"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

11/8/10

Diving Pertama Di Pulau Edam

Perkenalan gue pada olahraga diving (menyelam) dimulai setelah gue tau kalo gue nggak bisa menekuni kegiatan hiking (naik gunung)… :p. Gue penderita asma carrier dan turunannya (alergi dingin, alergi debu & alergi angin, tapi semuanya itu datang kalo kondisi tubuh gue lagi nggak fit lhoooo....).

Pernah sih gue coba naek Gunung Gede (sekali2nya tuh :D) tapi begitu turun gunung, gue langsung ambrukkk huehuehue...:D Makanya, gue mencari alternatif olahraga lain yang menarik and bisa sekalian jalan2. Pilihan gue jatuh pada olahraga diving. Kebetulan gue suka banget sama pantai, laut,  kapal2 nelayan, suasana pelabuhan dsb...dsb... jadi, cuco lahhh... ;)

Pencarian informasi tentang olahraga diving pun di mulai. Gue mulai rajin browsing di internet, membaca di majalah dan bertanya pada teman-teman. Satu hal yang gue tahu, biaya diving course untuk mendapatkan license atau sertifikat selam itu mahal bow… Kendala biaya inilah yang membuat gue terus menunda mengambil diving course

Sampai pada suatu ketika (September 2006)… gue dapet tugas meliput pelatihan tembak dan selam yang diselenggarakan oleh Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI-AL bekerjasama dengan Ditjen Bea Cukai. Singkat cerita, gue ditawarin untuk ikut dalam pelatihan diving tersebut. What d???... sumpehhh... waktu itu gue senengggg banggettttssss.... ^^

 Gbr. atas, bersama anggota Bea Cukai di markas Kopaska, Pulau Pondok Dayung.
Gbr. bawah, bersama anggota Kopaska di kapal patroli Bea Cukai



Tapi, karena pekerjaan gue saat itu menuntut gue untuk mobile, jadinya gue cuma ikut satu kali pelatihan selam di kolam renang Bojana Tirta. Ssstt... itupun gue cuma nyobain alat SCUBA (Self Contained Underwater Breathing) di dalam kolam renang selama 5 menit!!!... yup hanya 5 menit sodara2!!!

Dua hari setelah pelatihan, gue harus memberanikan diri melakukan penyelaman langsung bersama beberapa anggota dari Bea Cukai, di perairan terbuka yakni dermaga Pulau Edam atau Pulau Damar Besar, yang terletak di Kepulauan Seribu, Jakarta.. :p


Ga salah dunk kalo rasa cemas, takut nggak bisa bernafas dalam air, menghantui gue saat gue hendak memulai penyelaman. Gue nervoussss..!! Gue inget banget saat itu gue terpaksa membenamkan tubuh gue ke dalam air laut yang asin dengan hati kacauuuuu....=)) kayanya ikan2 kecil yang berenang di sekitar gue saat itu pada ketawa d ngeliat muka gue yang super panik hihihi... :D *ngaco.com*.

Tapi, begitu seluruh tubuh gue masuk ke dalam air, gue langsung merasa takjub…Rasa nervous, panik, nggak percaya diri yang tadinya menghantui gue, musnah saat gue menyadari kalo gue bisa bernafas dalam air dengan bantuan alat SCUBA.

Dengan dibimbing oleh Sersan Iswahyudi dari Kopaska, gue menyelam hingga kedalaman sekitar 8 m. Tak banyak yang bisa gue lihat di perairan sekitar dermaga Pulau Edam. Hanya ikan-ikan kecil, rumput laut dan bulu babi (ini yang paling banyak), yang menjadi pemandangan gue selama menyelam sekitar 20 menit.

Tapi sungguh....! 20 menit itu adalah 20 menit yang sangat berarti dalam hidup gue hingga saat ini, karena pada akhirnya... cita2 gue untuk bisa merasakan diving terkabul... cihuyyyy... ^^ Usai menyelam, gue langsung minta di foto, lengkap dengan alat SCUBA yang melekat di tubuh, hehehe... norak yahhh... :D



Sekilas Pulau Edam

O ya, sebelum menyelam, gue ditemani beberapa orang anggota Kopaska jalan-jalan keliling Pulau Edam. Pulau Edam merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Namun, di pulau yang tidak terlalu luas ini berdiri tegak sebuah mercusuar yang disebut Vast Licht, setinggi 65 m. Menurut catatan sejarah, mercusuar ini dibangun pada tahun 1879 atas ijin Raja ZM Willem II dari Belanda.

Gbr.atas, view P. Edam dr atas mercusuar

Tak jauh dari mercusuar, terdapat sebuah makam keramat. Katanya sih, di hari2 tertentu beberapa orang sengaja mengunjungi makam tersebut. Entah untuk mencari wangsit dan lainnya. Hmm... rupanya jadi tempat pesugihan :p

Tak hanya itu, di pulau yang tidak memiliki sumber air tawar ini, masih berdiri puing2 bangunan bekas jaman penjajahan Belanda. Jujur, gue ngerasa serem ngeliat kondisi bangunan2 itu, karena sudah ditutupi lumut dan tanaman hutan lainnya.

Saat gue melangkah lebih jauh masuk ke dalam pulau, melewati hutan yang cukup lebat, gue melihat bangunan peninggalan Belanda lainnya, yakni sebuah lubang seperti goa yang ternyata merupakan lorong yang menuju ruang bawah tanah. Konon, dulunya ruang bawah tanah tersebut merupakan tempat tentara Belanda menyembunyikan persenjataannya.


Gue jadi bertanya2, kenapa ya Belanda seneng banget memilih Kepulauan Seribu sebagai benteng pertahanan dan tempat menyembunyikan senjata??? Bukan hanya di Pulau Edam aja lho yang ada bangunan peninggalan Belanda, tapi juga di pulau2 kecil lainnya di Kep. Seribu...


Salam,
Ifa Abdoel

No comments:

Post a Comment