuti. Alhamdulillah.. bus berhenti tepat di tempat yang aku harapkan.. horee.. ^.^
Dari kejadian itu jadi aku tahu, ternyata kalo naik Capitol Tours bisa mesen turunnya dimana hihihi.. (lesson #1, don't be hesitate to ask or you get lost ! ;)

Kakiku melangkah menuju hostel Quang, hostel yang sama saat aku bermalam di Viet Nam beberapa hari lalu. Di pintu hostel, madam pemilik hostel menyambutku dengan ramah.
"Aah.. you came back again," katanya senang.
Ia kemudian memberiku kunci kamar yang sama dan peta kota Ho Chi Minh.
(FYI: di setiap hostel di kota ini kamu bisa meminta peta kota gratis ;')

Ini peta Ho Chi Mihn City yang gue punya..
silahkan di save.. :)

Setelah menaruh backpack dan makan malam di hostel. Aku bergerak menuju Sinh Tourist travel. Di sana aku memesan paket tur Chu Chi Tunnel a half day. Harga yang harus aku bayar sebesar US$ 6,28.  Sebenarnya aku ingin mengambil paket satu hari, berikut Cao Dao Temple, tapi niat itu ku urungkan karena terbatasnya waktu yang aku punya.

Waktu sudah menunjukkan pkl. 10 malam saat aku melangkah menuju pasar malam yang terletak di depan Ben Thanh market. Tidak terlalu sulit untuk menemukan pasar ini. Aku hanya perlu mengikuti taman kota, sesuai petunjuk pada peta. Saat menyusuri taman kota, kembali ku lihat pemandangan vulgar bertebaran dimana-mana.. -_-"

Setelah 10 menit berjalan kaki, aku tiba di seberang jalan Ben Thanh Market. Laju kendaraan yang tiada henti membuatku tertahan di bahu jalan. Serem banget cuyy pas mo nyebrang jalannya.. -_-"
Untunglah ada bapak-bapak yang membantuku menyebrang jalan.. ^.^

(FYI: Jika kamu ingin menyebrang jalan di kota Ho Chi Minh, menyebranglah dengan penuh percaya diri walaupun lalu lintas di depan kamu padat. Karena, para pengendara motor maupun mobil-lah yang secara otomatis akan menghindari kamu. Jadi, bukan kamu yang harus menghindari mereka.. kebalik ya?.. hihihi.. ;))

Pasar malam di depan Ben Thanh market begitu meriah. Tenda-tenda berwarna putih tampak berjejer rapih memenuhi jalan. Di dalam tenda, para penjual menjajakan berbagai macam barang. Harga kaos yang dijual di tempat ini ada di kisaran VND 80.000 - 160.000.

Sementara untuk tas sebuah tas kain berukuran sedang + 2 buah tas tangan (kecil) bisa kamu borong dengan harga US$ 11. Oya, transaksi dengan pedagang bisa menggunakan uang dollar Amerika atau Viet Nam Dong.. ^_^

Kelar belanja, aku berkeliling pasar sebentar, kemudian kembali ke hostel. Kali ini aku tidak takut lagi menyebrang jalan.. udeh tau triknya cuyy.. ^_^
Tiba di hostel aku langsung merebahkan diri dan tidooorrr.. capeee.. zzzzz..

Day 6, (15 Oct' 2012)

Pkl. 06 pagi aku sudah bangun dan langsung check out. Harga penginapan yang harus aku bayar US$ 10 (kali ini ga dapet diskon cuy..:D)
Sebelum pergi, menitipkan backpack di lobby hostel. Pagi itu aku kembali mengunjungi Benh Tanh market.. niatnya sih pengen nyari sarapan.. :D

Seperti tadi malam, aku kembali melewati taman kota. And you know.. berjalan kaki di taman kota di pagi hari sangat menyenangkan.. Pepohonan yang rindah menaungi wisatawan maupun masyarakat lokal yang  melakukan berbagai aktifitas di pagi itu. Ada yang berolahraga, ada yang menari salsa, ada yang sedang sarapan, ada pula yang sekedar duduk-duduk, bersepeda, bahkan syuting film.. ^_^
(jadi ngayal.. seandainya Jakarta punya banyak taman-taman kota seperti di sini, pasti kerenn.. ^.^)

Aktivitas di taman..

Syuting film.. ^.^

Pagi ini baru kusadari bahwa letak Ben Tanh market ada di ujung taman, bersebrangan dengan terminal bus.Tak hanya itu, pasar malam yang semalam ku kunjungi ternyata mengambil lokasi di tengah jalan. Oo... i see... rupanya pada malam hari jalan raya yang terletak di depan Ben Tanh Market ditutup untuk kendaraan dan berubah fungsi menjadi pasar malam.. :')

Tercium aroma 'khas' pasar saat aku melangkan masuk. Berbagai bahan pangan mulai dari sayur-sayuran, ikan, ayam, dan sebagainya dijual di tempat ini. Lapak-lapak penjual makanan maupun minuman juga telah siap melayani pembeli. Hanya saja, toko-toko souvenir belum buka.

Di tempat itu aku menemukan penjual roti dan membelinya. Harganya murah, hanya VND 1.000 per buah. Untuk yang muslim jangan lupa bertanya terlebih dahulu apakah roti dagingnya mengandung pork (babi) atau tidak.. :p

Chu Chi Tunnel

Sekitar pkl. 08 pagi, aku telah berada di dalam bus Sinh Tourist. Perjalanan menuju Chu Chi Tunnel memakan waktu sekitar 1,5 jam. Untuk masuk ke Chu Chi Tunnel, aku harus membayar tiket sebesar VND 80.000. (ternyata harga tur belom termasuk tiket masuk.. -_-" )

Stiker sebagai tanda masuk terowongan.

Saat berada di dalam area Chu Chi Tunnel, lagi-lagi aku sama sekali tidak terpesona.. :p
Yaealahh.. pohon-pohon bambu, semak-semak, berikut jalan setapak yang terbungkus tanah liat, sama persis dengan kampung halamanku di Toba.. huahaha.. :))

Area Chu Chi Tunnel.

Di ruang ini kami diberi penjelasan seputar Chu Chi Tunnel.

Namun demikian, saat aku mengetahui sejarah terowongan ini dari penjelasan sang guide, hanya satu kalimat yang bisa aku berikan pada rakyat Viet Nam.. "You are Awesome!!".. ^.^

Terowongan Chu Chi atau Chu Chi Tunnel merupakan terowongan yang dibuat pada masa perang Viet Nam oleh masyarakat (sekaligus pejuang) yang tinggal di distrik Chu Chi untuk menghalau tentara Amerika yang ingin menjajah. Berkat adanya terowongan ini, Amerika GAGAL TOTAL!!! dalam menjajah rakyat Viet Nam.. kerennn.. ^.^

Mau tau lengkapnya soal terowongan ini? silahkan klik di sini.

Salah satu contoh terowongan. Di desain sesuai ukuran tubuh org Asia, 
shg tdk mudah dimasuki oleh org Amerika yg notabene bertubuh besar.

Di terowongan ini gue cuma masuk sampai jarak 20m aja. 
Gak sanggup jauh-jauh.. cape krn badan hrs ngebungkuk, 
udah gitu panas banget didlmnya.. :O

Selain terowongan, di area Chu Chi Tunnel ini juga terdapat berbagai macam jenis senjata (replika) maupun jenis-jenis jebakan yang dibuat untuk menghalau tentara Amerika.

Ada pula tempat shooting range. Di sini, wisatawan bisa melakukan latihan tembak. Untuk senjata jenis M 16, Machine Gun M 60, dan AK 47, kamu hanya perlu membayar VND 35.000/bullet, min. 10 bullet. Sedangkan untuk senjata jenis M 30, Carbine, Garang M 1, atau K 54, kamu cukup membayar VND 20.000/bullet, min. 10 bullet.

Mejeng di depan tank.. ^.^

Contoh jebakan..

"Lunch timeee...!" suara guide terdengar lantang.
Waktu hampir menunjukkan pkl. 12 siang. Kami berkumpul di sebuah meja panjang yang terbuat dari kayu. Di atasnya teronggok gelas-gelas dari tembikar (tanah liat), teko, dan beberapa piring kecil yang berisi gula pasir + kacang dan singkong rebus!!
Jiiaaa.. jauh-jauh ke Viet Nam nemunya singkong rebus juga, hagagagaggg.. :)))

Mari makan singkong rebussss.. ^.^

Setelah lunch, kami bergerak meninggalkan Chu Chi Tunnel, kembali ke kota Ho Chi Minh.

Ngabuburit di Ho Chi Minh City

Hari mulai siang. Jalan-jalan di kota Ho Chi Minh terlihat padat. Aku melangkah di sepanjang jalan Pham Ngu Lao. Gembel-gembel di perut mulai melancarkan aksi demonstrasi. Celingukan aku mencari-cari restoran Pho Quynh, 323 Pham Ngu Lao. Sengaja aku mencari restoran tersebut berdasarkan rekomendasi dari milis. Kabarnya, pho di tempat itu rasanya lezat.

Restoran Pho Quynh terletak persis di bahu jalan (perempatan). Siang itu lumayan banyak orang yang makan di sana. Aku memilih duduk di luar. Seorang pelayan datang membawa menu. Kembali, aku harus berhati-hati dalam memilih makanan karena ada beberapa menu yang mengandung pork (babi). Pilihanku jatuh pada pho with beef.

Pho with beef.. lekkerrr.. ^.^

Usai makan siang, aku kembali menyusuri jalan Pham Ngu Lao. Di sebuah warung kopi kecil, aku memesan minuman ice coffe Trung Nguyen with milk. Kata orang, nggak afdol kalo ke Viet Nam nggak nyoba minum kopinya. Dan ternyata, rasanya endang banget cuyyy.. :O
Walaupun pake milk, kopi paitnya tetep terasa.. enyak enyak enyakkk.. ^.^

Sambil terus menyeruput ice coffe with milk via sedotan, aku kembali berjalan. Tujuanku siang itu adalah berkeliling kota Ho Chi Minh. Berdasarkan peta yang aku minta dari pemilik hostel, dengan berjalan kaki aku dapat mengunjungi beberapa tempat wisata di kota itu.

O ya, aku cerita sedikit yah tentang kota Ho Chi Minh.. :') Berdasarkan keterangan dari Om Wiki, Ho Chi Minh  City merupakan ibukota negara sekaligus kota terbesar di Viet Nam. Kota ini memiliki 24 distrik. Distrik yang banyak dihuni oleh para bekpeker berada di Distrik 1 (tempat aku menginap..:').

Dahulu, Ho Chi Minh ini bernama Prey Nokor yang berarti 'Kota Hutan' atau 'Negeri Hutan' (dalam bahasa Khmer). Karena letaknya yang berdekatan dengan delta sungai Mekong, kota ini menjadi pelabuhan utama bangsa Kamboja. Pada abad ke-16, kota ini berhasil ditaklukkan oleh bangsa Viet Nam dan berubah nama menjadi Saigon. Lalu di tahun 1975, Saigon berubah nama menjadi Ho Chi Minh (meskipun hingga saat ini nama Saigon masih sering digunakan).

Di sebuah persimpangan, seorang tukang ojek menawarkan jasanya padaku. Sejenak aku bimbang, tapi sejurus kemudian aku memutuskan untuk memakai jasa ojek motor demi mempersingkat waktu. Setelah menawar, harga yang kami sepakati untuk mengantarku sampai ke depan gereja Notre Dame Cathedral adalah VND 20.000.

Saat diperjalanan, tk. ojek tadi kembali menawarkan jasanya untuk mengantarku ke bandara (jika aku telah selesai berkeliling kota). Ia berdalih, harga yang bakal aku bayar jika menggunakan jasa taxi, akan jauh lebih mahal daripada ojek. Aku menolak tawaran tersebut (mengingat aku akan menggunakan transportasi bus umum untuk ke bandara).

(FYI: belakangan aku tahu bahwa tawaran untuk mengantar wisatawan ke bandara merupakan trik yang biasa dilakukan para ojekers. Sebaiknya dihindari saja, lebih aman dan murah jika kamu menggunakan bus atau taxi).

Tak sampai 15 menit berkendara, aku tiba di depan gereja Notre Dame Cathedral. Gereja dengan nuansa merah bata itu terlihat megah. Tapi menurutku, bangunan  gereja Cathedral yang di Jakarta jauh lebih cantik dan lebih megah dari yang di sini (menurut gue lhooo... *dilarang protes :p).

Gereja Notre Dame Cathedral

Narsis di depan patung Bunda Maria.. ^.^

Saat aku hendak masuk ke dalamnya, di depan gerbang terdapat tulisan bahwa gereja hanya dibuka pada waktu-waktu tertentu. Visiting time (in weekdays) 08 am - 11 am dan 03 pm - 04 pm.
Dengan demikian, aku harus kembali pada pkl. 15 sore, okelahkalobegeto...

Setelah narsis di depan gereja, aku bergerak menuju kantor pos yang letaknya persis di sebelah gereja. Kantor Pos Pusat Saigon atau Buu Djien Thanh Pho Ho Chi Minh ini dibangun pada saat Viet Nam masuk ke dalam wilayah Indochina Perancis, yakni pada awal abad ke-20. Bangunan kantor pos ini memiliki gaya arsitektur Gothic. Dirancang dan dibangun oleh arsitek terkenal Gustave Eiffel.

Kantor Pos Pusat Saigon.

Desain luar kantor pos.

Always narsis.. ^.^

Bagian dalam kantor pos.

Salah satu sudut kantor pos..

Dari kantor pos, aku bergerak mencari toko roti Scheneider Bakery yang lokasinya berada di jalan Pasteur, tak jauh dari cathedral. Ada seorang anggota milis yang menyebutkan bahwa toko ini menjual kue-kue kering tradisional dari Jerman yang rasanya enak.

Tidak sulit bagiku untuk mencari toko ini karena jalan-jalan di kota Ho Chi Minh tertata sangat rapih.. salut buat penataan kotanya.. *dua jempol deh* (seandainya Jakarta juga dibuat seperti ini.. *ngayal*).

Tak hanya itu, kota ini juga sangat teduh. Di sepanjang jalan tumbuh pepohonan yang rindang dan taman-taman kota yang berderet dengan rapih. Yup... tidak sulit untuk menemui taman di kota ini karena memang banyakkkkkk sekaliiiii taman-taman yang menghias kota.. ^_^

Setelah menemukan toko roti Scheneider, aku tidak langsung mampir ke tempat itu, melainkan terus berjalan lurus ke arah Ly Tu Trong street. Disitu letak Ho Chi Minh City Museum atau Bao Tang Thanh Pho Ho Chi Minh berada.

Ho Chi Minh City Museum.

Mejengggg.. ^.^

Untuk masuk ke dalam museum ini aku harus membayar tiket sebesar VND 15.000. Museum Ho Chi Minh City berdiri di lahan seluas 2 ha. Museum ini dibangun pada tahun 1885, yang kemudian mengalami pemugaran di tahun 1990. Bangunan museum ini di desain oleh Foulhoux, seorang arsitektur dari Perancis.

Di dalamnya, ada ruang display dan exhibiton yang memajang berbagai peninggalah bersejarah rakyat Viet Nam, diantaranya arkeologi, sejarah revolusi dan pembangunan negara Viet Nam, kerajinan industri, dan sebagainya. Sementara di bagian luar museum terdapat replika tank, pesawat tempur, hingga mobil-mobil antik.

Bagian dalam museum.

Di dalam museum.. ^.^

Bagian belakang museum.

Bagian samping museum.

Setelah berkeliling museum, aku beranjak pergi. Saat melintasi sebuah taman yang terletak persis di depan museum, seorang pria berteriak lantang.. "Assalamualikum.."
Refleks aku menoleh, "Wa' alaikumsalam.." jawabku tersenyum.

Wanita di sebelah pria itu berkata, "Indonesia?"
Aku (tersenyum), "Iya.."
"Apa kabar?" kata si pria. "Saya juga dari Indonesia," teriaknya lagi.
"Baik, alhmadulillah..," sahutku sambil melambaikan tangan dan berlalu.

Sebenarnya aku ingin sekali bercakap-cakap dengan mereka. Dari penampilan mereka aku yakin bahwa mereka orang Indonesia yang tinggal/menetap di Viet Nam. Tapi berhubung aku sedang diburu waktu, keinginan tersebut terpaksa aku pupus. Tapi senang rasanya bertemu dengan orang Indonesia..^.^

Perjalanan kulanjutkan kembali menuju toko roti Scheneider. Setibanya di tempat itu, aku agak kaget juga karena di toko ini tidak disediakan tester. Nekad, aku membeli beberapa toples kue-kue kering tersebut tanpa tau rasanya. Belakangan aku menyesallll telah membelinya. Karena rasanya sama sekali nggakkkkk enakkkkkk.. @_@

(udeh harganya mahal.. VND 40.000 per toples, rasanya? nggak ada rasanya alias hambar alias kaga enakkkk.. :p). Nggak rekomen deh beli kue kering di sini.. hicks! -__-"

Dari toko roti aku kembali menuju gereja cathedral karena waktu sudah menunjukkan pkl 15.15, yang berarti gereja sudah bisa dimasuki... ^.^

Pintu depan gereja.

Bagian dalam gereja.

Setelah melihat-lihat bagian dalam gereja, aku melangkah ke luar. Dengan peta di genggaman, aku mencari jalan untuk kembali ke hostel. Tapi yang ada aku malah bingung baca peta.. hihihi.. ;))
(gue emang nggak jago baca peta cuy.. -__-" ).

Setelah menimbang-nimbang aku memutuskan untuk melewati jalan Dong Khoi street. Karena (menurut peta-red) jalan tersebut akan menuntunku menuju Le Loi street. Jika aku menyusuri Le Loi street maka aku akan tiba di Ben Thanh market.. ^_^

Sinar matahari mulai meredup saat aku melangkahkan kaki di trotoar jalan. Cuaca yang tidak terlalu panas, ditambah pepohonan yang rindang di sepanjang jalan.. sungguh menjadi sebuah jalan-jalan sore yang menyenangkan.. ^_^

Setelah berjalan kurang lebih 500m, aku terkaget-kaget karena menemukan pemandangan ini:

Saigon Opera House.. ^.^

Saigon Opera House di bangun pada tahun 1897 oleh seorang arsitektur Perancis yang bernama Ferret Eugene. Setelah tahun 1956, gedung yang berkapasitas 800 kursi ini digunakan sebagai gedung parlemen. Namun, sejak tahun 1975, gedung ini dikembalikan lagi fungsinya sebagai gedung theatre dan dipugar pada tahun 1995.

Mau tau lengkapnya tentang Saigon Opera House?.. silahkan klik di sini

Di depan Saigon Opera House aku membaca papan jalan "Le Loi street". Huaaa.. akhirnya sampai juga di jalan ini. Setelah mengambil foto Saigon Opera House, aku berbelok mengikuti jalan Le Loi. Tak sampai 200m dari Saigon Opera House, aku bertemu dengan pemandangan ini..

Ho Chi Minh City Hall.

Foto dulu ahh.. ^.^

Sebenarnya aku ingin sekali masuk ke dalam gedung Ho Chi Minh City Hall ini, tapi apa daya.. -_-" Mau tau lengkapnya mengenai gedung ini? silahkan klik di sini

Dari situ aku kembali menyusuri jalan Le Loi. Rasanya senang sekali karena tanpa sengaja aku mengunjungi tempat-tempat wisata di kota Ho Chi Minh ^.^

Dan.. tanpa sadar aku masuk ke dalam pasar Ben Thanh. Beneran lho.. aku bener-bener nggak nyadar kalo aku sudah tiba di pasar Ben Thanh. Ternyata, Gedung City Hall dekat sekali dengan Ben Thanh Market.. ;))

Setelah membeli beberapa oleh-oleh (dua buah dompet pesenan nyokap seharga US$ 2, kacang biji lotus, dan kopi Trung Nguyen), aku bergegas menuju hostel untuk mengambil backpack yang kutitipkan di loby sejak pagi tadi.

Kemudian, aku berjalan kaki kembali menyusuri jalan menuju Ben Thanh Market. Lho.. kok balik lagi ke pasar?.. Yup.. soalnya, lokasi terminal bus persis di depan pasar. Seperti yang sebelumnya sudah aku ceritakan, untuk menuju bandara aku hendak menggunakan jasa bus umum.

Bus tujuan bandara Tan Son Nhat International adalah bus dengan nomor 152. Alhamdulillah.. begitu aku sampai di terminal, bus dengan nomor tersebut baru saja tiba. Bergegas aku naik ke dalamnya. Saat di dalam bus, aku bertanya pada seorang bapak-bapak di depanku, aku ingin memastikan bahwa bus yang aku tumpangi ini benar-benar menuju bandara.

Bapak-bapak itu pun mengiyakan pertanyaanku. Harga tiket bus yang harus aku bayar hanya VND 4.000 saja.. murah yaaaa.. ^.^ (bayangkan kalo aku menggunakan jasa ojek motor atau taxi, yang tarifnya mencapai US$ 10-17.. ckckck..:O). Oya, bapak-bapak tadi yang membantuku membayar tiket bus.

Saat mengetahui aku bukan orang Viet Nam, bapak-bapak tadi memutuskan untuk duduk di sebelahku dan kami pun bercakap-cakap. Ternyata, ia berkebangsaan Korea Selatan yang sedang berlibur. Pada awalnya ia mengira aku orang Philipin karena mendengar aksen bahasa inggrisku. Tapi setelah kukatakan bahwa aku dari Indonesia, dia kaget.. ^.^

"Saya pernah tinggal di Medan selama 3 bulan," katanya senang (dalam bahasa inggris).
"Orang Medan baik-baik banget.. Saya sering diberi makanan gratis. Saya pernah diberi pisang gratis.. banyakkk bangettt.." tuturnya semangat.
Hidungku langsung kembang kempis mendengar pujiannya.. ^_^ (tapi kok pisang yahh.. ;))

Lebih lanjut kami pun bercakap-cakap tentang kebudayaan negara kami masing-masing, termasuk budaya masyarakat Viet Nam. Darinya aku tahu beberapa hal tentang budaya Viet Nam (ia pernah tinggal di Viet Nam selama 5 tahun).

"Kenapa di kota ini (Ho Chi Minh-red) jarang sekali ditemui tabrakan antara pejalan kaki dan pengendara motor/mobil? padahal kamu tahu kan kalo di sini, orang yang ingin menyebrang jalan nggak perlu liat kiri-kanan? maen nyelonong aja?" katanya padaku.

Aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Dibenakku terlintas kejadian saat aku hendak menyebrang jalan di depan gereja Cathedral. Saat itu aku memang sengaja tidak menoleh ke kiri maupun ke kanan. Aku hanya ingin menjajal, apakah benar para pengendara motor tersebut tidak akan menabrakku walaupun aku tidak melihat ke kiri dan ke kanan saat menyebrang? dan ternyata benar...! mereka (pengendara motor-red) yang bergerak lincah mengindariku.. coollll.. ^__^

Bapak-bapak itu pun melanjutkan, "Itu karena mereka punya budaya bunyi klakson. Coba deh kamu perhatikan bunyi klakson bus ini saat bus ingin melewati pengendara motor. Nadanya pasti sama," terangnya lagi.
"Saat mendengar bunyi klakson tersebut, para pengendara motor pun tahu bahwa mereka harus minggir dan memberi jalan pada bus," katanya lagi.

Aku menyimak perkataannya, dan apa yang ia katakan memang benar. Bus yang aku tumpangi selalu membunyikan nada klakson yang sama saat minta jalan kepada pengendara motor.. coollll.. ^.^

Ia juga mewanti-wantiku untuk berhati-hati dan jangan membawa uang cash dalam jumlah besar saat berpergian. Karena, para tukang ojek yang mangkal, atau orang-orang yang suka berkerumun di pinggir-pinggir jalan, sering mencopet/menjambret/menipu para wisatawan. Mereka (penjahat-red) tahu persis yang mana wisatawan dan yang mana orang lokal. Ia menunjuk pada wajahku yang tak jauh beda dengan orang lokal..  jiiaaaa.. :p

Percakapan kami pun berlanjut sampai tak terasa kami tiba di bandara. Di sini kami berpisah. Aku bergerak menuju lantai 2 (tempat penerbangan internasional). Untuk ukuran bandara internasional, bandara Tan Son Nhat International tergolong bandara yang kecil.

(FYI: di bandara Tan Son Nhat International nggak ada mushola. Tapi kamu bisa sholat di bawah tangga di dpn ATM, yang letaknya di samping gedung bandara (arah toilet) --> like I did.. ^_^ )

Saat aku tiba di depan loket check in, aku bertemu dengan segerombolan mahasiswa dari Bandung. Dari obrolan kami, aku tau bahwa para mahasiswa tersebut sedang mengadakan studi tur ke beberapa universitas di kota Ho Chi Minh dan Thailand. Mereka harus membayar uang sebesar Rp 8 juta/orang untuk studi tur tersebut.. ckckck.. :O (jadi inget.. betapa kere-nya gue saat kuliah dulu.. :p)

Setelah aku yang takjub dengan uang yang mereka (ups.. uang yang orang tua mereka-red) gelontorkan untuk studi tur tersebut, gantian mereka yang takjub mendengar penjelasanku yang berpergian ala bekpeker dengan budget seadanya sampai ke Kamboja.. ^.^

Di ruang tunggu bandara.

Aku melirik jam tangan. Waktu sudah menunjukkan pkl. 17 sore, tapi Irma belom muncul juga. Kemanakah gerangan tu bocah?.. siapakah Irma? baca tulisanku sebelumnya welcome to cambodia

Sekitar pkl. 18, Irma muncul dihadapanku, lega rasanya melihat dia baik2 saja (takut ada apa-apa cuyy.. ^_^). Kami pun segera melakukan check in dan bergegas menuju imigrasi. Sekitar pkl. 20.20 pesawat kami tinggal landas dan tiba di Jakarta tengah malam!..:p

Welcome home Ifa.. ^.^


Salam

Ifa Abdoel

6 comments:

  1. Kisahmu sangat menarik Ifa, sudah kubaca seri Vietnam-Cambodia-mu ini dari awal sampai akhir, selain informatif, tulisanmu ini penuh dengan cerita human interest yang mengalir dengan apik.

    Kalau boleh, tolong bisa di-share berapa kira2 anggaran untuk perjalanan selama seminggu ini?

    Salam,
    Antony

    ReplyDelete
  2. makasih ya udah baca cerita aku dr awal - akhir.. ^_^
    anggarannya aku lupa brp, tp kurang dr 3 jt.
    bahkan klo nggak belanja oleh2,bs lbh irit lg.. hihihi.. ;))
    have a nice travelling... ^_^

    ReplyDelete
  3. awesomeeeeeeeeee....

    ReplyDelete