Setibanya di hotel, aku langsung meletakkan barang-barang di kamar dan bergegas keluar, menuju toko roti. Dengan mengenakan masker, aku menyusuri tepian jalan kota Phnom Penh. Sebenarnya ada rasa was-was dalam hati (berjalan sendirian di malam hari), tapi rasa khawatir itu segera kutepis...
belaga' kaya orang sana aja... toh wajahku tak jauh beda dengan orang Kamboja kok, hehe... (asal jangan diajakin ngomong pake bahasa Kamboja aja yah... :p)
Sekitar 15 menit jalan kaki aku tiba di Vimean Tep Bakery's Shop. Di tempat ini aku membeli roti strawberry, kacang, dan coklat. Untuk yang muslim, harus hati-hati dalam memilih karena roti dagingnya mengandung pork (aka. babi).
Harga yang harus aku bayar US$ 1 + 2000 Riel, murah yeaahhh... *makanan di luar hostel ternyata jauh lebih bersahabat harganya dibanding di restoran hostel... :)
Oya, toko di kamboja menerima pembayaran dalam mata uang dollar amerika. Jadi kalo ga punya uang riel juga gapapa... :D
roti...
Day 5, (14 Oct' 2011)
Pkl. 07.00 pagi aku sudah nangkring di atas tuk-tuk. Pagi ini aku akan memulai perjalanan keliling kota Phnom Penh. Tujuan wisata pertamaku di pagi itu adalah Wat Phnom Temple.
Wat Phnom
Setelah 20 menit berkendara, aku tiba di Wat Phnom Temple. Untuk masuk ke kawasan Wat Phnom aku harus membayar karcis sebesar US$ 1, untuk orang lokal gretong... :p
Wat Phnom adalah tempat ibadah bagi penganut agama budha dan terletak di atas bukit kecil. Di sekelilingnya terdapat taman dengan pohon-pohon yang rindang... adem banget deh...
Berhubung masih pagi, banyak orang yang singgah di tempat itu untuk berolahraga ataupun sekedar duduk-duduk di taman.
Untuk menuju tempat ibadah ini aku harus
menapaki anak tangga yang cukup tinggi.
Wat Phnom memiliki bentuk mirip lonceng.
Bagian atas..
Wat Phnom itu sendiri terletak di bagian belakang bangunan tempat sembahyang. Di dalam bangunan tempat bersembahyang terdapat patung buddha serta lukisan-lukisan yang menggambarkan kehidupan Buddha dan kisah-kisah lainnya.
Bagian dalam bangunan.
Tidak banyak yang kulihat di tempat ini, makanya aku tidak mau berlama-lama. Jujur... tempat ini nggak recommend untuk dikunjungi... :p
Selanjutnya, aku bergerak menuju Royal Palace.
Royal Palace
Sekitar pkl. 8 pagi aku tiba di depan gerbang Royal Palace. Royal Palace dikelilingi oleh tembok tinggi. Kalo dari luar, kita hanya bisa melihat atap bangunan istananya saja.
Untuk masuk ke dalam, aku harus merogoh kocek sebesar 25.000 Riel. Kalo Anda tidak memiliki uang riel gapapa kok, mereka menerima uang dollar amerika... :) *tapi kembaliannya pake riel :p
Jalan setapak menuju kompleks Royal Palace.
Pohon Bodhi (bunga & buahnya) tumbuh di pekarangan istana.
Dalam kepercayaan agama budha, pohon ini dianggap suci
dan dipercaya sebagai tempat Sang Budha Gautama bersemedi
dan memperoleh pencerahan.
Royal Palace merupakan istana tempat kediaman raja-raja Kamboja dan keluarganya. Royal Palace dibangun lebih dari satu abad yang lalu dan merupakan simbol dari rakyat Kamboja.
Melihat dari sejarahnya, istana ini telah berganti-ganti fungsi dari waktu ke waktu. Pada saat rezim Khmer Merah berkuasa, Raja Norodom Sihanouk dan keluarganya menjadi tahanan istana dan istana pun ditutup untuk umum.
Saat memasuki kompleks istana, sebenarnya tidak ada yang begitu spesial (menurut gue loh yeahhh.... :p). Kompleks Royal Palace diisi oleh taman dan sebagian besar bangunan istana tertutup untuk umum.
Yang menarik dari istana ini (menurut gue loh yeahhh... ) adalah warna dari atap istana: kuning keemasan. Seluruh atap bangunan-bangunan yang ada di kompleks Royal Palace memiliki warna yang sama, kuning keemasan dengan sedikit nuansa hijau.
Phochani Pavilion. Sebuah ruang pertemuan terbuka.
Pavilion ini digunakan untuk resepsi anggota kerajaan.
Hor Samran Phirun. Bangunan ini dulunya sebagai tempat istirahat dan
tempat raja menunggu gajah tunggangannya.
Sekarang bangunan ini dijadikan museum yang memajang
berbagai macam cenderamata dari berbagai negara.
Narsis doeloe...
Istana ini memiliki halaman yang cukup luas serta taman yang apik. Untungnya aku datang ke tempat ini pagi-pagi. Jadi, bisa narsis doeloe hehehehe... (terbukti, satu jam kemudian tempat ini penuh dengan lautan wisatawan :O)
Oya, istana ini terbuka untuk umum, setiap hari pkl 08.00 -11.00 dan 14.00-17.00.
Bangunan di belakangku ini namanya Damnak Chan.
Bangunan ini tertutup untuk publik.
Dulu, bangunan ini digunakan sebagai kantor administrasi kerajaan.
Chanchhaya Pavilion. Juga dikenal dengan nama 'Moonlight Pavilion'.
Bangunan ini tidak mengalami perubahan fungsi, tetap menjadi tempat perjamuan.
Tahun 2004, Raja Norodom Sihamoni dinobatkan di sini.
Setelah narsis di depan bangunan istana dan halamannya, bangunan utama yang bisa aku masuki adalah Throne Hall atau Preah Timeang Tevea Vinicchay.
Bagian depan dan samping Throne Hall.
Narsis di depan Throne Hall.
Dulu, bangunan ini berfungsi sebagai balai pertemuan (hall). Throne Hall memiliki luas 30 x 60 m dan tinggi 59 m (base on Om Google).
Untuk masuk ke dalamnya, wisatawan harus membuka alas kaki. Di dalam ruangan, wisatawan tidak diijinkan untuk mengambil foto.
Puncak Throne Hall.
So... berdasarkan ingatanku, di dalam ruang Throne Hall ini, ( kembali ) tidak ada sesuatu yang istimewa... (ups... jangan marah ya kalo ada yang nggak setuju... :D)
Hanya sebuah ruangan yang luas, didominasi dinding berwarna merah, dengan lampu-lampu kristal yang bergelantungan di atap sebagai pemanis, beberapa kursi berlapis beludru merah, di depannya terdapat meja panjang yang diatasnya bertengger berbagai macam perlengkapan makan, seperti teko, piring, gelas (berwarna emas) dan sebagainya.
Pintu masuk Throne Hall.
Pada awalnya Bronze Palace berfungsi sebagai gudang/tempat penyimpanan atribut kerajaan.Namun saat ini, bangunan tersebut digunakan sebagai museum tempat dipamerkannya atribut-atribut kerajaan dan pakaian-pakaian kerjaan.
Hor Samrith Phimean (kanan).
Napoleon III Pavilion (kiri). Tapi sayang bangunan tersebut sedang dipugar.
Atribut dan pakaian kerajaan di Hor Samrith Phimean.
Silver Pagoda
Dari situ aku bergerak menuju Preah Keo Morokat atau yang lebih dikenal sebagai 'Silver Pagoda'. Disebut demikian karena lantainya ditutupi oleh ubin perak dan setiap ubin tersebut adalah buatan tangan dengan berat mencapai 1.125 kg....! ckckckck... :O
Me in front of Silver Pagoda... ^.^
Gerbang depan Silver Pagoda.
Di tempat ini dipajang berbagai benda berharga. Contohnya saja, patung Budha Maitreya (Budha of the Future) yang terbuat dari emas dan bertahtahkan mahkota 2086 berlian 25 karat dan 20 karat berlian tertanam di bagian dada.
Benda berharga lainnya adalah peninggalan Buddha dari Sri Lanka, berbagai koleksi hadiah dari kerajaan lain dan sebagainya. Sayang... di sini kamera forbidden... :p
Dari Silver Pagoda aku menyempatkan diri bernarsis ria di taman yang terletak di depannya. Silver Pagoda memang dilengkapi dengan taman bunga. Hanya saja, bunga-bunga tersebut diletakkan di dalam pot-pot berukuran besar...
Bunga Lotus. Banyak terdapat di taman...
Perpustakaan kecil. Letaknya di taman.
Di dalamnya ada kitab Buddha 'Tripitaka', gambar seekor banteng
yang dianggap suci (bernama Nandin) dan beberapa patung budha.
Pose di depan Patung Raja Norodom (1834-1904).
Stupa (bangunan yang berbentuk lonceng)
yang terletak di bagian utara patung ini berisi abu dari Raja Norodom.
Puas mengunjungi Silver Pagoda, usai sudah kunjunganku di Royal Palace. Namun demikian, pada saat menuju pintu keluar, aku melewati beberapa museum yang memajang foto-foto sejarah kerajaan Kamboja, berbagai pernak-pernik kerajaan, dan sebagainya.
Lanjutttt... perjalananku berikutnya adalah mencari Warung Bali milik Pak Firdaus... lhoo.. kok?
Yup... sebelum berangkat, aku sempat browsing di internet dan katanya, tak jauh dari Royal Palace, aku bisa menemukan warung tersebut. Warung Bali Pak Firdaus ini konon sangat terkenal dikalangan para bekpeker yang berkunjung ke Phnom Penh lantaran sang pemilik warung adalah orang Indonesia asli.. ^_^
Berbekal rasa penasaran... aku meminta pada supir tuk-tuk agar membantuku mencari warung tersebut. And you know where he brought me to? Sisowath Quay...! What is that?
Sisowath Quay adalah kawasan para bekpeker! dan tempatnya asikk banget cuyyy... mirip sama Kuta di Bali. Menyesal aku tidak menginap di kawasan ini.. -__-*
Di sepanjang jalan Sisowath Quay berjejer cafe dan penginapan, mulai dari yang murah hingga yang mahal. Tak hanya itu, di jalan ini juga terhampar taman yang apik yang didepannya terbentang sungai Tonle Sap yang sangat luasssss....
Taman di kawasan Sisowath Quay...
Sutralah... Setelah berputar-putar, akhirnya ketemu juga Warung Bali-nya. Letaknya persis di sebelah Royal Palace... ^.^ Sayang, aku tidak bertemu dengan Pak Firdaus... :p
Oya, Warung Bali ini tidak terlalu besar, tapi... pelayannya bisa bahasa Indonesia... ^.^ Di warung ini aku memesan nasi + ayam mentega + jus sirsak. Harganya US$ 4. Aku juga memesan nasi (dibungkus) untuk makan malam nanti... :p
Ayam mentega dan jus sirsak... ^.^
National Museum
Usai makan siang, aku melanjutkan perjalanan menuju National Museum. Jarak antara museum dengan Warung Bali tidak terlalu jauh, sekitar 200m.
Untuk masuk ke museum ini, aku harus merogoh kocek sebesar US$ 3.
Bagian depan National Museum.
Museum ini dibuka tiap hari dari pkl. 08 - 17. Di dalam galeri museum, pengunjung di larang mengambil foto. Tapi kalo mau foto di tamannya gapapa kok... :D
Di sini dipamerkan karya seni, prasasti, serta dokumen tentang peradaban kuno Kamboja.
Di taman museum.
idem... ^.^
Kebanyakan karya seni tersebut mewakili dewa-dewa dari agama Hindu dan Budha. Namun, ada pula karya seni yang mewakili upacara keagamaan serta peralatan rumah tangga.
Koleksi karya seni di museum ini dibagi menjadi 4 kategori utama, yakni batu, logam, kayu, dan keramik.
Setelah berkeliling, aku hengkang dari museum, cap cus... balik ke hostel. Waktu sudah menunjukkan pkl 12 siang.
bersambung... Ngabuburit Di Ho Chi Minh City
Salam,
Ifa Abdoel
blognya bagus....
ReplyDeleteboleh tau ga alamat milis backpacker yang jadi referensi?
terima kasih...
milis backpacker mah banyakkk... ada nature trekker, backpacker dunia, indo backpacker, dll... rajin2 aja googling :)
ReplyDelete