Mumpung masih anget & masih segar di ingatan, aku mo cerita sedikit nih tentang perjalananku yang sorangan wae ke Cambodia (in Bahasa = Kamboja) beberapa waktu yang lalu.
hope u enjoy the story yaks... (^__^)
Doin' solo backpacker is amazing...
Alone in foreign country, depending on my self...
really need extra courage.
Thanks to Alloh SWT, I did it well... (/^_^)/
Perjalanan ini dimulai sekitar 6 bulan yang lalu, saat aku berburu tiket murah dari maskapai AA...
Saat itu, terpampang di layar monitorku penerbangan tujuan Ho Chi Minh City atau Sai Gon, ibukota negara Viet Nam. Harga yang ditawarkan maskapai tersebut sangat fantastis! Aku hanya perlu merogoh kocek sebesar IDR 481K, untuk membeli tiket PP (Jakarta - Ho Chi Minh - Jakarta)... ^_^
Day 1, (10 Oct' 2011)
Jakarta - Ho Chi Minh City
Dengan menumpang bus Damri, aku berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Waktu masih menunjukkan pkl. 13.45 WIB saat aku tiba di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Pesawat yang akan membawaku terbang menuju Viet Nam berangkat pada pkl. 16.35 WIB. "Masih lama..," pikirku.
Setelah menghabiskan waktu untuk makan siang, aku masuk ke dalam untuk boarding check. O ya, sebelumnya (sekitar seminggu sebelum hari H) maskapai AA mengirim email yang memintaku untuk melakukan Web Check-In agar langsung memperoleh boarding pass.
Web Check-In merupakan fasilitas check in yang bisa dilakukan via website (internet). Di situ aku hanya perlu melengkapi data-data sesuai permintaan. Setelah terkonfirmasi, aku langsung mendapatkan boarding pass yang aku print sendiri (boarding pass untuk pulang - pergi).
Dengan fasilitas ini, aku tidak perlu ngantri untuk check in di Kiosk AA. (FYI: aku tidak memakai bagasi). Petugas AA yang berada di Kiosk hanya memintaku membayar airport tax sebesar IDR 150K, kemudian menuliskan Gate D4 pada lembaran boarding pass-ku.
Usai urusan check in selesai, aku menuju bagian imigrasi setelah sebelumnya mengisi data-data keimigrasian di sebuah lembaran kertas imigrasi. Kemudian melalui mesin x-ray dan berakhir di ruang tunggu bandara.
Narsis sendiri di ruang tunggu.. teuteup.. ;))
Sambil memejamkan mata aku menunggu giliran naik ke pesawat. Sekitar pkl. 16.00 WIB Irma muncul dihadapanku. O ya, Irma adalah salah seorang temanku, kami memang bersama-sama menuju Ho Chi Minh, Viet Nam. Tetapi karena ada perbedaan itinerary, kami memutuskan untuk berpisah dan melakukan perjalanan tersebut sendiri-sendiri... :p
that's why I called this: solo travelling... ^_^
Delay 10 menit, akhirnya pesawat yang mengangkut kami tinggal landas. Sekitar pkl. 19.40 waktu Sai Gon, kami tiba di Tan Son Nhat International Airport, Viet Nam. (FYI: Tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Sai Gon).
Bandara Internasional Tan Son Nhat terlihat mungil untuk ukuran bandara internasional, tetapi bersih. Setelah melalui proses imigrasi dan mesin x-ray, kami memesan taxi di counter taxi yang letaknya persis di pintu keluar bandara. Taxi yang kami pilih adalah Vina Sun (berdasarkan informasi dari milis, taxi merek ini bisa dipercaya). Dengan membayar US$ 7.. *beuh..* (langsung di counter taxi-red), kami menuju De Tham Street, tepatnya kantor Sinh Tourist Travel.
O ya, taxi yang beredar di Sai Gon tidak hanya jenis sedan tetapi juga MPV (multi purpose vehicle). Kebetulan taxi yang kami dapatkan sejenis MPV, jadi lega banget deh di dalemnya.. ^_^
Semrawutnya jalan raya di kota Sai Gon mulai terlihat saat kami memasuki jalan utama di pusat kota. Tanpa memperdulikan lampu lalu lintas, para pengendara seenaknya menerobos jalanan, dan para penyebrang jalan pun tampak lihai menyebrang jalan di tengah-tengah mobil dan motor yang melintas tiada henti... ckckck.. :O
Saat taxi kami melewati taman-taman kota, banyak sekali sepasang muda-mudi yang tengah asyik masyuk di tempat itu, vulgarrr...(-__-!)
Setelah kurang lebih 20 menit berkendara, kami tiba di jalan Pham Ngu Lao. Kemudian taxi berbelok ke De Tham Street dan berhenti tepat di depan kantor Sinh Tourist Travel.
Aku memang sengaja menggunakan jasa Sinh Tourist Travel untuk memesan tiket bus menuju Cambodia (www.thesinhtourist.vn). Harga tiket tujuan kota Siem Reap, Cambodia, yang harus aku bayar adalah US$ 17 *beuh..*
O ya, aku sudah menukar uang dolar amerika sewaktu masih di Jakarta.
Setelah membeli tiket, kami makan di sebuah restoran dan memesan pho (mie). Pho adalah mie putih (mirip mie ramen) yang disajikan dengan daging atau ayam, ditambah sayur-sayuran mentah (cabe merah dipotong-potong, toge, dan daun kemangi). Pho adalah makanan khas masyarakat Vietnam, jadi wajib untuk dicoba.
mix juice & pho with chicken.. ^_^
Untuk minum, aku memesan mix juice (pisang, nanas, dan pepaya yang diblender dan diberi susu),
"Ow... this is good for your skin miss," kata sang pelayan restoran sambil cengengesan.
Aku nyengir saja saat ia mengatakan itu, tapi swearrr... rasa jusnya endang banget booo... and rasa kuah pho-nya seger... (^_^)
Harga makanan plus minuman yang harus aku bayar sebesar VND 58K *beuh..*
FYI: saat di Sai Gon, Vietnam, aku menggunakan kartu ATM berlogo Cirrus untuk menarik uang cash VND (Vietnam Dong) di ATM bank setempat. Kebetulan yang paling gampang dicari adalah ATM Sacombank. Sekali penarikan, dikenai biaya adm. sebesar IDR 25K. Jadi, kamu tidak perlu menukar uang VND di Jakarta tapi cukup membawa kartu ATM berlogo Cirrus saja yahhh... :)
Setelah makan malam, Irma membantuku mencari hostel di Bui Vien Street. Banyak sekali hostel yang berjejer di jalan Bui Vien. Hostel-hostel tersebut bentuknya memanjang ke atas (ruko bertingkat). Begitu melihat our heavy backpack ditambah tampang yang udah acak kadul, beberapa orang langsung
"Need a room? please visit our guest house only ten dollar," begitu ucapan mereka.
Seorang penjaga guest house sukses menjaring kami. Setelah melihat-lihat keadaan kamar yang ditawarkan, aku langsung jatuh hati. Aku pun menawar harga pada pemilik hostel, seorang ibu-ibu.
"I only sleep one nite, tomorrow morning I will go to Cambodia."
"Okay, I'll give you 8 dollar," kata si ibu-ibu.
Hah? dari US$ 10 turun jadi US$ 8?.. aku terperangah! murah bangettt... :O Aku mencoba menawar 7 dollar, tapi si ibu tidak mau menurunkan harga lagi... *padahal dalem hati sih lompat-lompat kegirangan saking senengnya dapet hostel murah meriah... hihihi... ;))
Hostel tempatku menginap namanya Quang Guest House. Kamarku terletak di lantai 1, jadi tidak perlu cape-cape naek tangga.. (^_^)... (email Quang Guest House: quanghotel@hcm.vnn.vn).
Tipe kamar yang aku tempati: double bed, AC,
tv cable, hot/cold water, bathroom inside, & bersih.. ^_^
Setelah menaruh barang-barang, aku menemani Irma mencari taxi, sekalian cari warnet. Setelah berpisah dengan Irma, aku bingung dimana mencari warnet. Waktu sudah menunjukkan pkl. 22.00 WIB. Iseng... aku berjalan ke restoran tempat tadi aku makan dan bertemu dengan pelayan laki-laki yang tadi. Pelayan tersebut kemudian menunjukkan tempat dimana aku bisa menemukan warnet.
Malam itu aku memang ingin mengirim email ke Popular Guest House, tempat aku akan menginap selama ngetem di kota Siem Reap, Cambodia. Aku hanya mengeluarkan uang sebesar VND 1K untuk 15 menit pemakaian,.. *lupa euy kalo tarif warnet per jam-nya berapa... :p
Kemudian aku kembali ke hostel dan beristirahat... cape banget rasanyaaa... zzzzzz..
Day 2, (11 Oct' 2011)
Sai Gon - Siem Reap
Pkl. 06.15 pagi aku sudah tiba di kantor Sinh Tourist Travel. Bus yang akan membawaku ke Siem Reap pun telah bertengger di bahu jalan. Setelah registrasi ulang, aku dipersilahkan untuk masuk ke dalam bus.
perhatiin kabel listriknya deh... awut2an yaks ;))
De Tham Street in the morning...
Pengendara motor di Sai Gon akehhh tenannn... :O
Lebih banyak pengendara motor daripada mobil.
Lebih banyak pengendara motor daripada mobil.
Tidak banyak yang kulakukan selama di dalam bus, selain tidurrr... zzzz...
Sampai akhirnya, bus yang aku tumpangi berhenti di daerah Bavet, perbatasan antara Viet Nam dan Cambodia.
Kernet bus kemudian memberikan pengumuman bahwa kami telah tiba di perbatasan. Kami pun diminta untuk mengumpulkan paspor dan menyediakan uang sebesar US$ 25 untuk membayar Visa On Arrival (VOA).
Saat melihat paspor hijauku, ia berkata, "Indonesia?... Well, you dont have to pay for visa, 'cause Indonesia and Cambodia has agreement, there is no more VOA."
"Okay... thank you," sahutku tersenyum.
Sebelumnya aku memang telah mengetahui bahwa sejak tanggal 22 September 2011, Indonesia dan Cambodia telah menandatangani kesepakatan untuk menghapus VOA. Hanya saja, praktek di lapangan kadang berbeda. Tapi kali ini aku beruntung, ternyata praktek di lapangan benar-benar sesuai... lumajannn... duitnya bisa buat beli oleh2... hihihi... (^_^)
Sang kernet pun meminta kami untuk turun dari bus dan membawa semua barang-barang/tas milik kami. Saat di bagian imigrasi Viet Nam, aku langsung mengantri di bagian pemeriksaan paspor. Pemeriksaan paspor berlangsung cepat... *malah petugas imigrasinya terkesan hanya 'maen cap aja' tanpa memperhatikan paspor secara detail... hmmm... very less attention...
Demikian pula saat di bagian imigrasi Cambodia, kesan 'maen cap aja' juga terasa di sini. Tanpa melalui mesin x-ray, aku melanggeng ke luar gedung... Di luar gerimis mulai turun. Sebelum naik ke dalam bus, jepret dulu ahhh... :)
Perbatasan Viet Nam & Cambodia..
Bus kembali melaju. Sepanjang jalan tidak ada pemandangan yang istimewa. Pasalnya, jalur menuju Pnom Penh (ibukota Cambodia) sama persis dengan jalur pantura di P. Jawa. Hamparan sawah dan rumah-rumah penduduknya sama persis dengan yang ada di Indonesia... *kalo begini bener-bener terasa deh kalo kita itu satu rumpun hihihi...;))
Tapi yang bikin miris, hamparan sawah yang seharusnya berwarna hijau telah berubah menjadi lautan air yang sangat luassss... Banjir yang melanda sebagian besar wilayah Cambodia rupanya sangat parah. Kabar terakhir yang ku dengar, lebih dari 140 orang meninggal akibat bencana banjir ini... (T_T)
Gambar di atas bukan danau tapi hamparan sawah yang terendam banjir.
Bulan Agust-Okt di Cambodia a/ musim hujan.
Setelah melintasi areal persawahan, bus tiba di pelabuhan penyebrangan Neak Loeung Ferry. Kapal ferry yang mengangkut bus melintasi sebuah sungai (entah namanya apa...:p) yang sangat besar dan luassss... Kalo menurutku, sungai-sungai di Cambodia mirip dengan yang ada di P. Kalimantan, sama besarnya dan sama luasnya... (apa sih yang nggak ada di Indonesia?... ^_^)
Di dalam bus, di atas kapal ferry.
Pedagang di atas kapal berjualan telur puyuh, mangga,
burung seririt goreng, dsb... dagangannya sama dgn di Indonesia :)
Menjelang maghrib bus berhenti di sebuah rumah makan. Aku tidak berselera untuk makan saat itu (bukan kenapa2, tapi nggak yakin aja sama menunya... takut nggak halal euy... :p)
kayu bakar yang ditumpuk di pinggir jalan jd pemandangan yg biasa.
kamar yang aku pesan: single, bathroom inside, no tv, fan.
Keluar dari dermaga, bus kembali menggelinding melewati area persawahan dan pedesaan. Ada pemandangan yang menarik hatiku, yakni bunga lotus (teratai) yang tumbuh subur dimana-mana. Di pinggir jalan yang berair banyak sekali bunga lotus tumbuh liar... kalo menurutku sih lebih banyak dari tumbuhan eceng gondok.. :p (keknya di sini eceng gondok kalah pamor sama bunga lotus hihihi... ;))
Kemudian bus memasuki kota Pnom Penh. Debu-debu terlihat berterbangan memenuhi udara. Di jalan-jalan aku melihat anak-anak sekolah maupun pekerja rata-rata menggunakan masker. Kalo menurutku, tanah di di kota Pnom Penh ini jenisnya adalah lempung liat berdebu...
*beneran lho, debunya itu parah banggettt... dijamin kelilipan dah kalo kaga pake kacamata dan masker.. fiiuhhh... :O
*beneran lho, debunya itu parah banggettt... dijamin kelilipan dah kalo kaga pake kacamata dan masker.. fiiuhhh... :O
Akhirnya... bus berhenti di depan perwakilan kantor Sinh Tourist Travel di kota Pnom Penh. O ya, kantor Sinh Tourist ini juga merangkap sebagai hotel dan restoran, all in one, hmmm... pinter juga yaks... biar tamunya kaga kemana-mana :p
Di sini aku transit sekitar satu jam. Sambil menunggu bus yang akan membawaku ke Siem Reap, aku memesan makan siang.
Menu lunch: fried vegetable + rice... *ini cocok buat yg vege :p
Usai makan, aku menyerahkan uang sejumlah US$ 5, untuk membayar makanan yang aku makan. Harga yang harus aku bayar sebesar US$ 3,5 *beuhh..*
Salah seorang pelayan yang merangkap resepsionis hotel mengantarkan uang kembalian kepadaku.
"....Klk mjhrnu mekhskyau...," kata sang pelayan padaku.
Aku tak menjawab, diam saja.
Pelayan itu kembali berkata, "...Gjklahskos lserihgkry..."
Aku masih diam, tapi kali ini kutatap wajahnya lekat-lekat.
Pelayan tersebut salah tingkah. Wajahnya tegang, tapi sikap berdirinya tetap sempurna.. ^_^
"Oleksh kshjris kshjei... " ucap pelayan itu lagi.
"Can you speak english?" tanyaku bingung.
"Oh... sory," ujarnya sumringah...
Ternyata, si pelayan itu mengira aku orang Cambodia, makanya dia ngomong pake bahasa Cambodia hihihi.. ;)) --> orang #1 yang mengira aku Cambodian.
Ia pun menjelaskan padaku dalam bahasa inggris bahwa ia tidak punya kembalian 50 sen dalam bentuk dollar, ia hanya punya kembalian dalam mata uang Riel.. (^_^)
(FYI: mata uang Cambodia : Riel (KHR)
Setelah makan siang, iseng buka internet. Kebetulan di sini internetnya gretong cuy... ^_^
Pkl. 13.30 siang, bus yang akan mengangkutku ke Siem Reap pun datang. Bus kali ini tidak sebagus bus yang membawaku ke Pnom Penh, and teteup... kaga ada toiletnya cuy... :p
Menjelang maghrib bus berhenti di sebuah rumah makan. Aku tidak berselera untuk makan saat itu (bukan kenapa2, tapi nggak yakin aja sama menunya... takut nggak halal euy... :p)
Akhirnya, aku memilih untuk melihat-lihat keadaan sekeliling. Kembali, ada hal yang menarik perhatianku: tumpukan kayu bakar ;)
Di sepanjang jalan aku juga melihat pemandangan ini (kayu bakar) yang nangkring di kolong-kolong maupun halaman depan rumah penduduk yang kulewati.
Mendadak aku langsung teringat dengan sebuah tayangan di televisi beberapa waktu lampau. Katanya, Cambodia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang tidak memiliki sumber daya alam Migas. Tak heran jika mayoritas penduduk di negara ini mengandalkan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak. Alhasil... kerusakan hutan akibat penebangan kayu terjadi sangat cepat.
*pantes aja di sepanjang jalan aku melihat air membanjiri area persawahan dan rumah-rumah penduduk. Mungkin banjir itu sebagai akibat dari rusaknya hutan2 di Cambodia... :'(
*pantes aja di sepanjang jalan aku melihat air membanjiri area persawahan dan rumah-rumah penduduk. Mungkin banjir itu sebagai akibat dari rusaknya hutan2 di Cambodia... :'(
Hal ini tentu saja merisaukan pemerintah setempat dan lembaga2 yang mengaku 'Go Green'. Ada sebuah lembaga non profit internasional, yang berusaha membantu dengan menciptakan kompor arang yang bisa menghemat penggunaan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak.
Dan kabarnya, sekarang negara ini sedang mengembangkan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), mengingat begitu melimpahnya pasokan air di Cambodia... hmmm... bagus deh kalo begitu... ^_^
kayu bakar yang ditumpuk di pinggir jalan jd pemandangan yg biasa.
Wokeh... setelah beristirahat kurang lebih setengah jam, bus kembali bergerak menyusuri jalan. Sekitar pkl. 20.00 malam, kami tiba di kota Siem Reap. Dengan mulus bus berhenti tepat di depan kantor Sinh Tourist Travel yang juga merangkap sebagai hotel dan restoran.
Seorang pria muda membawa secarik kertas bertuliskan namaku terlihat berdiri di antara kerumunan penjemput lainnya. Hostel tempat aku akan menginap memang menyediakan jasa penjemputan gratis bagi para tamunya.
Sebelum meninggalkan tempat itu, aku menyempatkan diri membeli tiket tujuan Pnom Penh untuk dua hari kedepan seharga US$ 5 *beuhh..*
Kemudian, aku langsung nangkring di atas motor milik Hom. Penjemputku ini namanya Hom... :)
"Where do you come from miss?" tanya Hom.
"Indonesia."
"Your face look like us, I though your are cambodian," katanya lagi --> orang #2 yang bilang aku Cambodian.
Hihihi... aku cuma tertawa mendengar perkataannya. Kuceritakan padanya kisah pelayan di restoran Sinh Tourist di Pnom Penh yang juga menyangka aku orang Cambodia.
Srrr...rrrr... motor yang kutumpangi melewati jalanan berair... bukan berair ding, tapi banjirrr.. :O
Yup... sebagian wilayah kota Siem Reap tergenang banjir, terutama yang berdekatan dengan sungai.
"It's okey miss, Angkor Wat no flood," kata Hom menenangkanku.
Wokeh lah... no problemo kalo begitu... :)
Setelah sekitar setengah jam perjalanan (karena harus hati-hati sekali melewati jalanan yang bajir yang tingginya hampir sedengkul ini... :O) kami sampai juga di depan Popular Guest House, tempat aku menginap. Sebelumnya, aku telah mem-booking kamar via email (email Popular Guest House: vunchum@gmail.com).
kamar yang aku pesan: single, bathroom inside, no tv, fan.
Harga kamar yang harus aku bayar sebesar US$ 5/day.. *beuhh..*
Saat melakukan pembayaran kamar plus registrasi buku tamu, salah seorang pelayan berkata padaku.
"Where do you come from miss?"
"Indonesia."
"Indonesia? your face look like us. Maybe it because we have the same culture," katanya sambil nyengir.
Hihihi... kembali aku tertawa mendengarnya... :)) --> orang #3 yang menganggap aku Cambodian.
Setelah meletakkan backpack di dalam kamar, aku menuju restoran hotel dan memesan makan malam: roti + omelette + mix juice. Harganya US$ 2,5 *beuhh..*
Saat makanan tersebut tersedia dihadapanku, omelette yang dimaksud ternyata bukan telur plus sayuran dan daging2an, tapi benar2 telur dadar! plus roti tawar dan juice pisang campur nanas campur pepaya... :D
Sutralah... berhubung lafar berathh... hajar wae lah... ;))
Sehabis makan, mataku tidak bisa diajak kompromi lagi, langsung kembali ke kamar dan teparrrr... zzzz...
bersambung.... Ruins of Angkor
Salam,
Ifa Abdoel
bagus nih buat referensi,
ReplyDeleteditunggu kelanjutan ceritanya?
thx..
ReplyDeletetunggu aja kisah selanjutnya ya... :)
boleh tau uang yg dibawa buat itenerary ho chi minh-cambodia ini ga? Ada rencana solo backpackingan dgn itenerary yg mirip ni =P
ReplyDeletewkt itu dr Indonesia gw cuma bawa uang dlm btk dollar Amerika aja. krn di vietnam/kamboja mata uang dollar AS bs dipake.
ReplyDeleteTp saat di vietnam gw sempet ngambil uang Vietnam Dong (VND) di ATM setempat.
happy travelling yah.. :)