"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

8/3/16

Pantai Bama & Hutan Mangrove di Taman Nasional Baluran

cerita sebelumnya ... Misteri Lain di Taman Nasional Baluran

Pagi itu Pantai Bama terlihat sepi, hanya ada kami dan satu keluarga yang asyik bermain di atas pasir kecoklatan.

Beberapa ekor monyet berkeliaran di sekitar pantai, di atas bangku kayu, di pohon, dan beberapa di antaranya mencari-cari sisa makanan di atas tumpukan sampah.

Monyet adalah hewan yang paling banyak ditemui di Pantai Bama. Kebanyakan cukup jinak (dalam arti, mereka tidak berusaha menjambret tas maupun barang bawaan kami-red).

Matahari belum sepenuhnya bersinar saat aku dan Ika memutuskan untuk mencari sebuah Pohon Mangrove tua yang konon katanya telah berusia sekitar seratus tahun dan masih hidup hingga saat ini. Tak hanya itu, pohon mangrove tersebut juga didaulat sebagai pohon mangrove terbesar di Asia, wow!

Pantai Bama jelang mentari bersinar



Monyet di Pantai Bama

Di sebuah pohon, sebuah papan petunjuk jalan menuju lokasi Mangrove Trail tergantung. Berdasarkan papan itulah, kami melangkah masuk ke dalam hutan Mangrove yang cukup lebat.

Sambil bercakap-cakap kami terus melangkah masuk jauh ke dalam hutan sampai akhirnya kami berhenti, I think we went too far inside the jungle.. 

"Kayanya kita kejauhan deh, jangan-jangan pohonnya yang tadi," tukas Ika.
"Betul juga lo, ga mungkin sejauh ini jalannya," ucapku sambil memandang daun-daun yang semakin rapat memayungi hutan.

Kami berdua pun berbalik arah dan akhirnya menemukan sang legenda, Mangrove Kapidada..

Pohon Mangrove ini namanya Kapidada (Sonneratia Alba), Mangrove terbesar di Asia.

Kapidada terlihat sangat tua, kulit di bagian luarnya mulai keropos. Walaupun begitu, pohon ini masih kokoh. Bagian batangnya pun masih memproduksi daun-daun mangrove yang berwarna hijau segar.
Bagian atas Kapidada terbelah dua, katanya itu diakibatkan sambaran petir.

Giant Mangrove! ^^

Melihat langsung Mangrove terbesar di Asia menghasilkan kepuasan tersendiri. Namun kami tidak ingin berlama-lama di tempat itu karena gigitan nyamuk dan semut hutan sungguh menyiksa.. *sigh

Entah bagaimana caranya, si semut dan si nyamuk berhasil mencapai bagian kulitku (gue pake jaket cuy..) dan leluasa melakukan pengigitan. Alhasil rasa sakit dan nyeri langsung menyerangg.. *bukan gatel-gatel loh ya, tapi sakitt.. :((

note: kalo mo masuk ke dalam hutan ini, kulit kudu diolesin lotion anti nyamuk dulu, cos nyamuk dan semutnya bener-bener uedannn tenannn.. :O

Baru kali ini foto di atas akar mangrove yang pohonnya setinggi ini.. ^^ (pic by Ika)

Walaupun kulit terasa sakit akibat gigitan nyamuk dan semut hutan, narsis is a must! hehe..^^

Mangrove and bridge ^^

Yoga pose *biar kekinian ;)) . Lokasi: di ujung Mangrove Trail. (pic by Ika)

Hutan Mangrove di sepanjang pesisir TN Baluran.. cantik yah.. ^^

@ Mangrove Trail and Pantai Bama ^^

Matahari sudah membagi hangatnya saat kami bergerak meninggalkan Mangrove Trail, kembali ke Pantai Bama.

Ada beberapa aktivitas yang bisa dilakukan di Pantai Bama, yaitu:
- canoing (Rp 50.000/orang/2 jam).
- snorkeling (Rp 45.000/orang/2 jam).
- berenang.. untuk aktivitas yang satu ini, batas maksimal sejauh 100 m dari bibir pantai.

Dan kami tidak melakukan satupun kegiatan di atas (padahal alat snorkeling sengaja aku bawa dari Jakarta). Rasa lelah karena semalam kurang tidur, ditambah kondisi badan yang kurang fit, membuatku mengurungkan niat untuk snorkeling di Pantai Bama.

Sebagai gantinya, aku dan Ika memilih untuk menghabiskan waktu dengan foto-foto lagi ajaaa.. langit biru, hamparan pantai berpasir kecoklatan, dan hijaunya mangrove, jadi pemandangan yang ga boleh disia-siakan.. ^^

Walking at Bama Beach ^^ (pic by. Ika)

Bama Beach in the morning ^^

Lets Jump! @BamaBeach (pic by Ika)

Dan.. perut yang mulai keroncongan memaksa kami untuk menyudahi sesi foto-foto. It was time for breakfast! ^^
Kami melipir ke sebuah cafetaria tak jauh dari Pantai Bama. Beberapa ekor monyet terlihat nongkrong di samping dan di depan cafe.

(Bawah) Topeng Harimau dan Senjata boongan ini sengaja dipasang di depan  pintu cafetaria untuk mencegah masuknya monyet ke dalam cafe. Monyet di sana takut dengan kedua benda ini.. :D

Harga makanan di cafetaria Pantai Bama cukup bersahabat dengan kantong. Soto ayam plus nasi dibandrol Rp 15.000/porsi. Usai mengisi perut, kami beranjak pergi meninggalkan Pantai Bama.

Oya, di Pantai Bama ada beberapa wisma yang disewakan untuk pengunjung yang ingin menginap:
- Wisma Kapidada (terdiri dari 4 kamar, tarif Rp 250 ribu/kamar).
- Wisma Pilang (1 rumah, 1 kamar, tarif Rp 300 ribu).

Ups.. hampir lupa, aku motret pemandangan ini nih.. Sampah!
Yeup.. di Pantai Bama banyak sampah! bahkan ada satu tempat yang sepertinya menjadi lokasi pemulung.. :O

Ya ya.. sampah masih menjadi persoalan tersendiri bukan hanya di Pantai Bama, tapi di banyak lokasi wisata di Indonesia.

Tolong deh, buat kamu-kamu yang datang ke TN Baluran atau ke tempat wisata manapun. Tolong jangan buang sampah sembarangan! Bersih itu sehat, bersih itu indah loh..

Yuks, biasakan buang sampah di tempat sampah. Kalo ga nemu tempat sampah, sampahnya di simpen aja dulu sementara di kantong/di dalem tas/di plastik, sampai ketemu tempat sampah.. okay??

Sampah yang menumpuk di Pantai Bama :O

Sekitar pkl. 8.30 pagi kami sudah berada di dalam mobil, meluncur menuju padang savana di Taman Nasional Baluran. Aku merasa beruntung, hari itu cuaca sangat cerah.. rumput hijau kekuning-kuningan terhampar di sepanjang jalan. Terkesan gersang, padahal tidak..



bersambung... Gulma vs Baluran National Park



Salam

Ifa Abdoel

No comments:

Post a Comment