"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

10/21/13

Melancong ke Kuala Lumpur

kisah sebelumnya... Jalan - Jalan Ke Melaka

Sebelumnya maap ya kalo tulisan ini amat sangat kelamaan terbitnya. Baru nongol mood-nya sekarang sih hihihi...;))
Sutralah.. baca aja ya, mudah-mudahan bisa bantu kamu-kamu yang mo jalan-jalan ke Malaysia.. :D
cekidottt...

Day 3, (Melaka - Kuala Lumpur)

Hari masih pagi, aku dan Irma meninggalkan apartemen, setelah sebelumnya mengadakan 'ritual perpisahan' dengan host kami, Faith. Bertiga kami duduk melingkar di atas lantai kamar yang dingin. Dari dalam plastik kresek berwarna putih, kukeluarkan sebuah kantung tempat underwear hasil jahitan ibu yang kubawa dari Jakarta. Irma mengeluarkan sebuah dompet koin yang terbuat dari manik-manik hitam dari dalam ransel.

Kedua benda tersebut kami letakkan di atas lantai tepat di depan Faith yang duduk bersila. Dari pandangan matanya, aku tahu Faith menyukai kedua benda tadi. Tapi ia menolak untuk menerima keduanya. Lewat satu helaan nafas dan sunggingan senyum di sudut bibirnya, wanita keturunan Afrika itu akhirnya menyerah karena kami bersikeras. Tangan kecilnya bergerak memilih kantung underwear hasil jahitan ibuku, sebagai tanda mata dari kami.

FYI: Sepertinya ada aturan tak tertulis yang berlaku kalo kita nge-host di kediaman salah satu anggota Couch Surfing (CS), yakni 'wajib' membawa sebuah tanda mata dari negara kita/asal kita untuk diberikan pada host tersebut.

Di sebuah halte bus yang letaknya cukup jauh dari apartemen tempat kami menginap, kami menunggu bus yang akan membawa kami ke terminal bus Melaka Sentral. Pagi itu jalan raya tampak lengang. Hari itu (senin, 16 Mei 2011-red) merupakan Hari Guru yang berarti hari libur nasional di Malaysia.

Narsis di halte.. :p

Pandanganku sibuk mengawasi kendaraan pribadi yang lalu lalang di depan kami. Sejak kemarin, mobil-mobil itu telah mencuri perhatianku. Bukan karena keindahan mobilnya tapi ukurannya! yeup.. sepanjang pengamatanku, jalan raya di Melaka didominasi oleh mobil-mobil  mungil dan bukan high end! terlihat sederhana (cenderung mobil tua), banyak berkeliaran di jalan-jalan Melaka. *correct me if I'm wrong ;) *

Dari kejauhan, sebuah bus yang terlihat butut, reot, dan 'jadoel', bergerak mendekat dan berhenti tepat di depan kami. Bus tersebut namanya baswira, sejenis bus kota. Bentuk fisiknya mirip bus patas 'jadoel' yang warnanya biru itu lho... :p

Diliputi rasa ragu, kami naik dan masuk ke dalamnya. Seorang kernet  menghampiri dan meminta ongkos bus. Kesempatan itu kami pergunakan untuk bertanya, apakah tujuan bus ini ke Terminal Bus Melaka Sentral? Ia mengiyakan pertanyaan kami sambil menyerahkan secarik kertas bukti pembayaran ongkos bus. Ongkos bus yang harus kami bayar 1,9 RM/orang.

Setelah sukses mendaratkan bokong di atas kursi bus yang terbuat dari plastik, pandanganku menjelajah baswira lebih jauh. Walaupun butut, baswira dilengkapi dengan fasilitas AC. Di atas pintu keluar/masuk penumpang, ada sebuah tombol merah/hitam. Cukup di tekan aja tombolnya, maka sang supir akan menghentikan laju bus di halte terdekat.

Sepanjang perjalanan, suguhan berupa objek-objek wisata kota di Melaka seperti perpustakaan, bangunan mesjid yang megah, pusat perbelanjaan, taman, dan sebagainya, cukup menjadi sajian yang mengenyangkan, *et dah... dikira makanan :p*

Di sebuah tikungan aku membaca papan nama sebuah kantor, "Bomba Dan Penyelamat". Tanda tanya langsung bergelayut di kepala. "Pasti artinya Dinas Pemadam Kebakaran," seruku cepat. Irma menggelengkan kepala. Baswira terus bergerak melewati bangunan yang kukira kantor Pemadam Kebakaran, dan tepat di ujung jalan tempat berakhirnya bangunan tersebut, beberapa mobil pemadam kebakaran terlihat parkir di halaman depan gedung, aahahaha... tawa kami lepas tak terkendali.. :)))

Sekitar pkl. 09.30 pagi, kami tiba di Terminal Bus Melaka Sentral. Begitu turun, bergegas langkah kami ayun menuju loket bus Transnasional yang melayani rute Terminal bus Bersepadu Selatan, Kuala Lumpur. Harga tiket bus yang harus kami bayar sebesar 12,5 RM/orang.

Masih ada waktu setengah jam sebelum bus Transnasional tiba.  Kesempatan itu kami pergunakan untuk berkeliling Terminal Bus Melaka Sentral dan menemukan tempat untuk penitipan tas/barang! *Tau gitu kemaren backpack gue titip aja ya, daripada gue bopong-bopong ransel segede gajah sambil jalan-jalan keliling Melaka, bikin badan gue remukkkk huaaaa... :'((*

Setelah melengkapi diri dengan snack dan roti, kami kembali ke pangkalan bus Transnasional dan mendapati bus sudah ngetem di situ. Perjalanan ke Terminal Bus Bersepadu Selatan pun kami habiskan dengan tidurrrr...zzzz

Terminal Bersepadu Selatan

Matahari mulai bertengger di singgasananya saat kami tiba di Terminal Bersepadu Selatan, Kuala Lumpur. Terkesima aku melihat kondisi terminal ini... luar biasa besar dan megah, ckckck...:O *kapan ya Indonesia bisa punya terminal bus kek gini.. (ngayal ModeOn)*

Di depan Terminal Bersepadu Selatan

Terminal Bersepadu Selatan

Tak hanya berfungsi sebagai tempat pemberhentian bus, Terminal bus Bersepadu Selatan juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang membuat kita betah berada di dalamnya. Pusat perbelanjaan yang sangat nyaman, food court yang luas dengan sistem kupon (uang pembayaran berupa kupon yang bisa dibeli di counter khusus), loket-loket pembelian tiket yang berderet panjang, terlihat sangat modern dan bersih...

Bagian dalam Terminal Bersepadu Selatan

Dengan santai kakiku menjejak lantai marmer terminal. Perut yang keroncongan harus segera diisi. Food court di lt.2 jadi pilihan kami untuk makan siang. Usai menjejali perut dengan nasi + ayam goreng, kami membeli sebuah peta Kuala Lumpur, seharga 10 RM, di salah satu toko buku yang ada di dalam terminal.

Setelah itu kami melintasi tangga jalan dan lorong terminal menuju stasiun kereta Bandar Tasik Selatan. Tidak sulit untuk mencari letak Stasiun Bandar Tasik Selatan karena di setiap sudut terminal, ada marka/tanda jalan yang menunjukkan dimana stasiun kereta tersebut berada. Atau kalo kamu nyasar jangan malu nanya yah ;)

Mejeng doeloe di Stasiun Bandar Tasik Selatan.. :p

Oya sekedar informasi, di Malaysia terdapat 3 jenis kereta yang bisa kamu pergunakan:
1. RapidKL
Rapid KL merupakan public rail network yang mengoperasikan dua jalur Light Rail Transit (LRT) dan satu jalur KL Monorail (green line).
Jalur LRT meliputi:
- Ampang Line (biasa disebut Star - Line) - (yellow line), yang beroperasi dari pkl. 06 pagi - tengah malam (kecuali Minggu dari pkl. 08 pagi - 11 malam), dan
- Kelana Jaya Line (biasa disebut sebagai Putra - Line) - (red line), yang beroperasi dari jam  6 pagi sampai 11 malam.

2. KTM Komuter
KTM Komuter adalah kereta yang melayani rute:
Batu Caves - Port Klang Line - (dark blue line)
Rawang - Serembang Line - (brown line)

3. Airport Rail, terdiri dari dua jalur:
KLIA Ekspress- melayani rute ke bandara KLIA (Kuala Lumpur International Airport) - (purple line).
KLIA Transit - melayani rute ke bandara LCCT (Low Cost Carrier Terminal), tarifnya 12,5 RM - (blue line).

Peta jalur kereta di Malaysia. (source: google)

Sepanjang pengamatanku, LRT dioperasikan secara otomatis, tanpa seorangpun yang bertindak sebagai masinis. Tak hanya itu, kereta hanya terdiri dari dua gerbong saja, yang artinya, LRT hanya bisa mengangkut sedikit penumpang.

Tapi eh tapi... walaupun hanya terdiri dari dua gerbong, jadwal kedatangan dan keberangkatan LRT sangat cepat. Tiap dua menit LRT datang dan pergi silih berganti... alhasil, penumpukan penumpang bisa diminimalisir.. ckckck.. tiap dua menit sekali cuyyy.. *ngayal lagi, kapan ya Monorail Jakarta cepet selesai? ngarep MOdeOn (-_-)*

LRT yang berhasil gue jepret di St. Ps. Seni.

Lanjuttt... dari St. Bandar Tasik Selatan, kami menggunakan Star - LRT menuju St. Masjid Jamek untuk bertukar kereta. St. Masjid Jamek merupakan salah satu stasiun transit. Alih-alih transit, kami malah keluar stasiun dan mampir ke Masjid Jamek yang lokasinya persis di sebelah stasiun, hihihi...

Masjid Jamek

Menurut Om Wiki, Masjid Jamek merupakan salah satu mesjid tertua di Kuala Lumpur yang didesain oleh seorang arsitek yang bernama Arthur Benison Hubback. Mesjid ini berdiri sejak tahun 1909. Sebelum Masjid Negara dibangun, Masjid Jamek menjadi satu-satunya mesjid utama di Kuala Lumpur.

Masjid Jamek

Bagian dalam Masjid Jamek

Di Masjid Jamek kami numpang sholat dan tak lupa poto-poto, hehehe... dimanapun narsis harus tetap dilakukan (^_^) .. Oya, untuk kaum perempuan yang hendak masuk ke mesjid ini, harus mengenakan pakaian muslim dan jilbab. Jika tidak bawa jilbab dan pakaian panjang, bisa menyewa keduanya di tempat yang disediakan di gerbang pintu masuk.

Gue minjem jilbab & bajunya Irma hihihi.. ;))

Usai sholat dan narsis di Masjid Jamek, kami bergerak kembali ke St. Masjid Jamek. Dengan menumpang kereta Putra - Line (Kelana Jaya Line), kami melanjutkan perjalanan menuju  St. KLCC (Kuala Lumpur City Center) tempat Petronas Twin Tower atau Menara Kembar Petronas berada. Tiket kereta yang harus kami bayar dari St. Masjid Jamek - KLCC sebesar 1,6 RM/orang.

Petronas Twin Tower

Sinar matahari langsung menerpa wajahku saat keluar dari St. KLCC. Sedari tadi aku memang tidak melihat matahari karena perjalanan menuju KLCC melalui lorong bawah tanah. Lokasi Petronas Twin Tower persis di sebelah St. KLCC.

Menara Kembar Petronas merupakan icon kota Kuala Lumpur yang sangat terkenal. Dengan tinggi atap yang mencapai 3.786 m, menara ini pernah menjadi bangunan yang tertinggi di dunia, sebelum dikalahkan oleh Menara Taipei 101 pada tahun 2004. Namun demikian, untuk rekor sebagai menara kembar, menara ini tetap yang tertinggi di dunia. Itu sebabnya, kalo belom berkunjung ke sini belom apdol rasanya :p

Menara Kembar/Petronas dan burung gagak

Walaupun hari itu terasa panas menyengat, taman dengan tanaman-tanaman hijau yang menghias pelataran Menara Kembar Petronas cukup meneduhkan. Burung-burung gagak dengan warna yang hitam kelam tampak menghias tiap pucuk pohon yang tumbuh di halaman menara.

Burung-burung ini sepertinya tidak terganggu dengan berbagai aktifitas yang terjadi di sekitar situ. Mereka terbang, hinggap dari satu ranting ke ranting lain dengan bebas. Bahkan, beberapa dari mereka dengan tenangnya berlenggak lenggok berjalan di atas lantai bak model yang sedang memperagakan desain baju dari perancang ternama, beuhh..

Berbicara mengenai burung gagak, sepertinya burung-burung tersebut dipelihara oleh pemerintah Malaysia deh.. *Maap sotoy :p*.. Pasalnya, bukan hanya di Kuala Lumpur, saat berada di Melaka, aku juga kerap melihat burung-burung gagak yang jumlahnya bisa mencapai puluhan menghiasi pucuk-pucuk pohon di pinggir jalan, dan tak ada seorang pun yang usil nyelepet atau nimpuk atau dengan sengaja mengganggu burung-burung gagak tersebut, hmm..

Para biksu nggak mau kalah narsis di depan menara.

Mejeng doeloe di depan Petronas

Usai narsis di depan Menara Kembar Petronas, kami masuk ke bagian dalam menara. Bagian dalam menara tak hanya diisi oleh perkantoran saja, melainkan juga pusat perbelanjaan dan rekreasi. Sama seperti pusat perbelanjaan pada umumnya, menara ini dipenuhi berbagai butik, restoran, toko, serta fasilitas rekreasi lainnya.

Bagian dalam Petronas. Sama aja dengan mall-mall di Jakarta.

Hari itu rencananya kami mau naik ke atas menara, tapi mengingat waktu yang sudah terlalu siang, kami pesimis bisa mendapatkan tiket untuk naik. FYI, tiket untuk naik ke puncak menara Petronas dijual terbatas per jamnya. Slot pembelian tiket naik ke menara Petronas dibuka mulai pkl. 09 pagi hingga 08.15 malam.

Demi menghindari antrian/menunggu terlalu lama, kami memilih untuk mencoba menikmati wahana wisata lain yang ada di dalam Petronas tersebut.

Aquaria KLCC

Wahana yang kami pilih adalah Aquaria KLCC. Perbedaan pengertian bahasa Melayu membuat kami harus nyasar beberapa kali saat hendak mencari lokasi Aquaria KLCC. Petugas penjaga tidak mengerti bahasa inggris, tapi bisa bahasa Melayu. Namun sayangnya, definisi kata-kata yang mereka pergunakan (bahasa melayu-red) tidak sama definisinya dengan bahasa Indonesia. Alhasil, berkali-kali kami harus nyasar sodara sodaraaa... (-_-*)

Akhirnya, setelah berhenti bertanya dan memutuskan untuk mencari sendiri dengan memperhatikan marka yang ada, ditambah feeling dan nebak-nebak, akhirnya ketemu juga tuh tempat.. :p
Lokasi Aquaria KLCC berada di basement menara. Harga tiket masuk ke Aquaria KLCC sebesar 45 RM untuk dewasa.

Aquaria KLCC

Me and jelly fish.. :D

Aquaria KLCC ternyata serupa dengan Sea World -nya Ancol, Jakarta. Hanya saja, Sea World jauh lebih besar dan megah daripada Aquaria KLCC. Dissapoint? yesss... (-_-*)
Jujur, aku nggak merekomendasikan tempat ini untuk dikunjungi, karena Sea World di Ancol, Jakarta, jauh lebih besar dan lebih bagusss... ^^

Karena Aquaria KLCC tidak terlalu luas, dalam sekejap kami sudah selesai berkeliling. Di sebuah kursi panjang yang cukup empuk, kami beristirahat sambil nyemil kacang. Lagi sibuk-sibuknya ngupas kacang (makannya sih sebentar, ngupas kacangnya yang lama bo... :p), tiba-tiba seorang petugas menegur, melarang kami makan. Ooo... ternyata di dalam nggak boleh makan, baeklahhh...:p Usai istirahat sejenak, kami pergi meninggalkan Aquaria KLCC.

Di belakang menara, nemu taman KLCC yang asri, ada hutan kecil, joging trek, dan kolam.. asri bangettt..

Ini foto gagal, salah setting kameranyaaa.. x_x

Matahari masih nangkring di atas langit saat kami meninggalkan KLCC. Dengan moda transportasi kereta, kami kembali menuju St. Masjid Jamek.

Stasiun kereta bawah tanah KLCC

Begitu keluar dari St. Masjid Jamek, kami sibuk mencari hostel di sekitar situ. Alih-alih bukan hostel yang kami temukan, melainkan spot wisata yang cukup menarik, Sultan Abdul Samad Building.

Menurut Om Wiki, Sultan Abdul Samad Building saat ini berfungsi sebagai Kantor Kementrian Penerangan, Komunikasi, dan Kebudayaan Malaysia. Bangunan bersejarah ini dibangun pada tahun 1894 - 1897 oleh seorang arsitek yang bernama A.C. Norman. Pada jaman itu, bangunan ini diperuntukkan sebagai kantor pemerintahan Inggris yang saat itu menjajah Malaysia.

Persis di depan bangunan, ada sebuah lapangan rumput yang dikenal dengan nama Dataran Merdeka atau Merdeka Square. Di lapangan inilah untuk pertama kalinya bendera Malaysia berkibar, setelah sekian lama dijajah Inggris, pada 31 Agustus 1957.

Sultan Abdul Samad Building

Dataran Merdeka atau Merdeka Square di depan Sultan Abdul Samad Building

Merasa di daerah tersebut tidak ada satupun hostel, kami bergerak kembali ke stasiun.
"Ngiming-ngiming.. emangnya kaga pada tau ye mo nginep dimana?"
"Kaga."
"Beuhh... nekat beutt."
Ya begitulah... saat itu kami memang ga tau mo nginep dimana. Persiapan kami amat sangat minim saat ke Malaysia. Bukannya sok tau, tapi memang pada saat itu kami berdua begitu disibukkan dengan pekerjaan kantor yang amat sangat padat. Jadi, kesempatan untuk mencari informasi tentang Malaysia sangat kurang, hicks! (-_-*)

Chinatown

Tiba di St. Masjid Jamek, kami bergerak menuju St. Pasar Seni naik Putra - Line. St. Pasar Seni berada di daerah Chinatown. Berdasarkan memori semata, aku ingat di tempat ini bertebaran penginapan ala bekpeker yang murah meriah.

Matahari mulai condong ke arah barat, malam menjelang saat kami tiba di kawasan Chinatown. Dengan backpack dipunggung, kami berkeliling menyambangi satu penginapan ke penginapan lainnya di antara berdebam suara musik yang keluar dari restoran-restoran yang menyemut di daerah itu.

FYI: Hostel di area Chinatown mayoritas berada di lantai 2 dan menyatu dengan restoran di bawahnya. Kamu harus bermata jeli untuk melihat dimana letak anak tangga yang akan membawa kamu ke lobby hostel.

Begini bentuk rata2 hostel di kawasan Chinatown

Setelah keluar masuk beberapa hostel, akhirnya kami menemukan hostel yang amat murah. Semalemnya hanya 25 RM! Kalo dibagi 2, patungannya jadi 12,5 RM saja, hihihi... Tapi jangan tanya soal fasilitas ya... serba terbatas cuyyy... hahaha...:))

"Kalian boleh liat dulu kamarnya kok," ucap seorang pria, resepsionis hostel, keturunan India seraya menyerahkan kunci kamar.
Kamar yang kami tuju hanya lima langkah dari meja resepsionis. Ruang kamar yang kami tempati sangat sempit. Sebuah dipan dari besi berwarna hitam, yang di atasnya terbaring kasur busa tipis dengan dua buah bantal, hampir memakan seluruh ruangan. Persis di sebelah dipan, ada sebuah jendela yang langsung menghadap ke lorong jalan. Jadi, kalo ada orang lewat, langkahnya pasti kedengeran, saking deketnya cuy.. :p

Di depan kasur ada sedikit ruang untuk menaruh backpack di lantai. Di pojokan, sebuah meja rias kecil tanpa kursi, yang di atasnya bertengger sebuah kipas angin kecil dengan suara berderak jika dinyalakan, sedikit mempermanis ruangan. Tapi percuma aja ada meja rias, pan kacanya ketutupan body kipas angin (aka. nggak bisa ngaca!) hahaha... :))

Letak kamar mandinya ada di luar kamar (sharing bathroom), juga dalam kondisi seadanya. Ada dua kamar mandi, masing-masing dilengkapi dengan sebuah shower dan closet, dengan dinding yang kulit catnya terkelupas di sana sini. Satu kamar mandi berukuran kecil dan yang lainnya agak besar. Kamar mandi yang agak besar memiliki daun pintu tinggi yang bagian atasnya agak terbuka. The point is, kamar mandinya bikin males mandi! hahaha... :))

Sutralah... skip dulu kondisi kamar yang ala kadarnya, mari kita jalan-jalan.. (^_^)
Karena Chinatown merupakan kawasan bekpeker dan menjadi salah satu destinasi wisatawan, suasana malam di tempat tersebut sangat meriah. Turis dari berbagai negara berkumpul tumpah ruah memadati lorong-lorong, restoran, dan jalan-jalan Chinatown.

Shopping dulu di Chinatown.. ^^

Gue lupa nama kacang ini apa, tapi rasanya enak, disangrai gitu masaknya..

Model pedagang yang berjualan di Chinatown, tepatnya di Petaling Street, sama seperti kawasan kaki lima di Jakarta. Mereka menggelar lapak di sepanjang jalan, berderet, berdempetan, disertai suara riuh rendah dari mulut mereka saat menawarkan dagangannya.

Barang-barang KW dengan merek-merek terkenal ada di tempat ini. Sepatu, tas, jam tangan, kacamata, dsb, tumpah ruah di sepanjang jalan. Kemampuan kamu untuk menawar harga sangat dibutuhkan disini. Ingat! tawar serendah mungkin! jangan terburu-buru mengiyakan karena barang-barang di antara lapak yang satu dan yang lainnya serupa. Hati-hati copet!

Setelah berhasil memboyong dua buah tas for me and for my mom, kami habiskan sisa waktu dengan berkeliling melihat-lihat. Saat kaki mulai terasa gemetar dan lelah yang amat sangat. Kami putuskan untuk kembali ke hostel lalu tidur, good nite... zzzz...


bersambung ... Wisata Gretongan Di Kuala Lumpur

Salam,

Ifa Abdoel

2 comments:

  1. mbak kalo boleh tau nama hostelnya apa ya? makasih ^_^

    ReplyDelete