"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

5/30/14

Pemandian Air Panas Toya Bungkah - Kintamani


It is all about fun..
It is all about being a part of family.. 
It is all about us.. ^_^   (Kintamani - Bali, 24 Maret 2014)

Family Trip

Mo liburan ke Bali bareng orangtua? why not?
Ada banyak tempat di Bali yang bisa dijadikan alternatif liburan bareng orangtua yang bisa kamu lirik. Salah satunya adalah Pemandian Air Panas Toya Bungkah - Kintamani. 
----

Pagi itu cuaca di Kuta begitu cerah. Aku dan keponakanku, Ina, menyempatkan diri untuk berenang sejenak di kolam renang hotel tempat kami menginap. Air kolam yang segar dan menghangat akibat sinar mentari, langsung membasahi ragaku yang bergerak perlahan mengelilingi kolam yang ukurannya tidak terlalu besar itu. Selama sekitar setengah jam aku dan Ina bermain-main di kolam renang sampai waktu menunjukkan pkl. 10 pagi.

renang doeloe.. ^_^

Usai bilas dan berganti pakaian, kami pun bersiap-siap di lobby hotel, menunggu sepupuku dan suaminya yang akan menjemput kami. Hari itu kami akan berwisata ke Pemandian Air Panas Alami (Batur Natural Hot Spring) di Kintamani atau disebut juga Pemandian Air Panas Toya Bungkah.



Toya Bungkah itu sendiri merupakan nama sebuah wilayah yang secara administratif berada di Desa Batur, Kabupaten Bangli, Kintamani. Nama Toya Bungkah secara harfiah berasal dari kata toyo artinya "air", dan bungkah berarti "batu-batuan". Jadi, Toya Bungkah bermakna: air dari Gunung Batur yang mengalir dari celah-celah bebatuan.

Tidak ada kendaraan umum yang bisa digunakan untuk pergi ke pemandian ini. Kamu harus menyewa mobil atau motor. Untuk panduan perjalanan, bisa menggunakan GPS.


Gunung Batur - Kintamani

Roda mobil pun bergulir searah jarum jam melewati jalan kecil beraspal di Pulau Dewata. Dari balik kaca jendela dapat kulihat dengan jelas sinar matahari yang terik menyengat siapapun dan apapun yang ada di bawahnya

Di dalam mobil, tak ada yang bisa kami lakukan selain cekakakan dan bercerita ngalor ngidul. Cerita tentang masa kecil kami yang paling aku suka saat itu. Aku, dan kedua sepupuku (Yuli dan Dewi)  tumbuh bersama. Banyak cerita masa kecil kami yang masih berbekas dan kami ingat. Sesekali tawa menggelegak di antara kami bertiga saat mengenang masa-masa itu.

Johan, yang kebagian menyetir mobil, memacu mobil kencang-kencang. Tampaknya Johan sangat menikmati nyetir sambil ngebut. Berkali-kali Yuli, sang istri, mengingatkannya untuk mengerem laju kendaraan agar tidak terlampau cepat. Alhasil, jalan yang harus kami lalui terlewat.. (-_-*)

Setelah bertanya pada penduduk sekitar jalan terdekat menuju Toya Bungkah, mobil pun menggelinding kembali, kali ini ke arah yang benar. Jalanan beraspal yang sempit dan berliku yang dihiasi sawah, ladang, hutan kecil, dan rumah-rumah tradisional khas Bali,  sungguh memanjakan mata. Satu jam kemudian, kami tiba di puncak Kintamani, Gunung Batur. 

Gunung Batur - Kintamani

Mom, niece & me... ^_^

Waktu sudah menunjukkan pk. 02.00 siang. Di sebuah restoran persis di pinggir jurang, mobil berhenti, waktunya makan siang. Menu ikan bakar plus sambel mantah jadi pilihan yang passs... lekkerrr... ^_^


Ikan bakar sambel mantah

me & my cousins... ^_^


Selesai makan, kami bergerak kembali. Untuk menuju kawasan Pemandian Air Panas, kami harus melewati jalan menurun tepat di puncak Kintamani (Penelokan). Jalan menurun ke lembah (Danau Batur) itu menuntun kami pada sebuah pertigaan. Yang satu menuju Desa Kedisan (Trunyan) dan yang satunya lagi ke Toya Bungkah.

Laju mobil berbelok sesuai petunjuk jalan yang terpampang di persimpangan. Jalan beraspal yang tadinya lebar mulai mengecil saat kami semakin jauh bergerak menuju Toya Bungkah. Kelokan-kelokan yang cukup tajam semakin banyak kami temui di sepanjang perjalanan. Sampai akhirnya, jalan di depan kami berganti dengan bebatuan dan tanah. Kami pun tiba di parkiran Pemandian Air Panas Toya Bungkah.

Sambil menuntun Ibu, kami menapaki tangga-tangga berbatu secara perlahan menuju loket tiket. Harga tiket untuk dewasa sebesar Rp 60.000 (lokal), anak-anak Rp 30.000 (lokal), dan untuk turis asing Rp 120.000. Fasilitas yang kami terima handuk, satu sachet shampoo, dan minuman welcome drink (segelas syrop terong belanda).

Setelah tiket ada di genggaman, kami pun bergerak masuk ke dalam pemandian. Di belakang tiket booth, sebuah lahan pemandian yang cukup besar yang dengan beberapa pancuran yang terbuat dari bambu yang dari dalam lubangnya mengalir air yang mengepulkan asap, dipadati oleh masyarakat sekitar. Ada yang sedang memandikan anak, asyik mencuci baju, atau sekedar mandi dan berendam di sebuah kolam. Pemandian ini dibagi dua, pria dan wanita letaknya terpisah.

Pemandian yang terletak di bagian atas (di belakang loket tiket) ini memang sengaja di desain dan diperuntukkan bagi masyarakat sekitar tanpa dipungut biaya. Tapi untuk wisatawan atau pengunjung yang membayar tiket, pemandian air panasnya terletak di bagian bawah.

Kami pun melangkah kembali, menuruni jalan setapak berupa anak tangga berbatu yang di kiri kanannya ditumbuhi sekelompok bunga yang bermekaran dan tumbuh-tumbuhan beraneka warna. Saat tiba di lokasi pemandian, kami semua terbelalak dan sontak berteriak kegirangan melihat pemandangan indah di hadapan kami. 

Empat petak kolam pemandian dengan air yang berwarna hijau kehitaman yang dilengkapi dengan pancuran dari batang bambu, terletak persis di tepi Danau Batur. Sebuah restoran beratap rumbia yang berwarna coklat menyempurnakan pemandangan di hadapan kami.

Kolam dan restoran di tepi Danau Batur.


yang penting gayaaa... ;))

narsis doeloe... ^_^

Oya, di tempat ini nggak ada musolah. Tapi kamu bisa sholat di beberapa saung atau balai-balai yang terdapat di pemandian ini. 
Setelah ganti baju, waktunya nyeburrrr... (^_^)


let's get wet...


fun fun fun... ^_^

Air di pemandian tidak panas, melainkan hangat dan menyegarkan, katanya sih bersuhu 38 - 39 derajat celcius. Kontras sekali dengan udara disekitarnya yang sangat dingin. Jadi, jangan berlama-lama berada di luar air karena udara dingin di tempat ini sungguh menggigit, bbrrr.. (-_-*)

Konon, air yang bercampur belerang ini sangat bagus untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit kulit. Hanya saja untuk kaum pria, dianjurkan untuk tidak terlalu lama berendam di sini karena hawa panas yang timbul dari air di kolam ini berpengaruh pada kesuburan sperma.. :D

pokoke maen aerrr... ^_^

Rasa penasaranku dengan airnya yang berwarna hijau kehitaman terjawab setelah nyebur dan melihat batu alam yang digunakan sebagai alas kolam ternyata berwarna hitam. Tak heran jika nuansa gelap tersebut menciptakan kesan bahwa kolam-kolam itu sangat dalam. Padahal, ketinggian kolam-kolam tersebut bervariasi, mulai dari 2 m - 50 cm.

Selain kecibang kecibung.. di sini kamu juga harus cobain pisang goreng yang dicocol pake gula merah, rasanya enakkk bangetttt... seporsi harganya Rp 12.000.

paling suka sama foto yang ini.. ;))

Setelah puas berenang dan berendam, kami pun beranjak pergi meninggalkan pemandian saat malam mulai menjelang.
So.. tempat ini cocok sekali didatengin bareng keluarga, anak-anak, dan orangtua (manula). Hanya saja, untuk yang tidak kuat dingin harus bawa jaket karena udara di tempat ini dingin beuttt... 

Selamat jalan-jalan.. (^_^)



Salam


Ifa abdoel


No comments:

Post a Comment