Day 2 (03 July 2011)
Sekitar pkl. 06 pagi aku terbangun... duduk... dan melihat beberapa orang teman disebelahku masih tertidur meringkuk di dalam sleeping bag mereka. Sama seperti tadi malam, pagi itu hawa dingin berebut menyapaku dengan riangnya, bergerak leluasa menembus kulit dan tulangku yang terbalut LongJhon dan jaket pinjeman Febri... *sigh*... :'(
Enggan... aku memaksakan diri untuk bangkit dan berjalan menuju toilet umum yang letaknya beberapa meter dari warung Pak Ujang. Haahhh... hembusan nafasku mengeluarkan asap putih. Lokasi Gn. Bundar ini tak jauh dari Jakarta tapi udaranya begitu dingin kurasa... top margotop dah... (sambil nyengir pait, hicks -__-!).
Kubasuh wajah dan menyikat gigi dengan air es yang mengalir deras dari celah pipa kecil yang tersambung langsung dengan sungai di belakang toilet. Tak terpikir olehku untuk mandi di pagi itu (*__*!).
Kemudian sholat subuh dan memesan segelas kopi susu panas untuk mengusir rasa dingin yang terus setia mengikutiku...*sigh*
Fogging.. pagi hari di depan warung pak ujang. |
Setelah sarapan pagi dengan sebuah roti dan beberapa sendok nasi goreng (ehmm... emang beneran lho, dikit banget makan nasi gorengnya - sepiring bertiga: aku, Mba Erna & Yuni... :D), kami mempersiapkan diri untuk perjalanan berikutnya, menuju Kawah Ratu.
Kawah Ratu
Kali ini, peserta menuju Kawah Ratu hanya terdiri dari aku, Mba Erna, Yuni, Febri, Danang, dan Bayu. Yang lain memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemarin malam.
Foto keluarga dulu sebelom berangkats... om danang yang motoin nih :D |
Akhirnya, setelah berusaha sabar menunggu Febri (yang super duper lama banget packingnya... :p) kami berangkat menuju Kawah Ratu. Untuk perjalanan ini kami didampingi oleh seorang guide yang bernama Pak Aan. Pak Aan merupakan warga asli Desa Gn. Bundar. Ia terlihat sangat sepuh (udah kakek2 cuy...) dan Mba Erna memintanya untuk menggendong sebuah tas yang berisi perbekalan kami selama perjalanan, termasuk makanan, minuman, dan jaket.
Pada awalnya, tak tega rasanya melihat Pak Aan harus menggendong tas seberat itu. Tapi ternyata, ia jauh lebih kuat dari yang aku bayangkan. Sepanjang perjalanan ke Kawah Ratu, ia berjalan paling depan, paling cepat, dan paling lincahhh... :O
(malah gue yang keteteran qiqiqi... do not under estimate an old man --> lesson #1)
O ya, untuk menyewa jasa Pak Aan ini kami harus merogoh uang sebesar Rp. 100 rebu *beuh..*
Perjalanan ke Kawah Ratu pun dimulai. Dari warung Pak Ujang kami berjalan kaki masuk ke dalam kawasan bumi perkemahan Gn. Salak yang letaknya tak jauh dari warung Pak Ujang. Perjalanan yang dimulai dengan tanjakan tinggi membuat nafasku mulai terasa berat. Baru 10 menit berjalan, aku ngos-ngosan... halahhh...:p
Beberapa kali aku harus berhenti, mengambil nafas... alhasil posisiku langsung berada di urutan paling buncittt... :p
Mejeng dolo di depan kawasan Taman Nasional Gn. Salak. |
Perjalanan menembus hutan pinus dan hutan karet. |
Setelah kurang lebih 30 menit jalan kaki, kami tiba di pos pendakian Gn. Gede dan Kawah Ratu...
"Eh, liat deh.. ada mobil disitu!" teriak seorang teman.
Reflek kami menoleh dan melihat jejeran mobil terparkir tak jauh dari pos pendakian. (Jiaaa... cape dehhhhh... tau gitu kan bisa minta anterin Pak Asep naik angkotnya daripada musti jalan kaki... beuuuhhhh... *@*#$%^@*).
Kudu narsis doeloe di depan pos pendakian. |
Memulai penjelajahan.. |
Setelah melapor dan membayar tiket masuk, kami bergerak kembali meniti jalan setapak yang menanjak. Udara yang dingin tidak kurasakan lagi lantaran tubuhku telah berkeringat akibat terus melangkah menapak undakan-undakan tangga yang tersusun dari tanah dan bebatuan.
Tak berapa lama, kami berpapasan dengan sungai kecil... dan berjalan di atasnya... oooowww.... air yang jernih dan dingin langsung membasahi kaki-kakiku... rasanya dinginnnn dan segarrrr.... ^_^
Ternyata eh ternyata... rute jalan menuju Kawah Ratu memang terdiri dari sungai-sungai kecil... dan kami harus berjalan di atasnya... nice and fun... ^_^
Sungai... dan sungai... ^_^ |
Wajib narsis.. ;)) |
"Aku sengaja pake sepatu ini (boot-red) takutnya ada pacet kalo jalan di sungai kaya begini," kata Mba Erna tiba-tiba. Hahhh??... Omg... baru terpikir olehku tentang pacet-pacet ituhhh (-__-*).
Tapi aku langsung teringat dengan ucapan Pak Ujang sewaktu di warung tempo hari. Katanya, pacet-pacet tersebut sudah jarang ditemui di jalur pendakian Gn. Salak maupun Kawah Ratu karena diburu oleh penduduk setempat untuk kepentingan pengobatan.
The models.. ^_^ |
(FYI: kalau hendak tracking ke Kawah Ratu, sebaiknya menggunakan celana panjang dan baju lengan panjang yahhh... karena semak belukar yang harus dilalui kadang terlalu rimbun sehingga bisa melukai kulit).
Setelah kira-kira 30 menit berjalan kaki sambil sekali2 narsis, kami berpapasan dengan gerombolan siswa SMU yang sedang mengadakan kegiatan di tempat itu. Alhasil, kami harus antri di jalan yang sempit dan berair. Tak mau terjebak terlalu lama di belakang gerombolan siswa tadi, kami berusaha melewati mereka... (gile aje kalo harus antri, kapan sampenya cuy...:O).
Manusia cuma bisa menjejaki puncak, tapi tidak bisa menaklukkan gunung. |
Tim rusuh.. ^_^ |
Entah sudah berapa lama kami berjalan... menanjak... menanjak... dan menanjak... yang pasti kami menemukan pemandangan cantik ini... pohon-pohon yang meranggas... tandus... kering kerontang... bau belerang... bebatuan... sungai... awesome... ^_^
Awesome... ^_^ |
Kuerennn... ^_^ |
Gelayutan... :D |
"Mas... ini yang namanya Kawah Ratu ya?" tanyaku pada seorang laki-laki yang lewat bersama rombongannya.
"Iya Mbak, ini Kawah Ratu," tukasnya cepat.
Akhirnyaaaaa.... sampai juga di tempat ini... cihuyyyyy... untuk sesaat aku lupa dengan rasa pegal dan lelah akibat perjalanan menuju tempat ini....
Hingga tiba-tiba.... bleeeepppp... aku terjerembab... :O
Kaki kiriku amblas... masuk ke dalam lumpur belerang yang berwarna putih hingga sebatas betis... :O
Aku berusaha mengangkat sebelah kakiku tapi tidak bisa... :'(
"Angkat aja kaki lo Peh, pelan-pelan," kata Bayu.
"Susah Bay, gue takut sendal gue malah putus... ini dalem banget," jawabku lemas.
Untung saja pada saat itu ada serombongan cowok yang lewat dan berkata,
"Eh... bantuin nih, kasian," kata salah seorang diantara mereka.
Dengan sigap, cowok tadi langsung mengambil sebilah kayu dan menancapkannya di dekat kakiku. Kemudian dia mencangkul lumpur putih dengan tangannya dan perlahan mengangkat kakiku...
Amblas ke lumpur... :p |
wedewww... baik banget tu orang...^_^
Tanpa babibu lagi, aku mengucapkan banyak terima kasih kepadanya. Dia pun tersenyum dan berlalu...
Dengan kaki penuh lumpur putih, aku berjalan menuju Kawah Ratu yang letaknya hanya 50m di depanku.
And you know what???... Begitu aku tiba di depan Kawah Ratu... asap putih dari kawah belerang terlihat menyelimuti sebagian kawah. Bau khas belerang langsung menyeruak dari balik dinding-dinding kawah dan bebatuan... menyebar ke berbagai penjuru bersama angin yang berhembus...
Kawah... gersang... tandus... belerang... very awesome.... ^_^
Kawah Ratu... gorgeous.. ^_^ |
Keren euy... ^_^ |
Huaaa.... ^_^ (pic. febri) |
Setelah narsis ria, kami bergerak menuju sebuah bukit kecil dan beristirahat di sana. Waktu sudah menunjukkan pkl. 11.30 WIB. Usai menyantap makan siang yang kami pesan dari warung Pak Ujang, mata ini terasa berat. Untuk tidur tidak mungkin... karena asap belerang yang berhembus dari dalam kawah mengandung racun yang bisa membahayakan jiwa...
Three musketeer... ^_^ |
Beautiful scenes... |
Setelah beristirahat selama satu jam, kami memutuskan untuk kembali. Apalagi dari kejauhan sudah terlihat gerombolan siswa SMU yang sebelumnya berpapasan dengan kami.
Untuk perjalanan pulang kami melewati rute yang berbeda dengan rute berangkat. Kata Pak Aan sih rute ini lebih cepat. Saat kami hendak bergerak turun, seorang ranger (polisi hutan) tiba-tiba menghadang perjalanan kami. Dengan bahasa sunda, ia berdialog dengan Pak Aan. Intinya, ranger tersebut meminta agar Pak Aan jangan melewati rute tersebut karena terdapat celah/lobang dalam yang memungkinkan orang terperosok ke dalamnya. Namun, Pak Aan bersikeras untuk melewati rute tersebut untuk mempersingkat waktu dan menjamin akan menjaga kami dengan baik.
Kayu, lumut, air, dan padang tandus.. |
Hmm... sempat ketar ketir juga aku dibuatnya. Tapi entah kenapa aku percaya dengan Pak Aan. Kami pun bergerak kembali. Perjalanan turun kali ini berbeda dengan berangkat. Jika pada waktu berangkat jalur yang kami tempuh penuh dengan air, maka pada waktu pulang penuh dengan lumpur (becek).
Tak hanya itu, pepohonan yang kami temui di sepanjang jalan pun seperti berkelompok-kelompok... kadang kami berada di kawasan pohon pakis (di sepanjang jalan hanya ada pohon pakis)... kemudian kami berada di kawasan pohon palem... lalu kawasan pohon ramoting... dan seterusnya (bilang aje kaga tau lagi nama-nama jenis pohonya fa... hehehe ^_^)
Kawasan pohon palem. |
Beberapa kali kami juga harus berhati-hati melewati titian yang sempit dan celah yang dalam. Alhamdulillah... apa yang dikhawatirkan ranger tadi, tidak terjadi pada kami... ^_^
Sekitar pkl. 14.20 WIB, kami sampai di pintu masuk Curug 1000... lho kok?... ternyata, jalur pulang yang kami lalui memang berakhir di pintu masuk Curug 1000. Alhasil, begitu ngeliat angkot lewat di jalan raya, langsung kami stop, naik, dan langsung tancap gas menuju warung Pak Ujang... kaga kuat lagi cuy kalo disuruh jalan kaki... maklum dah bukan anak gunung... (-_-*).
Nemu pemandangan ini pas turun... :D |
Setibanya di warung Pak Ujang, kami beristirahat sejenak, sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya, menuju pemandian air panas belerang. Febri tampak sibuk bolak-balik menghubungi Pak Asep (sang pemilik angkot), agar segera datang dan mengangkut kami menuju tempat pemandian...
Waktu menunjukkan pkl. 3 sore... 4 sore... 5 sore... dan Pak Asep tak kunjung datang... :'(
Aku yang sudah terlanjur ganti kostum - pake celanda pendek (dari basah sampe kering di badan), mulai menggigil kedinginan... :'( Yaealahh... udara dingin mulai menggelayut.. kabut berebut turun.. dan hidungku kembali mampet *sigh*.. :'(
Setelah maghrib, Pak Asep dan angkotnya baru nongol.... gubrakkk... @__@
Aku dan Yuni pun langsung demo, kami memilih untuk segera pulang ke Jakarta dan melewatkan pemandian air panas belerang. Tapi sayang, niat kami untuk pulang harus batal gara-gara yang lain memilih untuk tetap melanjutkan perjalanan menuju pemandian... huh! (-_-!)
Pemandian Air Panas Belerang
Butuh waktu sekitar 20 menit menuju tempat pemandian... Sekitar pkl. 18.30 WIB, kami tiba di tempat pemandian. Sudah malam.... dan gerimis pun mulai turun... ternyata tempat pemandian tersebut masih buka. Setelah membeli tiket seharga @ Rp 5 rebu *beuh..* agak bergegas kami masuk ke dalam lokasi pemandian.
Tanpa penerangan, kami berjalan kaki melewati undakan-undakan anak tangga yang menurun. Asli... gelap bangett.... kaga ada lampu cuy... :'(
Setelah melewati undakan anak tangga tersebut barulah kami berjumpa dengan deretan rumah-rumah makan, yang sebagian besar udah tutup. Saat itulah gerimis berganti dengan hujan, semakin lama semakin lebat... Kami pun berteduh di sebuah warung yang telah tutup dan membereskan perlengkapan yang kami bawa agar tidak basah oleh derasnya hujan.
Kemudian, dengan berbasah-basah ria kami bergerak melanjutkan perjalanan menuju tempat pemandian. Akhirnya... kami tiba juga di pemandian air panas belerang. Aku hanya bisa terpaku saat melihat air sungai yang mengalir di sebelah pemandian tampak seperti air bah.... bergulung-gulung... menyapu sangat deras... subhanallah.... :O seremmmmm.... (-_-*)
Kami pun bergegas naik ke tempat pemandian. Sepi... tak tampak seorang pun selain kami. Yaealah... udah malem gitu loh.... hujan lebat pulakkk.... hayyyyaaahhhh (-_-!).
Bergegas aku membereskan kamera dan pakaian kering agar tidak basah oleh hujan. Setelah itu, nyeburrrr ke dalam kolam air belerang yang anget.... haaaaaahhhh akhirnyaaaaaa.... :')
Untuk sesaat... suhu hangat dari air kolam mampu menangkis dinginnya udara. Hmmm... mantap edan euy... :')
Tempat pemandian air panas belerang ini hanya terdiri dari satu buah kolam yang dalamnya sekitar 1,5m. Namun demikian, ada pula kolam-kolam kecil lainnya yang terletak di dalam ruangan-ruangan kecil... Berhubung sudah malam dan gelap (di sekitar tempat pemandian kaga ada lampu cuy.... :O) aku tidak terlalu memperhatikan sekeliling kolam.
Konon kabarnya, air pemandian belerang ini berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit kulit, serta menghilangkan pegal-pegal. Hmmm... buat aku sih sama aja ya... nggak ngaruh... palingan agak seger aja... :O
Sayang... karena hujan, hobi narsis kami kali ini tidak tersalurkan... Bung Febri hanya berhasil menjepret dua kali dengan kameranya. Itupun hasilnya burem... (sorry fotonya belum bisa dipublikasikan karena belum gue terima dari bung Febri...:p).
Hanya sekitar setengah jam kami cibang cibung di pemandian ini. Kemudian, kami bergegas kembali menembus pekatnya malam dan derasnya hujan, menuju angkot Pak Asep untuk kembali pulang ke Jakarta.
Hmm... another great experience...
cant wait for another journey... :')
Salam,
Ifa Abdoel
No comments:
Post a Comment