"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

8/26/15

Museum Ullen Sentalu Mistis?

Kelamaan berhibernasi dan asyiknya belajar bisnis baru membuatku sementara waktu lupa berblogging ria, hehe..
Yasudlah, mumpung belom basi, yuks... simak ceritaku sewaktu mengunjungi Museum Ullen Sentalu di Yogyakarta, maree... ^_^


Mistis?
(04/04/2015)

Berbekal panduan yang sebelumnya sudah kukumpulkan dari internet, pagi itu aku niat betul ingin menyambangi Museum Ullen Sentalu yang terletak di Jalan Boyong Km 25, Kaliurang Barat, Pakem, Sleman, Yogyakarta.

Apalagi saat seorang teman berkata bahwa museum yang satu ini penuh dengan aura mistis, membuatku semakin penasaran untuk mengunjunginya. "Tempatnya creepy gitu Peh, kaya ada aura magic-nya. Tapi itu tempat keren banget! swear deh... kudu lu satronin," tutur teman tadi.

Entah ia sedang promosi atau memang penggemar aliran magic atau memang percaya dengan hal-hal yang berbau tahayul, ia begitu semangat menyuruhku mengunjungi Museum Ullen Sentalu kalo aku sedang berada di Yogyakarta.

Ditambah lagi beberapa fakta yang kutemukan di mesin pencari Mbah Google. Mesin si Mbah yang berpengetahuan super luas ini berkata padaku:
"Yes, kamu harus mengunjungi Ullen Sentalu Ifa, karena museum ini cukup aneh, tidak ada foto di halaman saya yang menampilkan situasi atau kondisi di dalam museum," kata si Mbah.
"Pun nggak ada pengunjung yang diijinkan mengambil gambar di dalam museum," lanjut si Mbah.

Hezzz.. baeklah Mbah.. brangcutt..

Ullen Sentalu. Museum Seni dan Budaya Jawa

Cara Menuju Museum Ullen Sentalu dengan Transportasi Umum

Di Halte TransYogya Malioboro aku menunggu bus TransYogya dengan tujuan Halte Kentungan yang terletak di kawasan Kaliurang. Ongkos TransYogya yang harus kukeluarkan sebesar Rp 3.600 *beuhh..*

Perjalanan dari Malioboro ke Halte Kentungan memakan waktu sekitar setengah jam. Setibanya di Halte Kentungan, aku jalan kaki ke arah perempatan dan menyeberangi jalan raya. Persis di depan Apotik Kentungan, aku berhenti menunggu bus tujuan Kaliurang.

FYI: Selain Halte Kentungan, sebenarnya kamu bisa menunggu bus tujuan Kaliurang di Jl. Kaliurang atau di halte portable TransYogya yang terletak di Jalan Kaliurang. Dari halte portabel tersebut, tidak perlu repot jalan kaki lagi. Cukup menunggu bus tujuan Kaliurang di situ. Bus tujuan Kaliurang jenisnya ada yang elf dan bus sedang. Kondisinya rata-rata adalah bus yang sudah tua/reyot (-_-)

Waktu masih menunjukkan pkl. 09.20 pagi saat aku berada di dalam bus tujuan Yogya - Kaliurang. Pagi itu hanya ada dua penumpang di dalam bus (termasuk aku). Mungkin karena penumpangnya sedikit, bus merangkak perlahan, sangat pelann.. *sigh (-_-)

Entah butuh waktu berapa lama sampai akhirnya bus tiba di Pasar Pakem. Bus berhenti. Dengan santai Pak supir menyuruhku pindah ke sebuah bus di depanku. Bus tersebut sama-sama menuju Kaliurang.
"Maap ya Mbak, Mbak naik bus yang di depan aja kalo mau ke Kaliurang. Saya cuma sampe sini aja." kata supir bus kalem. *haizz.. gue dioper broh.. (-_-)

FYI: Belakangan, menurut supir bus yang mengantarku ke Kaliurang, sejak tragedi meletusnya Gunung Merapi, kondisi perekonomian masyarakat di Kaliurang menurun. Hal itu berimbas pada trayek angkutan umum yang melayani Kaliurang - Yogyakarta. Yang biasanya bus langsung menuju terminal Kaliurang, kini hanya sampai Pasar Pakem saja. Jadi, penumpang dari Yogya yang ingin menuju Terminal Kaliurang atau tempat wisata Taman Nasional Gunung Merapi, harus turun di Pasar Pakem dan berganti bus.

Sambil bersungut aku turun dari bus dan pindah ke bus di depanku. Ongkos yang harus kubayar untuk perjalanan hingga Pasar Pakem sebesar Rp 8 rebu *beuhh..*

Nyasar? Iya, Gue Nyasar.. :(

Jalan menuju Terminal Kaliurang menanjak dan terus menanjak. Bahkan di beberapa lokasi, tanjakannya cukup curam. Parahnya, bus jenis elf yang kunaiki ini kondisinya boetoet.. (-_-) Tak jarang jika berkali-kali bus harus ngeden saat mencoba menaklukkan tanjakan. *kasian si bus, kalo ngeden mulu bisa kena ambeien tuh.. #eh.. (-_-)

Belum lagi si bus juga harus diajak meliuk-liuk di jalanan kecil nan menanjak demi mengantarkan penumpangnya tiba dengan selamat di depan rumah! yap, di depan rumah! *Ternyata, sebelumnya sudah terjalin keakraban antara supir bus dan penumpangnya sehingga pak supir tahu persis dimana penumpangnya tinggal. Alhasil, pak supir pun mengantar para penumpangnya sampai ke depan rumah mereka, huhuhu.. lamaa sampenyaa.. (T_T)

Setelah tersisa 3 orang penumpang di dalam bus, aku pun meminta pada supir agar menurunkanku di Taman Kaliurang (karena menurut informasi, untuk ke Ullen Sentalu turunnya di situ).
Pak supir cuma manggut-manggut aja, dan bus kembali melaju lambat.

Tak berapa lama, bus terlihat memasuki sebuah halaman lokasi wisata. Di sebuah tembok, terpampang tulisan besar-besar "Taman Wisata Nasional Gunung Merapi."
Lhaa? kok malah ke Merapi? *pusing*

"Pak, ini kan Merapi. Taman Kaliurangnya dimana? udah kelewatan ya?" tanyaku pada Pak Supir.
"Ya ini dia Kaliurang, emang Mbak mau kemana?" jawab Pak Supir cengengesan.
"Saya mau ke Museum Ullen Sentalu,"
"Apa?" tanya Supir dengan mimik bingung.

Lha.. ternyata tidak semua supir tahu dimana letak Museum Ullen Sentalu cuy.. Mendengar nama museum itu saja Si Supir mengaku belum pernah dengar. Alhasil, aku berusaha ekstra menjelaskan lebih rinci tentang Museum Ullen Sentalu pada pak supir.

Hasilnya, "Oo.. museum yang itu. Iya, udah kelewat Mbak. Mbak ikut saya turun lagi ke bawah, nanti saya tunjukin tempatnya. Bangunannya tinggi kok, keliatan dari jalan," tukas Pak supir menyakinkanku.

Baeklah..

Setelah sekitar 20 menit berkendara menuruni jalan, Pak Supir berhenti. Ia menunjuk pada sebuah gang yang cukup besar di seberang.
"Mbak turun di sini, trus masuk ke jalan itu. Nanti keliatan bangunan museumnya," tambah Pak Supir.

Setelah membayar sebesar Rp 7.000 *beuhh..* untuk ongkos bus, aku turun dan menyeberang jalan lalu masuk ke dalam gang. Pada beberapa orang yang berpapasan aku bertanya, apakah ini jalan ke Museum Ullen Sentalu? lagi-lagi yang kutemui adalah gelengan kepala tanda tidak tahu.. *sigh (T_T)

Setelah mendaki gunung dan lewati lembah ala Ninja Hatori, akhirnya aku tiba di depan gerbang Museum dengan selamat.
"Museum Merapi"... begitu tulisan besar yang terbaca dari depan gerbang. Lha.. kok malah ke Museum Merapi cuy? huaaa.. *nangis kejer*

Pundakku mengendur, dengan gontai kuberjalan ke tepi gerbang menghampiri dua orang petugas tiket. Pada mereka aku bertanya tentang Museum Ullen Sentalu. Alhamdulillah.. ternyata satu diantara mereka tahu letak Museum Ullen Sentalu.
"Dari sini agak jauh Mbak, harus naik lagi ke atas," katanya.

Hadeehh.. balik lagi ke atas? cape deh.. (-_-)
Sejenak aku berpikir untuk membatalkan kunjungan ke Museum Ullen Sentalu dan menghabiskan waktu di Museum Merapi. Tapi kutepis jauh-jauh pikiran itu. Rasa penasaranku dengan Museum Ullen Sentalu jauh lebih besar.

"Ada tukang ojek ga Pak di sini?" tanyaku.
"Nggak ada Mbak."
Aku berpikir cepat, "Itu, yang dagang di situ, ada yang mau nganterin saya ke Ullen Sentalu ga ya?" tanyaku sambil menunjuk pada deretan pedagang yang sedang berjualan di depan gerbang.
"Sebentar ya Mbak, saya tanya dulu."

Seorang mas-mas manggut-manggut saat dihampiri petugas tadi. Mas-mas itu langsung mengambil barang dagangannya yang ada di atas motor dan menitipkannya pada seorang ibu-ibu.
Setelah motor bersih dari barang dagangan, mas-mas tadi menghampiriku dan mengatakan ia tahu letak Museum Ullen Sentalu, alhamdulillah.. (^_^)

Museum Ullen Sentalu

Dengannya aku berkendara melewati jalan sepi yang tepiannya ditumbuhi pohon-pohon rindang. Tak sampai 15 menit, aku tiba di depan Museum Ullen Sentalu, alhamdulillah.. (^_^)

Jalan menuju Museum Ullen Sentalu

Jalan masuk ke Museum Ullen Sentalu

"Berapa mas (bayar ojeknya-red)?" tanyaku pada mas-mas pedagang yang mengantarku.
"Terserah Mbak aja," katanya.

Kukeluarkan selembar uang 20 rebu dan menyerahkan uang itu. Mas-mas tadi diam saja sambil memandang uang itu, ia tidak menerimanya.
"Oh, kurang ya Mas," jawabku sambil mengeluarkan lagi selembar uang 10 ribu dan menyerahkan padanya.
Ia tersenyum dan berkata, "Kebanyakan Mbak, cukup sepuluh ribu aja," tukasnya sambil mengambil selembar uang 10 ribu yang ada di tanganku.
Aku bengong..

"Mari Mbak saya duluan," katanya sambil menyalakan motor dan berlalu.
Aku masih terpana. Ya Alloh.. hari gini masih ada orang yang ngambil seperlunya dan sepatutnya aja, dikasih 30 ribu malah nggak mau. Mudah-mudahan dagangannya laku terus ya mas, aminnn... (^_^)

Dari depan kupandangi Museum Ullen Sentalu lekat-lekat. Pepohonan besar tampak menutupi hampir seluruh museum. Teduh, adem, gelap, and little bit creepy adalah kesan pertama yang kudapat untuk museum ini.

Selamat datang di Museum Ullen Sentalu

Aku melangkah ke ujung museum, tempat penjualan tiket masuk. Uang yang harus kugelontorkan untuk membeli tiket masuk museum ini adalah Rp 30 rebu *beuhh..*

Tiket masuk Museum Ullen Sentalu. Parkir: gratis

Setelah menggenggam tiket di tangan, aku melangkah ke pintu masuk dan menyerahkannya pada petugas yang menjaga. Setelah itu aku menunggu giliran untuk masuk. Hari itu pengunjung Museum Ullen Sentalu sangat banyak. Petugas membagi pengunjung yang masuk ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari max. 25 orang.

Hampir 20 menit menunggu, giliranku pun tiba. Bersama 24 orang lainnya, aku masuk ke dalam museum. Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam museum, seorang petugas museum yang menjadi guide, menjelaskan tata tertib saat berada di dalam museum.

Saat berada di dalam museum dilarang:
- Mengambil gambar/foto/video.
- Menyentuh barang-barang yang ada di dalam museum.

Katanya, agar keasrian dan keaslian benda-benda bersejarah yang ada di dalam museum dapat terjaga, baeklah..

FYI: Museum Ullen Sentalu ini bukan milik pemerintah, melainkan milik perorangan/pribadi (maapkeun daku lupa nama pemiliknya, cek web-nya aja yaks.. :D). Pemilik museum ini sangat mencintai dan mengagumi budaya jawa, oleh sebab itu ia pun membangun museum ini dan dibuka untuk umum.

Museum Ullen Sentalu dikelilingi oleh pepohonan yang super rimbun, tak heran jika hanya sedikit sinar matahari yang menembus bangunan museum. Bagian luar bangunan museum disusun oleh batu-batu granit berwarna hitam, yang diselimuti oleh lumut hijau yang juga menutupi atap bangunan.

Di awal penjelajahan museum, kami diajak masuk ke dalam ruang bawah tanah yang didalamnya terdapat foto-foto dan barang-barang antik yang menceritakan sejarah raja, ratu, pangeran, tuan putri dan anggota kerajaan lainnya dari kerajaan yogya. Cerita lengkap tentang sejarah kerajaan yogya ini bisa kamu klik  di sini

Ruang demi ruang museum yang kulalui, dilengkapi dengan pencahayaan sinar lampu berwarna kuning yang cukup redup, sehingga tercipta suasana temaram.

Dari ruang bawah tanah, kami diajak kembali ke permukaan, menyusuri lorong sempit museum, dan kembali lagi ke ruang bawah tanah lainnya. Untuk kamu yang datang ke sini tolong jangan kebanyakan bengong atau terpaku di satu tempat karena kamu bisa terpisah dengan rombongan. Kalau terpisah agak repot mencari rombongan karena bentuk museumnya mirip labirin.. (-_-)

Hampir satu jam aku berada di Museum Ullen Sentalu, mendengarkan cerita demi cerita tokoh-tokoh kerajaan yogya dan koleksi barang-barang antik yang ada di situ.

Di akhir kunjungan, semua pengunjung dikumpulkan di dalam satu ruangan dimana tersaji segelas kecil jamu yang katanya sih resep jamu tersebut asli dari kanjeng ratu yogya. Rasanya mayanlah..

Ini satu-satunya area yang boleh di foto, letaknya di luar museum (bagian belakang) :p

Yang penting ada fotonya deh biar ga disangka hoax ;))

Dimana-mana ijo.. ^^

Bagian belakang museum. Ada restoran & toko souvenir

Usai berkeliling museum, aku kembali pulang. Tak ada misteri di Ullen Sentalu. Tak ada hal berbau mistik yang kutemukan di situ. Hanya sebuah museum yang teduh karena dikelilingi pepohonan, unik karena terletak di bawah tanah, dan memiliki interior desain yang mewah namun klasik ;)

Berhubung dari depan museum ga ada tukang ojek, alhasil aku harus jalan kaki sekitar 10 menit ke Taman Kaliurang.
FYI: Kalo kamu mau ke Ullen Sentalu dengan kendaraan umum, turunnya di Taman Kaliurang. Letaknya sekitar 800 m sebelum Taman Wisata Merapi. 

Taman Kaliurang

Di seberang Taman Kaliurang, aku menunggu bus untuk kembali ke bawah (Pasar Pakem-red). Waktu sudah menunjukkan pkl. 12.50 siang. Setengah jam menunggu, tidak ada tanda-tanda bus muncul.

Rasa was-was mulai hinggap, bagaimana jika bus tidak ada? dengan apa aku pulang? numpang mobil orang? kalo diculik gimana? tapi ini kan masih siang? pertanyaan demi pertanyaan bergelayut di kepalaku.. (-_-)

Sampai akhirnya, aku menghampiri sebuah rumah tak jauh dari tempatku menunggu bus. Kulihat di depan rumah ada seorang anak remaja perempuan, seorang ibu yang sedang menggendong bayi, dan sebuah motor parkir di depan rumah.

Dengan sopan kubertanya pada ibu itu, apakah ada tukang ojek di sekitar situ? Si Ibu menggelengkan kepala. Kemudian kujelaskan pada ibu itu bahwa aku ingin kembali ke Yogya dan butuh tumpangan sampai Terminal Pasar Pakem. Tanpa ragu aku meminta pada sang ibu untuk mengijinkan anak perempuannya mengantarku ke terminal dengan motor yang ia punya.

"Saya bayar Bu. Jadi anak ibu ngojekin saya, lumayan loh buat uang jajan," tukasku.
Mata Si Ibu berbinar. Kami pun tawar menawar harga ojek dan sepakat dengan harga Rp 25 rebu *beuhh..* (^_^)

Tiba-tiba seorang pengendara motor datang dan berhenti tepat di depan rumah. Seorang laki-laki berusia sekitar 20-an turun dari motor. Si ibu langsung menghampirinya dan bercakap-cakap. Kemudian, laki-laki itu menghampiriku dan berkata bahwa ia yang akan mengantarku ke Terminal Pasar Pakem, baeklah..

FYI: Bus dari arah Taman Wisata Merapi tujuan Terminal Bus Pasar Pakem sangat jarang di siang hari. Malah, kemungkinan bus terakhir sekitar jam 12. Jadi, kalo kamu ga kebagian bus karena turunnya kesorean bisa pake cara yang aku gunakan di atas, ato mungkin hitchhike kalo rame2.. ;)

Waktu sudah menunjukkan pkl. 13.30 siang, saat kami bergerak turun. Jalanan siang itu sepi, tak banyak kendaraan yang melintas. Alhasil, motor dipacu cukup kencang menuruni jalan berliku. Hawa dingin pegunungan tak pelak langsung menyerang menampar-nampar wajahku. Kurapatkan jaket berharap ada kehangatan disitu, tapi nihil.. (-_-)

Entah berapa lama aku berkendara dengan motor, akhirnya tiba juga di Terminal Pasar Pakem. Terminal terlihat sangat sepi. Sebuah bus elf berwarna coklat yang sudah tua dan penuh karat sedang diutak atik oleh pemiliknya. Dua orang bapak-bapak terlihat asyik bermain catur tak jauh dari bus.

"Pak, ini bus ke Yogya ya," tanyaku pada bapak tua yang sedang memperbaiki bus.
"Iya Mbak, naik aja," katanya sambil bergegas membereskan barang-barang yang berserakan di dalam bus.
Setelah membersihkan tangannya yang belepotan oli dengan sebuah lap yang terlihat kotor, ia duduk di depan kemudi dan menyalakan bus.

Matahari begitu terik, udara dingin sudah tak menyapaku lagi. Kepulan debu berterbangan di aspal kering. Bus bergerak perlahan, dengan aku sebagai satu-satunya penumpang..


Bersambung... Terik Di Embung Nglanggeran


Salam

Ifa Abdoel



3 comments: